Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Webinar | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

DAFTAR SEGERA WEBINAR GRATIS: PETELUR MANDIRI HARAPAN DAN TANTANGAN

Daftar segera, gratis! Webinar Nasional Risnov Ternak #6 "Petelur Mandiri: Harapan dan Tantangan".

Terselenggara atas kolaborasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan majalah peternakan Infovet, pada:

  • Kamis, 21 Maret 2024.
  • 09.00 - 12.00 WIB.

Sambutan dari BRIN:

  1. Dr Puji Lestari (Kepala OR Pertanian dan Pangan).
  2. Ir Tri Puji Priyatno, MAgrSc, PhD (Kepala Pusat Riset Peternakan).

Narasumber:

  1. Bapak Hidayaturrohman (Jatinom Group Blitar dan Pengurus PINSAR Indonesia).
  2. Prof Dr Ir Arnold Parlindungan Sinurat, MS (Pakar Nutrisi Unggas, BRIN).
  3. Dr Ir Tike Sartika (Pemulia Ayam Lokal, BRIN).

Moderator: Dr Hardi Julendra, SPt, MSc.

Gratis, pendaftaran melalui tautan berikut: https://bit.ly/webinarINFOVET_BRIN

ANAK MUDA DITUNTUT MAJUKAN SEKTOR PETERNAKAN DAERAH

Provinsi NTT Dikenal Sebagai Salah Satu Lumbung Sapi Indonesia

Saat ini usaha peternakan warga skala kecil dan menengah di hampir setiap perkampungan di Nusa Tenggara Timur tumbuh pesat untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, termasuk meningkatkan gizi keluarga.

Pesatnya pertumbuhan usaha peternakan tersebut dapat dijumpahi di hamper semua kampung di Pulau Flores, Adonara, Solor, Lembata hingga Alor dan pulau-ulau sekitarnya. Potensi usaha ini dapat menjadi peluang sampingan para pemuda atau rekan-rekan lulusan perguruan tinggi.

"Para pemuda atau rekan-rekan lulusan perguruan tinggi punya peran strategis mendorong usaha peternakan di kampungnya masing-masing sembari mencari formasi kerja sesuai disipling ilmu. Usaha peternakan skala kecil memiliki prospek menjanjikan," ujar Ketua Lembaga Pendamping Masyarakat Nelayan, Tani dan Ternak (LPM NTT) Marianus Wilhelmus Lawe Wahang, saat tampil sebagai pembicara dalam webinar bertajuk Usaha Peternakan Rakyat: Tantangan dan Solusi di Jakarta, belum lama ini.

Marianus, tokoh muda asal NTT yang juga chief engineer (kepala kamar mesin) kapal berbendera asing di Uni Emirat Arab, lebih jauh mengatakan, potensi usaha peternakan skala atau menengah tersebut merupakan peluang baru bagi masyarakat, termasuk kalangan muda untuk membantu pemerintah menggerakkan roda ekonomi di daerah.

"Kita semua tentu mengharapkan peran pemerintah kabupaten melalui dinas dan badan terkait melalui sentuhan insentif. Namun, para pemuda atau rekan-rekan sarjana baru sejenak mengarahkan mata ke usaha tersebut sebelum memperoleh pekerjaan sesuai disiplin ilmu," lanjut Marianus, pria asal Lembata engineer yang pernah bertugas sebagai chief engineer di Pulau Tansmania, Australia.

Menurut Marianus, pemerintah pusat melalui kementerian atau lembaga terkait terus mendorong masyarakat di desa-desa baik secara perorangan maupun dalam gabungan kelompok tani (gapoktan) melahirkan inisiatif menggerakkan perekonomian keluarga melalui usaha ternak skala kecil.

Saat usaha mulai menampakkan prospek membaik, pemerintah tentu memberikan perhatian berupa insentif melalui komunikasi yang produktif. Karena itu, para lulusan perguruan tinggi yang memiliki punya ilmu dan gagasan yang masih fresh dan bisa melihat peluang usaha ini.

"Usaha peternakan merupakan salah usaha ekonomi mikro masyarakat yang bisa ditekuni para pemuda atau rekan-rekan lulusan perguruan tinggi. Usaha peternakan tersebut sangat prospektif di tengah tantangan pemerintah menghadapi virus korona yang kian mengglobal," ujar Marianus.

Marianus menambahkan, bila para pemuda atau lulusan perguruan terjun langsung atau mendorng semakin banyak masyarakat mengembangkan usaha ternak, hal tersebut juga salah satu bentuk pertanggungjawaban akademik di tingkat praksis.

Pihaknya juga berharap peran pemuda kian dimaksimalkan mengeksplorer ide atau gagasan terkait masa depan nelayan, tani, dan ternak. Gagasan yang pernah digaungkan Presiden Republik Indonesia dan Proklamator Ir Soekarno.

"Bung Karno dalam catatan harian saya pernah mengatakan bahwa soal pangan adalah masalah hidup-mati bangsa. Ini yang tentu menjadi refleksi kolektif setiap anak bangsa, terutama generasi muda tentang masa depan Indonesia yang berdaulat di bidang ekonomi," ujar Marianus.

Selain Marianus, tampil juga dalam webinar yaitu Agriculture Development Expert and Scientist Ir Ratno Soetjiptadie, Ph.D dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur Kanisius Tuaq. Diskusi dipandu Mahasiswa Unika Atma Jaya Jakarta Maria Ayunda Hadia. (CR)

MEMAKSIMALKAN PERAN DOKTER HEWAN PERUNGGASAN DALAM BIDANG KEAMANAN PRODUK ASAL UNGGAS

Peternakan Ayam Petelur, Wajib Memiliki NKV
(Sumber : Istimewa)


Rabu 22 Maret 2023 Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia (ADHPI) menggelar webinar bertajuk "Peran Strategis Dokter Hewan Perunggasan Dalam Upaya Penjaminan Keamanan Produk Unggas Untuk Kesehatan Manusia" melalui aplikasi zoom meeting. Hadir sebagai narasumber yakni Dth Asep Rusmana selaku Konsultan Keamanan Pangan Halal dan praktisi Kesehatan Masyarakat Veteriner. 

Drh Erry Setyawan Sekjen ADHPI dalam sambutannya mengatakan bahwasanya dokter hewan perunggasan tidakn hanya memiliki kompetensi di sektor hulu saja tetapi  juga di sektor hilir. Hal tersebut karena produk asal unggas merupakan produk yang mayoritas dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, sehingga sangat penting menjaga kualitas dan keamanannya. Ia juga mengingatkan bahwa menjamin keamanan pangan asal hewan yang dikonsumsi oleh manusia juga merupakan salah satu kewajiban dan kontribusi dokter hewan kepada masyarakat secara luas.  

Dalam paparannya Drh Asep yang sudah banyak makan asam garam di bidang penjaminan produk pangan asal hewan banyak memaparkan pengalamannya terkait peran dokter hewan dalam menjamin keamanan pangan asal hewan baik di sektor hulu maupun hilir.

Sebagai contoh ia membandingkan sebuah gerai ayam goreng siap saji yang terkenal di dunia yang sudah memiliki 700 gerai di seluruh Indonesia dengan gerai serupa sekelas UMKM. Keduanya sama - sama menyediakan menu ayam goreng, namun harga yang dibayar dan kualitas yang didapatkan konsumen tentunya akan berbeda.

"Menjaga dan menjamin keamanan pangan yang dimakan oleh konsumen selain menjadi kewajiban juga meningkatkan value produk dan citra dari perusahaan. Memang kesannya mahal dan menambah biaya, tetapi ini harus dilakukan," tuturnya.

Ia juga menjelaskan berbagai macam aspek yang meliputi kemanan pangan mulai dari sertifikat yang wajib dimiliki oleh produsen pangan asal hewan, Good Manufacturing Practice, dan lain sebagainya.

Namun yang tak kalah penting menurut Asep, peraturan perundangan di Indonesia dan di dunia mewajibkan produsen pangan untuk menjamin kualitas produk yang dijualnya kepada konsumen, sehingga ini menjadi sangat vital dan menuntut peran lebih dokter hewan.

"Kita sebagai dokter hewan harus dapat memastikan bahwa seluruh rantai produksi kita bebas dari risiko ancaman yang dapat mengontaminasi produk, sehingga aman. Sertifikat seperti NKV itu merupakan salah satu bukti bahwa produsen menerapkan higiene dan sanitasi di fasilitas produksinya dan itu hanya sebagian kecil dari komponen food safety, masih banyak hal lainnya," tutur Asep.

Selanjutnya Asep menerangkan mengenai cara mendapatkan seritifkat NKV, komponen dan persyaratann yang harus dipenuhi untuk mendapatkannya, serta kompetensi yang harus dimiliki oleh dokter hewan dalam mengaudit, surveilans, dan memahami komponen tersebut. (CR)

SELKO SELENGGARAKAN WEBINAR REVIEW MIKOTOKSIN TAHUNAN

Selko Berbagi Informasi dan Solusi Untuk Stakeholder Melalui Webinar


Selko sebagai salah satu merk dagang feed additive dibawah naungan Nutreco menyelenggarakan webinar review mikotoksin 2022 pada (31/1) yang lalu. Dalam webinar tersebut Selko menjabarkan berbagai macam mikotoksin yang mereka temukan pada lebih dari 50.000 sampel bahan baku dan pakan jadi yang memang rutin mereka lakukan setiap tahunnya. 

Pedro Caramona selaku Global Business Director Feed Safety & Quality Selko mengatakan bahwa setiap tahunnya kondisi di pasar global saat ini memiliki masalah besar pada kualitas biji-bijian dan durasi penyimpanan, yang diakibatkan oleh mikotoksin. Selain itu mikotoksin juga merupakan ancaman utama bagi kesehatan dan performa hewan. 

"Oleh sebab itu kami hendak berbagi informasi kepada para produsen pakan, supplier, serta para stakehloder lain untuk lebih memahami kondisi ini. Setidaknya ini dapat membantu kita dalam mengambil keputusan apa yang akan kita lakukan dengan kondisi yang sekarang, kami juga beharap agar ini dapat meningkatkan kewaspadaan kita semua," tuturnya.

Pembicara utama dalam webinar tersebut yakni Dr Swamy Haladi yang merupakan Commercial Technical Manager - Mycotoxin Risk Management, Selko. Dalam presentasinya ia menjabarkan beberapa hal terkait cemaran mikotoksin yang terdapat pada bahan baku serta pakan jadi.

"Berdasarkan temuan kami dari lebih 50.000 sampel terkontaminasi mikotoksin dengan derajat konsentrasi yang bervariasi antara 31-69%. Aflatoksin masih menjadi mikotoksin utama yang paling banyak ditemukan di Asia, sedangkan fumonisin mengontaminasi sampel yang berasal dari Amerika latin secara dominan," tuturnya.

Yang mengejutkan menurut Dr Swamy yakni perubahan iklim yang terjadi beberapa tahun belakangan ini meningkatkan tingkat kecemaran dari sampel. Rerata semua jenis toksin yang diperiksa mengalami peningkatan konsentrasi.

Ia juga memberi perhatian lebih kepada para produsen untuk lebih waspada dengan meningkatnya konsentrasi cemaran fumonisin dan T-2HT2 yang cukup signifikan dibandingkan tahun - tahun sebelumnya. Tak lupa ia menghimbau kepada para produsen, supplier, dan stakeholder lainnya agar lebih selektif dalam mencari solusi agar dapat mengendalikan mikotoksin. (CR)

MEWASPADAI PENYAKIT UNGGAS DI TAHUN 2023


Webinar Penyakit Unggas 2023


Keberadaan penyakit atau agen penyebab penyakit pada peternakan ayam merupakan suatu hambatan yang harus dilalui dalam usaha budidaya ayam. Sebisa mungkin penyakit harus dapat dicegah dan diminimalisir kejadiannya agar usaha budidaya dapat berlangsung dengan baik, sehingga performa ayam maksimal. 

Sebuah webinar digelar oleh Poultry Indonesia dengan tema “Prediksi Penyakit Unggas 2023”, pada (18/1) lalu, tujuannya yakni untuk memberikan gambaran kepada publik mengenai penyakit pada unggas. Selain itu hal ini juga sebagai early warning bagi para peternak bahwasanya masalah gangguan kesehatan yang mengganggu kegiatan budi daya masyarakat masih menjadi ancaman nyata, sekaligus memberikan gambaran langkah–langkah yang bisa diambil oleh para peternak untuk meminimalisir kerugian akibat gangguan kesehatan tersebut.
Andi Ricki Rosali, mantan duta ayam dan telur selaku peternak layer dan broiler, memaparkan pengalamannya mengenai kejadian penyakit unggas yang terjadi di lapangan selama tahun 2022. Beberapa penyakit yang seringkali ditemukan pada peternakan broiler miliknya adalah Tetelo (Newcastle Disease), Gumboro (Infectious Bursal Disease), Avian Influenza (AI), dan Coryza (Snot). Sedangkan penyakit yang seringkali ia temukan pada peternakan layernya adalah Infectious Bronchitis, Tetelo, Egg Drop Syndrome, dan Coryza.
“Saya sebagai peternak, yang bisa dilakukan yakni tindakan preventif sebelum penyakit-penyakit tersebut masuk ke farm. Lokasi farm yang berdekatan dengan farm lain serta riwayat adanya penyakit di area tersebut juga membuat ayam rentan. Jadi biasanya, kami lakukan sanitasi, seperti desinfeksi, clearing area, steril area, dan penyediaan baju ganti untuk menjaga performa dan kesehatan ternak itu sendiri. Ditambah dengan mulitivitamin dan ditunjang dengan nutrisi yang cukup,” terangnya.
Andi tidak lupa menekankan mengenai pentingnya memperhatikan area peternakan dan zona biosekuritinya. Dirinya percaya jika dalam menghadapi penyakit dibutuhkan kemampuan manajemen yang baik.
Dalam kesempatan yang sama, drh Fauzi Iskandar, selaku Veterinary Services Manager PT Ceva Animal Health Indonesia, mengatakan bahwa tantangan peternakan di Indonesia masih didominasi oleh kepadatan antar kandang yang tinggi, kepadatan flok yang tinggi, dan kandang yang menerapkan prinsip multi age pada layer. Berdasarkan data Diseases Surveillance oleh Ceva, penyakit yang akan muncul di tahun 2023 adalah Newcastle Disease, Infectious Bronchitis, Infectious Bursal Diseases, Inclusion Body Hepatitis, dan Avian Influenza. Meski begitu, Fauzi mengatakan bahwa ND masih menjadi musuh utama.
“Tetelo atau Newcastle Disease (ND) masih menjadi fokus kami bersama. Ditemukan pada tahun 1926 di Indonesia, jelas saja Indonesia menjadi negara endemis atau high-risk untuk penyakit Tetelo. Dengan penyebarannya yang luas, sedikit sekali negara yang bebas dari penyakit ini. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan vaksinasi serta menjalankan biosekuriti yang baik dan konsisten di peternakan,” pungkasnya.
Pemateri ketiga yakni Prof I Wayan Teguh Wibawan selaku Guru Besar Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University. Dirinya mengatakan bahwa penyakit pada unggas yang menjadi langganan yakni penyakit saluran pernapasan dan pencernaan. Wayan mengatakan bahwa pemeliharaan ternak unggas ditopang oleh 3 pilar, yakni bibit, pakan, dan manajemen, termasuk manajemen pemeliharaan dan penyakit di dalamnya.
“Dalam manajemen kesehatan, keseimbangan nutrisi atau kualitas pakan sangat menentukan performa ayam, sehingga saya tekankan jangan terlalu berkompromi dengan kualitas pakan. Stres intrinsik, seperti ayam yang tumbuh cepat, dan stres ekstrinsik dari vaksinasi, kepadatan, suhu, kelembaban, amoniak, dll), juga memiliki dampaknya sendiri,” ujarnya.
Dalam manajemen penyakit, peran vaksin tentu sangat penting. Namun, penggunaanya perlu diperhatikan agar pembentukan antibodi optimal. Imunostimulan, berupa vitamin dan lain sebagainya, juga dapat diberikan untuk mengurangi pengaruh stress intrinsik pada ayam modern yang tumbuh sangat cepat.
“Penentu utama khasiat vaksin ditentukan oleh kecocokan epitope-epitope vaksin yang digunakan dengan epitope virus lapangan. Hal ini dapat diketahui melalui uji serologis dan diperkuat dengan uji molecular biology (squenzing) dan uji tantang.  Selain itu, preparasi vaksin dan ketepatan pelaksanaan, seperti handling vaksin, dosis, program vaksinasi, dll, juga menentukan efektivitas vaksin,” jelasnya. (CR)

ASOHI UNGKAP PENTINGNYA KETERSEDIAAN OBAT HEWAN DI MASA WABAH PMK

Webinar Memperingati HUT BBPMSOH 

Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPSMOH) Gunung Sindur menggelar webinar “Penanggulangan Wabah PMK di Indonesia” yang dilaksanakan dalam rangka memaknai 77 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia dan 37 Tahun BBPMSOH pada Selasa (16/8). Webinar yang digelar secara virtual memanfaatkan fasilitas zoom meeting menghadirkan nara sumber salah satunya Ketua Umum ASOHI Drh Irawati Fari.

Webinar dibuka dengan sambutan dan arahan dari Direktur Kesehatan Hewan Dr drh Nuryani Zainuddin . Kemudian dilanjutkan dengan paparan dari Kepala BBPMSOH Drh Maidaswar MSi yang bertajuk “37 Tahun BBPMSOH Membersamai”.

Pembicara kedua Prof Dr drh I Wayan T Wibawan MS membawakan materi berjudul “Pedoman vaksinasi PMK pada ternak dalam upaya penanggulangan dan pengendalian Penyakit PMK di Indonesia”.  Sementara perwakilan dari Bagian Fitofarmaka IPB University memberikan paparan bertajuk, “Penggunaan obat hewan alami sebagai terapi pendukung dalam penanggulangan penyakit virus di Indonesia.”

Pembicara terakhir Ketua Umum ASOHI Drh Irawati Fari membawakan materi bertajuk “Peran Penting ASOHI Untuk Penyediaan Obat Hewan Di Masa Wabah PMK.” Dalam paparannya Irawati menekankan selama wabah Penyakit PMK ini ASOHI secara aktif ikut dalam Pertemuan/Rapat dengan Lembaga Pemerintah ; Kementan, Kemenko Ekonomi, Kemenko Maritim dan Investasi dan Badan Nasional Penaggulangan Bencana. ASOHI terdaftar sebagai anggota SATGAS BNPB Pusat & Propinsi.

Berbagai kegiatan ASOHI  diantaranya melakukan koordinasi kegiatan sehubungan dengan peran ASOHI dalam memberikan donasi dalam kondisi kedaruratan dan koordinasi penyediaan Obat Hewan supportive dan disinfectant. Koordinasi dengan ASOHI Daerah dalam penggalangan donasi Obat Hewan dan penyalurannya kepada pemerintah. Memfasilitasi anggota ASOHI dalam percepatan proses dalam mendapatkan rekomendasi impor untuk Obat Hewan PMK.

“Kami menyarankan donasi langsung dari ASOHI Daerah kepada Pemda setempat yang berlangsung sampai sekarang. Koordinasi dengan produsen dan Importir Obat Hewan dalam rangka kesiapan untuk memenuhi kebutuhan Vaksin dan Obat Hewan. Meyelenggarakan Webinar PMK, 29 Juni 2022. Pembentukan Satgas PMK – ASOHI melalui Surat ASOHI bernomor KP 007/ASH/VI/2022. ASOHI berperan aktif dan cepat memberikan informasi ketersediaan stok, jenis vaksin PMK yang tersedia dan informasi lain yang dibutuhkan Pemerintah untuk penanggulangan PMK. Koordinasi rutin dan intens dengan Satgas PMK Kementan,” terang Irawati.

Irawati melanjutkan, hingga saat ini kegiatan donasi penyediaan Obat Hewan supportive dan disinfectant yang dilakukan oleh ASOHI Pusat dan Daerah telah mencakup 14 Provinsi. Diantaranya di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, DKI Jakarta, Banten, Lampung, Medan, Bangka Belitung (oleh ASOHI Sumsel), Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah (oleh ASOHI Kalsel), NTB (oleh ASOHI Bali), dan Sulawesi Selatan.

Secara total perkiraan nilai total donasi ASOHI dalam rupiah mencapai Rp. 668.585.000 dengan rincian Desinfektan Rp. 390.645.000, Obat Hewan Rp. 196.500.000, Obat Luka Rp. 26.400.000, dan Lain-Lain Rp. 55.040.000.

Irawati juga menuturkan permasalahan obat hewan yang saat ini menjadi tantangan dalam pengendalian wabah PMK. Diantaranya adalah soal data kebutuhan vaksin dan obat hewan. Kemudian juga soal administrasi Rekomendasi impor, Registrasi & Registrasi ulang yang sedikit banyak menghambat akselerasi penyediaan obat hewan untuk PMK. Belum lagi soal penyediaan & distribusi, penggunaan obat hewan yang teregistrasi, isu AMR, dan prosedur penyediaan  via pemerintah (e-catalog).

Irawati juga menjelaskan tentang adanya informasi di medsos dari Pemerintah untuk menggunakan desinfektan berbahan kimia RT (tidak memiliki nomor registrasi). Banyaknya penggunaan desinfektan yang belum terdaftar, seperti pemutih pakaian, asam sitrat, dan lain-lain yang mana itu dilakukan oleh pemerintah sendiri.

“Lambatnya pengambilan keputusan Pemerintah untuk menentukan jenis vaksin import yang disetujui juga menjadi slah satu tantangan dalam akselerasi pengendalian wabah PMK,” ujar Irawati. (INF)

PELANTIKAN DPP PPSKI DAN SEMINAR NASIONAL PMK

Ketum PPSKI Melantik Perangkat DPP PPSKI 2020-2025

Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) melangsungkan acara pelantikan DPP PPSKI 2020 - 2025 di Gedung C Kementerian Pertanian, Selasa (28/6) lalu. Dalam sambutannya Ketua Umum PPSKI Drh Nanang Purus Subendro yang juga melantik perangkat kepengurusan tersebut mengatakan bahwa sektor peternakan kini sedang dalam ancaman wabah PMK, oleh karenanya diharapkan kepengurusan baru dapat berkontribusi dan menunjukkan eksistensinya dalam membantu pemerintah dalam memberantas PMK.

Turut pula hadir  Drh Agung Suganda selaku Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Agung menyambut baik acara pelantikan tersebut, dan berharap PPSKI tetap dapat menjaga hubungan baik sebagai mitra pemerintah di bidang peternakan. 

"Kami berterima kasih kepada PPSKI atas segala saran, masukan, dan bahkan kritiknya. Kami juga akan senantiasa berhubungan baik. Mudah - mudahan wabah ini bisa kita atasi bersama," tutur Agung.

 PPSKI juga melaksanakan seminar nasional dengan tema "Pasca PMK, Apa Yang Harus Dilakukan?" secara luring dari Gedung C Kementan dan daring melalui aplikasi Zoom Meeting. Hadir sebagai narasumber yakni Prof Drh Warsito Guru Besar FKH UGM, Dr Drh Denny Widaya Lukman ahli kesmavet SKHB IPB University, dan Ir Yudi Guntara Noor Komtap Peternakan Kadin Indonesia.

Dalam paparannya Prof Warsito menggambarkan betapa menderitanya peternak sapi, kerbau, dan hewan lain yang rentan terhadap PMK, utamanya peternak skala kecil yang benar - benar menggantungkan hidup dari ternaknya. 

Yang mengejutkan dalam presentasinya, ia menjelaskan bahwa virus PMK ternyata dapat menyebabkan degenerasi hyalin pada otot inangnya. Hal ini dikarenakan virus membutuhkan nutrisi untuk melakukan replikasi.

"Celakanya kita telat mengetahui bahwa daging hewan yang terinfeksi PMK kualitasnya akan jelas menurun, kadar proteinnya juga turun, sehingga masyarakat yang tadinya diharapkan mendapatkan protein malah cuma makan serat kasarnya saja, ini berpotensi menyebabkan malnutrisi di masyarakat," tutur Prof Warsito.

Dr Denny Widaya Lukman selaku narasumber kedua tidak bosannya mengingatkan bahwa PMK bukanlah penyakit zoonosis sehingga masyarakat tidak perlu khawatir untuk mengonsumsi produk hewani seperti susu, daging, dan produk olahan lainnya.

"Yang perlu diingat yakni jangan lupa memasak daging dan jeroan sampai benar - benar matang hingga memastikan semua mikroba patogen baik virus PMK maupun mikroba lain mati. Jadi kita tidak usah panik, tetaplah konsumsi produk hewan dengan kewaspadaan," kata dia.

Sementara itu, Yudi Guntara Noor menjabarkan mengenai dampak ekonomi PMK di sektor peternakan. Menurut dia yang paling terdampak dari adanya wabah ini adalah peternak sapi perah. Berdasarkan data yang ia dapatkan dari GKSI per bulan Juni 2022, sekitar 70 ribu ekor dari total 280 ribu ekor sapi perah milik anggota GKSI terinfeksi PMK. Sekitar 3000 ekor diantaranya dipotong paksa dan sekitar 1500 ekor mati. 

"Kerugian tersebut belum termasuk penurunan produksi susu sekitar 30-40%, ini tentu sangat merugikan, oleh karena itu kita tidak boleh tinggal diam, semua elemen harus berkolaborasi dalam memerangi wabah ini, kalau tidak bisa habis semuanya," tutur Yudi.

PPSKI juga menyampaikan 10 poin pernyataan sikap terhadap kondisi wabah terkini yaitu : 

1. Menyambut gembira dengan adanya Satgas Nasional PMK di bawah komando BNPB, PPSKI berharap banyak bahwa dengan telah terbentuknya Satgas ini, seluruh kebijakan, kegiatan serta koordinasi di lapangan bisa berjalan dengan baik, cepat dan dalam satu komando.

2. Proses pengadaan Vaksin dan Obat-obatan PMK agar menjadi skala prioritas, mengingat saat ini stok obat-obatan untuk PMK mengalami kekosongan di beberapa daerah.

3. Mempercepat Proses Pengadaan Vaksin Mandiri yang sedang di ajukan oleh asosiasi dan beberapa perusahaan peternakan , agar usaha peternakan yang di jalankan swasta bisa tetap hidup dan berkelanjutan dengan adanya Vaksin.

4. Mendorong Percepatan Pembuatan Vaksin Produksi dalam negeri dengan melibatkan pabrikan vaksin hewan Swasta atau milik BUMN yang sudah ada di Indonesia dengan dibawah koordinasi Pusvetma Surabaya.

5. Meminta pemerintah untuk melakukan percepatan dan kemudahan dalam proses adminstrasi biaya penggantian sapi yang terkena PMK, sapi yang mati karena PMK, dan sapi yang dipotong paksa karena PMK, Penggantian biaya ini untuk seluruh sapi yaitu, Sapi Pedet, sapi dewasa, sapi Induk dll yang besarannya di hitung secara proporsional.

6. Meminta kepada pemerintah untuk bisa membantu para peternak sapi dan Kerbau yang terdampak PMK atas Kredit Usaha Rakyat, Kredit LPDB agar bisa ditangguhkan dan diberikan modal baru untuk bisa mengganti ternak yang, sakit , mati atau potong paksa akibat wabah PMK.

7. Mendorong pemerintah untuk segera Menyusun program pemulihan ekonomi akibat adanya wabah PMK , dan memastikan pembangunan peternakan bisa berkelanjutan .

8. Melakukan Proteksi wilayah yang masih terbebas dari PMK yang menjadi kantong Produksi sapi potong, dengan cara segera melakukan vaksinasi di daerah yang masih zona hijau, seperti NTT, Bali dan Sulawesi selatan.

9. Pemerintah agar memastikan kesediaan anggaran Vaksin PMK hingga 3 tahun kedepan, hal ini bagian dari Upaya dari menjadikan Negara Indonesia Bebas PMK.

10. Pemerintah menjamin untuk tidak memasukan daging serta produk turunan hewan dari negara yang belum bebas PMK. (CR)


ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer