Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini budidaya | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Aplikasi Angon, Jembatani Peternak Rakyat dan Masyarakat Urban




Angon dalam bahasa Jawa diartikan sebagai menggembala. Berangkat dari rasa kepedulian terhadap salah satu permasalahan di sektor peternakan yaitu rantai distribusi panjang, Agif Arianto membuat aplikasi berbasis financial technology (Fintech) bernama Angon.

Beternak kambing domba zaman now bisa dilakukan online melalui aplikasi Angon Indonesia. Aplikasi ini menjembatani masyarakat yang ingin beternak namun terkendala lahan, waktu dan keterampilan. Aplikasi ini juga menciptakan kerjasama antara peternak rakyat dengan masyarakat urban.

Ketika salah satu stasiun televisi swasta mewawancarai Agif pada 11 September 2017, dia menyatakan bahwa rantai distribusi panjang karena keberadaan tengkulak. “Kita melihat harga daging yang dijual ke masyarakat mahal, namun mengapa masih banyak peternak atau petani yang menjerit,” ungkapnya.

Agif sendiri semasa kuliah telah beternak 30 ekor domba dan ketika sebagian dombanya mati, dia merasakan bahwa beternak itu tidak mudah.

“Beternak itu tidak mudah, kita haru memikirkan bagaimana memperoleh bibit yang bagus, pakan berkualitas, masa panen hingga ketika menjual hasil ternak di pasaran, harga tidak sesuai ekspektasi,” imbuhnya.

Saat ini, Angon sudah memiliki 11.100 hewan yang diternakkan dari 10.000 lebih member aktif dengan 800 transaksi di setiap bulannya. Sentra peternakan rakyat (SPR) merupakan  mitra yang tersebar di desa beternak online  di Wawar Lor Kabupaten Semarang, Jogjakarta, dan Bogor.

Jadi, bagaimana caranya ternak kambing domba secara online? Kita cukup memasang aplikasi Angon di smartphone (saat ini baru tersedia untuk Android) -> mendaftarkan diri -> memilih jenis kambing yang ingin diternakkan -> membayar -> selesai. Mudah bukan?

Berikut cara kerjanya :

1. Beli bibit ternaknya
Angon menyediakan bibit domba dan sapi terbaik yang terbagi dalam beberapa jenis. Harga yang kita bayarkan di awal besarnya bervariasi, mulai dari  1 hingga 10 juta rupiah. Biaya tersebut meliputi harga ternak (sesuai bobot saat beli), asuransi ternak, biaya pakan, biaya perawatan oleh peternak rakyat, serta  biaya sewa kandang selama 3 bulan.

Ada beberapa jenis kambing domba yang ditawarkan yaitu Merino, Garut dan Gembel. Selain bisa memilih jenisnya, kita bisa memilih umur dan berat dari hewan tersebut. Hal ini mempengaruhi harga beli dan nilai Return of Investment (ROI) yang akan kita dapatkan.

Setelah memilih jenis kambing, kita akan ditunjukkan perhitungan perkiraan ROI selama tiga bulan. Jika sudah yakin, kita bisa memilih tombol ‘Beli Sekarang’ untuk melakukan transaksi. Ada dua metode pembayaran, yaitu melalui Tcash dan transfer bank.

2. Dirawat dalam 3 bulan
Jangka waktu perawatan ternak di Angon adalah 3 bulan. Selama itu, ternak akan diberi pakan dan dirawat oleh peternak rakyat mitra Angon. 

Kita dapat memantau kenaikan bobot ternak melalui aplikasi Angon pada tanggal 10 dan 25 setiap bulannya. Kenaikan bobot ternak tergantung pada jenis dan kondisi ternak yang dipilih.

3. Jual kembali hewan ternak ke Angon
Setelah 3 bulan, sistem Angon secara otomatis akan membeli kembali ternak dan kita  mendapatkan hasil sesuai bobot saat panen. Besaran keuntungan bervariasi antara 2% hingga 15%. 

Kita bisa memperpanjang masa ternak untuk 3 bulan berikutnya.Kita juga berhak untuk mengkonsumsi sendiri karena ternak ini sepenuhnya milik kita. ***

(sumber : angon.id)














Pasca Bebas AGP Tetapi Belum Bebas Kutu Frangky

Dampak kerugian kehadiran kutu franky. (Sumber: Tony Unandar)
Permasalahan  kutu kandang (frangky) sebagai hama penggangu peternakan ayam faktanya dijumpai disemua kalangan peternak. Baik pada budidaya dengan kandang open house ataupun closed house, bahkan pada area budidaya di pegunungan maupun daerah pantai. Samar-samar kerugian usaha pun tergerogoti hama pengganggu itu. Bebas AGP dan biosekuriti ketat belum membebaskan kandang dari hama kutu frangky.

Budidaya ayam tanpa AGP (Antibiotic Growth Promoter) telah efektif berlaku sejak 1 Januari 2018, implementasi nyata dari regulasi pemerintah seputar pelarangan penggunaan AGP yang di campur dalam pakan, secara formal sudah termaktub secara lengkap dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 14/2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan. Kriteria obat hewan yang dilarang tercantum dalam pasal 15 ayat 1. Kebijakan tersebut sesuai dengan amanat UU No. 18/2009 juncto UU No. 41/2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Seiring dengan adanya regulasi tersebut, maka semua peternak berbenah diri. Tidak hanya sekedar mencari alternatif pengganti AGP seperti probiotik, prebiotik, acidifier, penggunaan tambahan enzim, penggunaan berbagai macam penggunaan sediaan herbal/produk fitogenik (essensial oil) dicampur dengan beberapa asam organik, bahkan pelaksanaan tingkat biosekuriti di farm pun harus semakin ekstra ketat (bahkan sejak awal kosong kandang sampai pencucian kandang, hingga masa budidaya ayam berakhir).

Tidak hanya itu, bagi peternak yang sudah bisa menutup kerugian usahanya dengan harga daging ayam berada di atas HPP (Harga Pokok Produksi) dan mempunyai tabungan lebih, tidak jarang mereka berbondong-bondong memodifikasi kandangnya.

Bagi kalangan peternak yang memiliki kandang terbuka yang terbatas keuntungan usahanya, mereka malakukan berbagai macam upaya untuk memodifikasi kandangnya, yakni dari penggunaan tambahan kipas, plafonisasi atap, penggunaan waring untuk meminimalisir kepadatan semu, serta dampak buruk adanya cekaman cuaca ekstrim panas, bahkan penggunaan misting (partikel air kabut yang dihasilkan oleh spuyer lembut dengan pompa bertekanan). Di sisi lain para peternak yang mempunyai anggaran yang cukup, tidak tanggung-tanggung langsung menyulap kandangnya dari open house menjadi semi closed house (tunel), bahkan langsung ke full closed house dengan evaporative cooling system.

Hama Pengganggu 
Namun di sisi lain, ada aspek pencetus penyakit terselubung yang banyak dilupakan oleh para peternak. Apakah itu? Permasalahan  kutu kandang (frangky) sebagai hama penggangu peternakan ayam.

Di peternakan ayam, hama pengganggu berasal dari kelompok Arthropoda. Hama ini sering disebut dengan istilah ektoparasit. Secara umum berdasarkan sifatnya, ada dua jenis ektoparasit:

1. Obligat, adalah hama yang selalu berada bersama inangnya. Menghabiskan seluruh siklus hidup pada bulu dan rambut inangnya. Contohnya kutu penghisap (Anoplura).
2. Fakultatif, adalah hama yang sebagian besar hidupnya berada di luar inangnya. Ektoparasit yang bersifat fakultatif akan datang dan mengganggu inangnya pada saat makan atau menghisap darah ketika diperlukan. Contohnya kutu busuk, kutu frangky. 

Kutu kandang frangky (dark beetle) termasuk dalam kelas insekta (serangga), yang masih tergolong kumbang, namun masyarakat mengenalnya sebagai kutu frangky. Karakter hidupnya berkelompok dalam jumlah yang banyak terutama di tempat-tempat yang lembab dalam area kandang ayam. Tempat hidup favoritnya ada di litter/manur (di sekam yang terdapat pakan ayam dan kotoran ayam), gudang pakan dan sering bersembunyi pada lantai kandang yang berlubang ataupun tiang kandang yang keropos...


Drh Eko Prasetio
Private Commercial Broiler Farm Consultant


Selengkapnya baca Majalah Infovet edisi juli 2018.

Potensi Pengambangan Ayam Walik

Ayam Walik (Sumber: Istimewa)
Indonesia adalah negeri yang sangat kaya akan plasma nutfah, baik tanaman maupun hewan. Salah satu plasma nutfah yang unik ialah ayam Walik atau di Jawa Barat dikenal dengan nama ayam Rintit, yang memiliki penampilan bulu keriting atau terbalik ke arah depan atau belakang. Kondisi bulu yang terbalik pada jenis ayam ini hanya terdapat di Indonesia dan satu-satunya di dunia, yaitu berada di daerah Bogor, Sukabumi dan Sumedang, Jawa Barat (Jabar).

Balai Penelitian Ternak, Ciawi Bogor, memasukkan kategori ayam Walik sebagai “Jenis ayam lokal yang perlu dieksplorasi”, seperti halnya ayam Tukong (Kalimatna Barat), ayam Jantur (Pamanukan, Jabar), ayam Ciparage (Karawang, Jabar). Oleh karena itu, karakteristik produksi dan reproduksinya belum banyak digali dan dikenal, namun karena keunikan ayam Walik ini, masyarakat menempatkannya sebagai ayam hias dan memiliki nilai ekonomis tinggi.

Penampilan Fisik (Performance)
Ayam Walik atau ayam Rintit berperawakan tubuh hampir sama dengan ayam Kampung, dengan bobot badan dewasa berkisar 1-3 kg dan memiliki warna bulu beraneka ragam, antara lain hitam, cokelat, kemerahan, cokelat kekuningan, putih, blorok bintik-bintik merah dan hitam, serta kombinasi warna lainnya. Kulit kaki dan paruh berwarna putih kuning atau kehitaman/kelabu tua, jengger berbentuk tunggal (pea) dan bergerigi berwarna merah.

Menurut Rahmat (2003), terdapat tiga macam ayam Walik, yaitu Walik Sekul, ditandai dengan seluruh bulu terbalik. Walik Sura, bulunya berwarna hitam dan bulu yang keriting relatif sedikit. Walik Tulak, ditandai dengan bulu yang seluruhnya keriting, berwarna hitam di bagian dadanya, tetapi pada ujung kedua sayap dan ekornya berwarna putih.

Kerja Genetik dan Fisiologis
Munculnya keunikan ayam Walik yang menyebabkan penampilan fisik yang berbeda dari ayam lokal lainnya, menurut para ahli dipengaruhi oleh Gen-i, yang menimbulkan produksi pigmen Melanin. Pigmen melanin terbagi atas dua tipe, yaitu Eumelanin dan Pheomelanin. Eumelanin membentuk warna hitam serta biru pada bulu ayam, sedangkan Pheomelanin membentuk warna merah, cokelat, salmon dan kuning tua (Brunbaugh & Moore, 1968).

Menurut Somes (1990), ayam Walik memiliki metabolisme basal yang cepat, produksi kelenjar hormon tiroid dan adrenal yang tinggi, sehingga berpengaruh pada kenaikan asupan pakan, konsumsi oksigen, detak jantung dan peningkatan sirkulasi darah. Kondisi fisiologis ini menjadikan ayam Walik mampu bertahan dipelihara di lingkungan beriklim panas, namun pada saat DOC harus benar-benar diperhatikan periode masa brooding-nya.

Kendala Pengembangan
Ayam Walik menghasilkan produksi telur 12 butir per periode (atau 13%), daya tetas hanya 74% dan frekuensi bertelur tiga kali per tahun dengan pemeliharaan ekstensif dan dierami induknya. Oleh karena itu, ayam Walik lambat dalam berkembangbiak. Kendati demikian, solusinya bisa dilakukan pemeliharaan secara semi-intensif/intensif. Purwanto salah satu peternak ayam Walik asal Jembulwuhut, Gunungwungkal, Pati, Jawa Tengah, membagi pengalamannya memelihara ayam Walik secara semi-intensif. Ternyata cukup memberikan keuntungan karena rata-rata setiap bulan mendapatkan pendapatan antara Rp 4-6 juta per bulan.

Ayam Walik hitam memiliki harga yang cukup tinggi.
(Sumber: Google)
Purwanto mengungkapkan, bahwa harga ayam Walik putih dan warna lainnya bisa berkisar Rp 500 ribu per ekor, sedang yang berwarna hitam mengkilap bisa dijual dengan harga Rp 1 juta per ekor.

Setiap minggu pembeli datang dari berbagai daerah untuk membeli ayam Walik sebagai ayam hias. Penetasan yang dilakukan Purwanto tidak dierami oleh induknya, melainkan menggunakan mesin tetas, sehingga dapat memproduksi DOC ayam Walik yang lebih banyak karena tidak dierami langsung oleh indukannya.

Namun begitu, pengembangan ayam Walik masih perlu mendapat perhatian dari pemerintah pusat maupun daerah, serta stakeholder perunggasan lokal, agar ayam Walik tetap lestari dan terhindar dari kepunahan. Dukungan bisa dilakukan dengan memperkenalkan ayam Walik pada tiap pameran ataupun seminar perunggasan, pendampingan peternak dalam hal pemeliharaan dan penyuluhan secara intensif. Agar pemanfaatan ayam Walik sebagai peluang bisnis bisa terbuka lebar dan memperluas lapangan pekerjaan di pedesaan. ***

Ir Sjamsirul Alam
Penulis praktisi perunggasan,
alumni Fapet Unpad

Menghindari Serangan IBH (Inclusion Body Hepatitis) di Farm Broiler

Pemeliharaan broiler prosesnya sangat cepat. Untuk mencapai finish dengan normal
diperlukan kondisi fit sejak kedatangan DOC di farm, yang tidak hanya berpedoman pada
kondisi fisik secara kasat mata, melainkan kualitas DOC secara internal quality.
(Foto: Ridwan)

Oleh: Suryo Suryanta
Konsultan Manajemen Ayam

Lagi-lagi kasus gangguan kesehatan menyeruak di lapangan yang mengakibatkan kerugian yang signifikan karena kematian ayam dengan kisaran 5-65%, sehingga konversi pakan menjadi membengkak. Kasus IBH menjadi pelik karena gejala infeksinya agak sulit dibedakan dengan kasus Gumboro (IBD), meskipun disebutkan bahwa kontaminasi IBH dapat terdeteksi sejak dini saat penerimaan DOC bila terjadi kontaminasi di breeder ataupun di hatchery, ditulis Drh Eko Prasetio, Infovet edisi Februari 2018.

Kejadian infeksi IBH muncul setelah ayam sudah mulai besar (800 gr) atau di umur sekitar 18 hari dengan meningkat kematiannya. Yang paling repot kejadian tidak terdeteksi, namun kematian tinggi saat pelaksanaan panen, baik kematian saat penangkapan hingga saat  ayam sudah di kendaraan. Berikut tanda-tanda IBH yang terjadi di lapangan dari (kontributor Dokter Hewan yang aktif di lapangan):

Gambar: Dok. Pribadi
Contoh kasus di lapangan, pada flok yang terdiri dari tiga kandang, hanya satu kadang yang mengalami serangan IBH tersebut yang diikuti dengan gejala ND dan colli, sehingga kematian menjadi meningkat tajam hingga 20%. Meskipun yang terkena hanya satu kandang, namun memberikan kerugian secara total menyeret kandang lain yang performance-nya normal. Tentunya kondisi ini merugikan bagi peternak broiler, meskipun harga livebird tinggi tetap tidak memberi keuntungan, hanya mampu mengurangi tingkat kerugian yang dialami peternak.

Meskipun tingkat morbiditas kasus IBH ini tidak meluas atau dapat disebutkan hanya spot-spot, namun kejadian ini seolah menjadi trauma bagi peternak atau “down mental”, karena mereka ragu-ragu untuk melakukan chick-in lagi, karena khawatir akan terserang kasus IBH kembali. Mereka sadar masih belum dapat mengatasi secara preventif apalagi mengatasi setelah terjadi wabah. Oleh karena itu, perlu dituntaskan mengenai kasus IBH ini untuk menghindarkan dari farm, sehingga mendorong semangat para peternak untuk kembali berusaha.

Budidaya Broiler seperti Lomba Lari Sprint
Pemeliharaan broiler hanya sampai 30-35 hari dengan bobot panen mencapai 1,6-2,2 kg, bahkan tidak sedikit yang dipanen pada umur 22-25 hari dengan bobot 0,9-1,2 kg. Hal ini menunjukkan bahwa pemeliharaan broiler adalah proses yang sangat cepat ibarat lomba lari sprint. Untuk mencapai finish dengan kecepatan normal diperlukan kondisi yang fit sejak kedatangan DOC di farm. Kondisi yang fit sampai sekarang masih berpedoman hanya pada kondisi fisik yang kasat mata, seperti tidak cacat, berat DOC, kekeringan, warna bulu dan kelincahan. Tentu sudah perlu diarahkan pada pedoman kualitas DOC secara internal quality, yaitu dari aspek kecukupan nutrisi penyusunnya, serta memastikan bebas kontaminasi dari induk, baik bebas salmonella, bebas jamur atau fungus, bebas bakterisidal, seperti colli dan pseudomonas dan bebas kontaminasi yang bersifat virusidal.

Mengapa DOC harus full nutrisi, karena jumlah sel dasar dan kekebalan tubuh terstruktur oleh nutrisi yang akan menjadi pondasi dasar untuk pertumbuhan dan pembentukan organ kekebalan. Dengan pertumbuhan broiler yang cepat, maka harus diimbangi dengan perkembangan organ kekebalan yang cepat pula, sehingga jumlah sel dasar penyusunnya harus dalam jumlah yang ideal.

Sebagai ilustrasi sederhana ayam breeder 32 minggu dengan standar berat HE 60 gram, sehingga akan memiliki variasi berat DOC 35-47 gram, selanjutnya pada umur 40 minggu akan memiliki standar berat HE sudah 65 gram, sehingga berat DOC akan bervariasi dari 40-52 gram, artinya pada umur 40 minggu harus sudah tak lagi ditemukan berat DOC di bawah 40 gram. Namun kondisi yang dihadapi di lapangan belum tentu bisa terwujud dengan baik, sehingga masih dijumpai berat DOC di bawah 40 gram meskipun umur induk sudah di atas 40 minggu.

Apakah yang Mengganggu Nutrisi Telur Tetas (HE)
Ada anomali gangguan yang sangat riskan pada breeder broiler, yaitu jatuhnya telur ke perut ayam, disebut anomali karena kejadian yang tidak mudah dideteksi secara dini, namun hanya bisa diketahui dari akibatnya. Kejadian ini pun bisa diketemukan karena ada faktor lain yang involve yaitu bila ada kontaminasi bakteri, sehingga muncul yang disebut Egg Peritonitis dengan kejadian mortalitas yang tinggi. Lebih lanjut disebut anomali karena kejadian telur jatuh atau bisa disebut internal laying disebakan oleh yang disebut Erratic Oviposition And Defective Egg Syndrome (EODES), yaitu terjadi ketika ayam memiliki terlalu banya folikel ovarium yang besar, sehingga akan banyak kejadian double yolk dan prolapsus. Kejadian EODES karena terjadi stimulasi cahaya dini pada ayam ayam yang underweight atau yang juga overweight, sehingga cara preventif mengatasi EODES hanya dengan menunda stimulasi cahaya pada ayam pullet yang underweight, serta menghindari ayam yang overweight.

Gambar: Dok. Pribadi
Kejadian telur jatuh ke perut juga akan aman karena akan diserap kembali ke tubuh ayam sejauh bila tidak ada kontaminasi bakteri. Namun bila muncul gangguan Toksikasi, yaitu adanya toksin yang masuk meracuni atau  terjadi akumulasi toksin di dalam tubuh ayam. Toksikasi menyebabakan daya tahan tubuh menurun (imunosupresi), maka salmonella ataupun colli di dalam tubuh akan mengalami replikasi dan mampu mengintervensi tubuh ayam. Proses replikasi menjadi berkepanjangan bila ada kuning telur ada di perut ayam karena menjadi tempat tinggal dan berkembangbiak.

Kondisi ini akan menjadi problem yang berkepanjangan karena tidak akan mudah diatasi dengan perkembangbiakkan bakteri di perut ayam. Kondisi inilah yang menjadi “biang bertunas” ke telur tetas yang dihasilkan ayam tersebut, sehingga menjadi HE yang terkontaminasi bakteri colli dan salmonella. Meskipun secara jumlah telur yang tertunas tidak banyak namun seperti menyimpan “bom waktu” yang sewaktu-waktu bisa meledak saat proses inkubasi, sehingga menjadi spreading atau penyebaran yang meluas pada telur yang embrionya sudah berkembang, serta waktu yang krusial di hatcher pada saat telur piping atau ayam sudah siap menetas dengan mulai paru DOC keluar dari cagkang, maka DOC akan menghirup kontaminan colli maupun salmonella ke saluran pernapasan dan pencernakan DOC tersebut.

Resiko Berganda dan Solusi
Dengan adanya telur jatuh ke perut dan terkontaminasi bakteri maka menjadi simpanan kontaminan yang siap bertunas di telur yang diproduksi pada ayam tersebut. Meskipun semua ini menjadi potensial yang aman bila tidak ada “si pemantik api” yaitu toksin. Dengan adanya toksin menyebabkan gizzard errotion dan usus juga terjadi enteritis maka penyerapan nutrisi menjadi menurun, akibatnya nutrisi penyusun dalam telur menjadi tidak optimal.

Dapat disimpulkan bahwa akibat Toksikasi di breeder akan menyebabkan kematian tinggi, menyebabkan kontaminasi telur tetas, sehingga hatchability turun dengan kualitas DOC juga menurun. Selanjutnya DOC yang dihasilkan juga memiliki nutrisi yang kurang, serta memungkinkan tertunas atau terkontaminasi bakteri colli dan salmonella sehingga culling juga tinggi.

Dengan DOC yang seperti ini tentu pertumbuhan juga kurang optimal, serta pertumbuhan organ kekebalan juga tidak maksimal yang akan mudah terserang oleh bakteri maupun virus. Kondisi broiler farm yang terwabah IBH muncul tanda gizzard errotion, artinya juga terjadi munculnya IBH oleh adanya Toksikasi. Dengan adanya Toksikasi maka penyerapan nutrisi menjadi kurang maksimal, serta terjadi penurunan daya tahan tubuh yang akan memunculkan outbreak IBH.

Perlu digaris-bawahi bahwa kronologis munculnya kasus IBH di farm broiler bukan IBH-nya diturunkan dari induk breeder, namun diawali dengan kontaminasi bakteri dan salmonella pada DOC, serta komposisi nutrisi penyusunnya yang kurang sempurna, sehingga daya tahan tubuh DOC menjadi rendah. Selanjutnya DOC yang lemah ini menjadi rentan untuk masuknya outbreak IBH. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara kronologis munculnya IBH dipicu oleh pengaruh toksin yang melanda di induk breeder, serta di farm broiler-nya. Oleh karena itu, hanya satu solusi yang harus dilakukan secara simultan di farm breeder dan farm broiler dengan menjinakkan toksin melalui Detoksikasi.

Detoksikasi
Mengambil istilah dari proses perawatan kesehatan untuk manusia, Detoksikasi merupakan proses menurunkan toksisitas pada tubuh ayam, sehingga mampu menetralisir efek toksisitas dari toksin yang mampu mengondisikan gizzard menjadi lebih baik, vili-vili usus sempurna, serta organ hati memiliki tingkat kekenyalan yang normal.

Dengan kondisi organ dalam yang sempurna ini mampu mendorong pertumbuhan sel-sel telur atau ovum dan ovarium juga sempurna. Hasil dari penerapan Detoksikasi yang sudah konsisten mampu memberikan pengaruh yang baik pada performance produksi, sehingga HD di breeder akan dimudahkan mencapai produksi HD 88-90%, serta berkelanjutan pada broiler yang dimulai dari kualitas DOC yang baik hingga bisa disebut zero komplen, serta memiliki performa broiler yang terbebas dari kasus IBH. ***

Gambar: Dok. Pribadi

Potensi Pengembangan Ternak Domba Waringin

Domba Waringin yang beratnya mencapai 135 kg dari penelitian Ir Tirta Waringin. (Sumber: Tirta Waringin)

Nama domba Waringin tidaklah setenar nama domba Garut dari Jawa Barat, namun jenis domba Waringin yang berasal dari Desa Stabat, Langkat, Sumatera Utara (Sumut) ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan, karena keunggulannya sebagai penghasil daging melebihi domba lain yang ada di Indonesia saat ini. Domba Waringin berasal dari persilangan (crossing) domba lokal dengan domba introduksi yang menghasilkan domba Waringin jantan berbobot 180 kg, padahal domba lokal setempat hanya berbobot 25-40 kg saja.

Populasi domba tahun 2014 di Langkat, Sumut tercatat 800.000 ekor, di mana 80% adalah domba Waringin atau keturunan domba Waringin. Jenis domba ini banyak diminati peternak domba, karena menurut Tista Waringin, orang yang melakukan persilangan domba Waringin, presentase karkasnya mencapai 55%, padahal umumnya domba jenis lain hanya mencapai 48,18%, dengan syarat dipelihara secara intensif.

Keunggulan lainnya ialah kandungan lemak domba Waringin lebih rendah hanya 2-3% dan serat dagingnya lebih halus, dengan syarat jangan terlalu banyak memberi pakan berupa ampas tahu agar lemak tidak tinggi.

Asal Domba Waringin
Domba Waringin sesungguhnya memiliki garis keturunan domba Barbados blackbelly (asal Karabia), domba St. Croix (asal Kepulauan Virgin, AS) dan domba Suffolk (asal Inggris). Melalui tangan dingin Tista yang mengawali persilangan sejak 1990, dimana induk dari masing-masing domba memiliki keunggulan tersendiri. Misalnya induk domba lokal ekor tipis memiliki keunggulan tahan penyakit cacing dan cepat berkembang biak, hanya saja bobot badannya relatif kecil. Sedangkan domba Suffolk memiliki keunggulan bobot badan jantan bisa mencapai 200 kg dan induk betina 150 kg (di Indonesia hanya mencapai bobot 60-80 kg). Sementara domba Barbados blackbelly memiliki keunggulan sangat toleran terhadap panas dan berstamina tinggi, namun tubuh relative kecil dan pertumbuhan agak lambat. Sedangkan domba St. Croix keunggulanya tahan terhadap internal parasit (cacing), berkadar lemak rendah dan bobot badan jantan mencapai 90 kg dan betina 68 kg.
Sistem persilangan yang telah dilakukan untuk menghasilkan Domba Waringin sebagai berikut:

Domba
Barbados   Blackbelly
X

Domba
Lokal Ekor Tipis
Domba
St. Croix
X

Domba
Lokal Ekor Tipis







Domba FB
   X



Domba FC









Domba      Suffolk
X

Domba Lokal Ekor Tipis






    Domba FD
X

  
Domba FS









Domba Waringin



Karakteristik Domba Waringin
Untuk pengembang-biakan domba Waringin selanjutnya, perlu mengetahui karakteristik produksi dan reproduksi dari domba tersebut, seperti pada Tabel 1 bekikut.

Tabel 1: Karakteristik Produksi dan Reproduksi Domba Waringin
No.
Kriteria
Ukuran
1
Persentase karkas (%)
55
2
Bobot badan rata-rata (kg)
123-150
3
Jumlah anak/kelahiran rata-rata (ekor)
2-4
4
Konversi pakan
3,1-3,2
5
Kemampuan hidup di ketinggian (dpl)
3.000 m
Sumber: Ir Tista Waringin, USU (2014).

Pemberian Pakan
Kuantitas dan kualitas pakan sangat menentukan produksi dan reproduksi domba Waringin, walau secara genetik sudah memiliki berbagai keunggulan dibanding jenis domba lainnya. Volume pemberian pakan disesuaikan dengan periode umur domba. Semakin tua domba maka jumlah yang diberikan semakin banyak, di mana hijauan merupakan makanan utamanya dan biasanya diberikan pada siang dan sore hari.

Pada awal kelahiran sampai dengan usia 2-3 minggu, asupan gizi anak domba diperoleh dari susu induk. Setelah lebih dari umur tiga minggu, mulai diperkenalkan pakan hijauan muda secara seimbang agar mudah dicerna.

Setelah dilakukan penyapihan (umur di atas tiga bulan), pedet diberikan rumput segar sekitar 1-1,5 kg/ekor/hari, dengan dicampur dedaunan 0,5-1,0 kg/ekor/hari sehingga total hijauan 1,5-2,5 kg/ekor/hari atau 10% dari bobot tubuh domba.

Setelah memasuki masa dewasa (umur delapan bulan), diberikan pakan hijauan saja, tetapi tetap dikombinasikan dengan berbagai dedaunan. Contohnya rumput dicampur daun lamtoro dengan perbandingan 3:1 dan diberikan sebanyak 10% dari bobot tubuh.

Domba betina hamil (umur di atas 12 bulan) diberikan pakan berupa rumput 50% dan hijauan sumber protein 50% ( 1,5-2,0 kg/hari) plus dedak padi sebanyak 400-600 gr/hari. Cara pemberian pakan ini terus dipertahankan sampai induk melahirkan dan menyusui anaknya.

Untuk penyusunan pakan domba, peternak harus terlebih dulu mengetahui komposisi dari tiap bahan pakan, seperti pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2: Komposisi Nutrisi Berbagai Bahan Pakan Domba
Bahan
Bahan Kering (%)
Abu
(%)
Protein Kasar (%)
Lemak
(%)
Serat Kasar (%)
Beta N (%)
Ca
(%)
N
(%)
Rumput gajah
28
10
4,6
2,1
38,2
45,0
0,12
-
Calopogonium mucunoides
29,4
8,81
15,8
3,24
33,7
38,4
1,21
-
Gamal
27,0
9,7
19,1
3,0
18,0
50,2
0,67
-
Kaliandara
36,0
5,9
25,0
2,48
19,8
47,2
0,77
-
Lamtoro
25,4
7,6
24,3
3,68
22,1
47,2
1,68
-
Jagung
88,0
2,41
10,82
5,89
3,37
77,49
0,05
0,31
Jerami jagung
21,69
8,42
4,77
1,06
30,53
55,82
-
-
Jerami padi
31,87
19,97
4,51
1,51
28,79
45,21
-
-
Dedak kasar
89,6
15,87
6,53
2,36
29,81
34,89
0,14
0,60
Dedak halus
88,2
12,28
9,80
4,81
15,86
45,80
0,09
1,09
Bekatul
88,2
10,04
11,37
7,03
8,24
52,04
0,07
1,06
Menir
89,2
3,00
7,37
1,70
4,07
72,87
0,03
2,23
Bungkil kedelai
88,0
2,40
47,12
3,80
8,69
33,29
0,27
0,68
Ampas tahu
11,0
3,97
23,62
7,78
22,65
41,98
0,58
0,18
Pucuk tebu
24,77
5,47
5,47
1,37
37,90
45,06
0,47
0,34
Tepung bulu ayam
91,96
2,76
83,74
3,81
0,90
-
0,17
-
Serat buah sawit
91,69
-
5,90
5,20
40,80
41,60
0,54
-
Bungkil inti sawit
91,11
-
94,00
15,40
7,71
10,50
80
-
Sumber: Team Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fapet IPB (2014).

Pemberian Konsentrat
Konsentrat adalah bahan pakan yang tinggi kandungan BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen) dan rendah kandungan serat kasarnya (di bawah 18%), yang berfungsi sebagai bahan tambahan nutrisi pakan agar lebih lengkap, sehingga produktivitas domba tinggi. Konsetrat terbuat dari kombinasi jagung giling, tepung kedelai, menir, dedak, bekatul, bungkil kelapa, tetes, umbi yang dicampur ikan, udang, kulit, darah dan bulu ayam (bisa diberikan maksimal 40% dari kandungan protein total ransum untuk dewasa dan 10% dari protein ransum untuk grower) dan ini mampu menaikkan bobot badan 134 gr/ekor/hari.
Perbandingan (proporsi) pemberian rumput, hijauan sumber protein/dedaunan dan konsentrat pada berbagai umur dan kondisi domba, seperti padaTabel 3 berikut.

Tabel 3: Perbadingan Campuran Pakan Domba Berdasarkan Umur
Fase Pertumbuhan
Rumput
Dedaunan
Konsentrat
Anak belum disapih (umur 3 minggu-3 bulan)
50%
50%
-
Anak lepas sapih (umur 3 bulan-8 bulan)
60%
40%
0,5-1 gelas
Domba dewasa (umur di atas 8 bulan)
75%
25%
-
Induk hamil
60%
40%
2-3 gelas
Induk menyusui
50%
50%
2-3 gelas
Berbagai sumber.

Program Vaksinasi
Untuk meminimalisir peluang munculnya serangan penyakit pada domba Waringin selain perlu dilakukan perawatan kebersihan kandang, peralatan dan tubuh domba sendiri (memandikan, gunting kuku dan pencukuran bulu), juga dianjurkan untuk divaksinasi setiap enam bulan sekali, dengan cara menyuntikan vaksin ke tubuh bagian belakang punggung domba. Vaksinasi mulai dilakukan sejak anak domba berumur satu bulan, yang diulangi kembali pada usia 2-3 bulan sekali. Jenis vaksin yang diberikan antara lain, spora, serum anti antraks, vaksin AE dan vaksin SE (Septichaemia Epizootica). Program Vaksinasi domba Waringin, seperti pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4: Program Vaksinasi pada Domba Waringin
No.
Vaksinasi
Jenis Vaksin
Waktu
1
Antraks
Strain 34 F2
1-2 kali/tahun
2
Tetanus
-
1 kali/tahun
3
Obat Cacing
-
1 kali/3 bulan
4
Vitamin/antibiotik
-
Bila diperlukan
5
Brucellosis
Vaksin Brucella Strain RB51 dan Strain 19
-
Sumber: Ir Tista Waringin, USU 2014.

Pemberian Jamu
Pertambahan bobot badan 2-3 kg/bulan sudah umum tercapai namun kenaikan tersebut masih dapat didongkrak menjadi 4-5 kg/bulan, yaitu dengan pemberian jamu dari campuran kunyit Curcuma domestica, temulawak Curcuma zanthorrhiza, daun sirih Annona muricata, kencur Kaempferia galanga dan jahe Zingiber officinale. Domba minumi jamu dua kali/hari dengan dosis 10 ml  dalam 1 liter air minum. Dosis untuk domba dewasa 10 ml dan domba remaja 5 ml. Manfaat lain pemberian jamu mengurangi bau kotoran.

Cara pembuatan jamu:
1. Siapkan rimpang jahe, kunyit dan temulawak masing-masing 1 kg. Daun sirih beberapa lembar dan rimpang kencur.
2. Bahan-bahan diparut atau ditumbuk dan diperas hingga keluar sarinya. Air sari yang terkumpul diencerkan dalam 20 liter air.
3. Larutan itu ditambahkan tetes tebu/molase atau gula merah dan mikroorganisme.
4. Semua bahan diaduk dan dimasukkan ke dalam wadah. Kemudian mulut wadah disumbat/ditutup lalu simpan di tempat teduh. Setiap minggu tutup wadah dibuka dan diaduk-aduk untuk mengeluarkan gas yang terbentuk dan agar larutan tercampur merata.
5. Setelah tiga minggu proses fermentasi (tercium bau tapai), jamu siap diberikan kepada domba.

Demikian sekilas tentang ternak domba Waringin yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai ternak penghasil daging.

Ir Sjamsirul Alam
Praktisi peternakan,
alumni Fapet Unpad

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer