Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Pinsar | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

SILATURAHMI DUTA AYAM DAN TELUR KE D'COLONEL RESTO

Duta ayam dan telur periode 2018-2021 Muhammad Andi Ricki Rosali dan Offie Dwi Natalia berkunjung ke D'Colonel Resto Rabu (11/9) yang lalu di Jalan Pandu, Kota Bogor dan Cipanas, Kabupaten Bogor. Kunjungan tersebut merupakan kunjungan perdana bagi kedua duta ayam dan telur tersebut. Sesampainya disana, duta ayam dan telur disambut oleh pemilik D'Colonel Resto, Drh Cecep Muhammad Wahyudin.

Muhammad Andi Ricki Rosali menyatakan kekagumannya terhadap restoran D'Colonel resto, menurutnya konsep yang diusung oleh D'Colonel Resto sangat unik, menarik dan berbeda dari restoran cepat saji sejenis. "Restoran ayam goreng mana yang temanya kandang closed house seperti gini?, saya rasa cuma ini saja. Orang kan jarang yang tahu kandang closed house, jadi penasaran kan," tuturnya.

Namun begitu ia menyarankan agar interior restoran agar dilengkapi keterangan - keterangan tentang pemeliharaan ayam dari awal hingga panen agar mengedukasi masyarakat elbih detail tentang budidaya. "Lebih bagus kalau dibuat ada skema, bagan atau display alur pemeliharaan ayam begitu, biar masyarakat juga tahu kalau memelihara ayam enggak pakai hormon - horomonan begitu," tukasnya. 

Senada dengan Andi, Offie juga menyatakan kekagumannya terhadap D'Colonel Resto. "Yang satu temanya closed house, di Cipanas temanya sawah, udah gitu Bali banget. Menunya juga enggak pasaran kayak di restoran lain, disini ada campuran antara modern dan tradisional, dan enggak kalah enak rasanya," tukas Offie.

Duta Ayam & Telur berfoto bersama pemilik D'Colonel Resto dan awak media


Kemudian duta ayam dan telur menyempatkan berdiskusi sambil sharing bersama pemilik restoran, Drh Cecep. Menurut Cecep, bisnis makanan terutama yang berbahan dasar produk unggas masih sangat diminati oleh masyarakat. "Semakin lama orang kan mau yang praktis, jadi bisnis ini masih cukup menjanjikan-lah, tinggal kitanya aja kreatif supaya menunya variatif dan rasanya tetep enak dan yang penting berkualitas," tutur Cecep.Kualitas produk yang baik, kata Cecep juga ditentukan dari bahan baku yang berkualitas baik. Oleh karenanya D'Colonel resto selalu mementingkan hal tersebut.

Cecep juga bercerita mengenai jatuh-bangunnya dalam merintis bisnis makanan siap saji tersebut. "Mulai dari mini, bisa dibilang hingga kini D'Colonel resto telah memiliki 4 gerai dan sekitar 100 gerobak makanan (food cart) di Jabodetabek. Nah, maksud saya begini, peternak juga sudah harus memikirkan nanti produk unggasnya mau dijual kemana?, masa di pasar terus?, mari sisi hilirnya juga kita pikirkan bersama," tukas Cecep.

Selain silaturahmi dan mengetahui seluk-beluk bisnis restoran lebih dalam, tentunya kunjungan duta ayam dan telur juga diharapkan dapat meningkatkan masyarakat agar lebih banyak mengonsumsi protein hewani, utamanya daging dan telur unggas. Agar masyarakat lebih sehat, cerdas dan tetap produktif jangan lupa selalu konsumsi telur dan daging ayam setiap hari!. (CR)


RAPAT KOORDINASI PERUNGGASAN DI SOLO HASILKAN TUJUH KEPUTUSAN

Solo, 14 Juni 2019 bertempat di Hotel Syariah Solo Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan drh I Ketut Diarmita memimpin rapat koordinasi perunggasan. Hadir dalam acara tersebut Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Wakil Ketua Satgas Pangan Mabes Polri, perwakilan perusahaan integrator, perwakilan organisasi peternak unggas (PINSAR, GOPAN, Presidium PRPM), Ketua Umum GPPU dan Perwakilan Dinas terkait di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. 

Setelah mencermati data perunggasan terkini yang disampaikan oleh Dirjen PKH dan banyaknya masukan selama sesi diskusi, maka dihasilkan keputusan sebagai berikut : 

  1. Pelaksanaan pengurangan DOC FS broiler sebanyak 30% dari populasi telur tetas fertil di seluruh Indonesia dan akan diawasi dengan pola cross monitoring oleh tim yang melibatkan unsur Dirjen PKH, Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan tingkat provinsi/kabupaten/kota, GPPU, PINSAR, PPUN dan GOPAN. Bukti pengurangan dari masing - masing perusahaan harus dibuat dalam bentuk berita acara yang ditandatangani oleh perwakilan perusahaan dan tim yang melakukan monitoring.
  2. Integarator harus membuat pakta integritas bahwa tidak semua ayam yang diternakkan di wilayah Jateng dan Jatim dijual ke pasar tradisional di wilayah yang dimaksud dan sebagainya harus diolah dalam bentuk daging beku atau olahan. Bagi yang tidak merealisasikan pakta integritas ini maka izin impor ditunda sampai pakta dipenuhi.
  3. Integrator dan peternakn mandiri harus melaporkan broker unggas komersial yang dimiliki atau yang menjadi langganannya kepada Direktur Jendral PKH dan Direktur Jendral Perdagangan Dalam Negeri Kemendag. Jika tidak, maka izin impor tidak akan diproses sampai laporan disampaikan. Satgas Pangan Mabes Polri pun akan ikut mengawasi perilaku broker dan integrator. 
  4. Kepala dinas yang membidangi fungsi PKH di tingkat provinsi dan kabupaten/kota harus segera mendata nama, nomor ponsel, alamat lengkap perusahaan, peternak mandiri, peternak UMKM, jumlah kandang serta kapasitas kandang terpasang. Dinas juga harus mendata secara lengkap jumlah RPHU secara lengkap berikut kapasitas cold storage yang dimiliki swasta dan pemerintah di wilayahnya. Selain itu Dinas juga diwajibkan memberikan pembinaan kepada perusahaan, peternak mandiri dan peternak UMKM di wilayahnya.
  5. Akan dilakukan review Permentan No. 32 tahun 2017 terutama pasal 12 mengenai kepemilikan RPHU dan rantai dingin dalam rangka penyempurnaan regulasi di bidang perunggasan dan definisi peternak mandiri, dan definisi integrator.
  6. Mengusulkan review Permendag No. 96 tahun 2018 terkait harga acuan pembelian di tingkat petani dan harga acuan penjualan di tingkat konsumen serta mengkaji harga acuan DOC FS dan pakan. 
  7. Dalam rangka menyelesaikan persoalan harga live bird yang rendag, Kemendag mengeluarkan himbauan (setelah berkoordinasi dengan KPPU) kepada para peternak (integrator, peternak mandiri, peternak UMKM) untuk melakukan pembagian live bird/karkas secara gratis kepada masyarakat khususnya masyarakat miskin menggunakan dana CSR. Dalam pelaksanaannya akan dikoordinasikan oleh dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan serta dinas yang membidangi fungsi perdagangan di tingkat provinsi/kabupaten/kota dengan GPPU dan PINSAR. (CR)


PERJUANGAN PETERNAK RAKYAT & PETERNAK MANDIRI (PRPM) DIRESMIKAN

Gedung Joang 45 Senin (8/4) yang lalu menjadi saksi atas diresmikannya Perjuangan Peternak Rakyat & Peternak Mandiri (PRPM). Acara tersebut juga dihadiri oleh semua stakeholder yang berkecimpung dalam industri perunggasan nasional. Latar belakang dari dideklarasikannya Perjuangan PRPM yakni anjloknya harga livebird pada beberapa bulan terakhir. Selain itu, keadaan diperparah dengan naiknya harga input produksi yakni DOC (Day Old Chick) dan pakan. Keadaan seperti ini kerap kali terjadi dan menimbulkan keresahan di kalangan peternak rakyat & peternak mandiri karena dapat mematikan usaha mereka secara perlahan. 

Presidium PRPM, Sugeng Wahyudi mengatakan bahwa menurut data yang dirilis Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN), hingga kini harga DOC dan pakan menyentuh angka minimal Rp. 6.700 (DOC) dan Rp. 7.400 (pakan). Sementra harga ayam hidup terus anjlok, harga terendah yang tercatat yakni Rp. 11.500 (ayam ukuran 1,6 kg keatas) di wilayah Jawa Tengah. “Jika merujuk pada hukum ekonomi, seharusnya harga DOC turun karena keadaan yang terjadi di lapangan adalah over supply DOC, namun begitu kenyataannya harga DOC tetap tinggi. Hal yang sangat aneh, ketika harga ayam hidup turun drastis, tetapi harga DOC tetap bahkan cenderung naik,” ucap Sugeng.

Padahal, terdapat dua instrumen regulasi yang bisa menjadi “bodyguard” dari kondisi ini. Pertama yakni Permentan 32 Tahun 2017 tentang penyediaan, peredaran, dan pengawasan ayam ras pedaging dan petelur konsumsi. Instrumen kedua yakni Permendag 96 Tahun 2018 tentang harga acuan pembelian ditingkat petani dan harga acuan penjualan ditingkat konsumen. Namun kedua instrumen regulasi ini tidak berjalan, sehingga permasalahan yang selalu terjadi diperunggasan selalu berulang.

PRPM Resmi Dideklarasikan di Gedung Joang 45

Sementara itu Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Ketut Diarmita dalam sambutannya mengatakan bahwa pemerintah selalu membuka diri dan mendengarkan masukan serta keluh kesah peternak. “Pak Mentan sudah menekankan kepada saya, agar masalah ini segera selesai, makanya mari sama – sama kita cari solusi agar cepat selesai. Biar nanti kita enggak bicara dan berebut pasar becek lagi, jadi orientasinya ekspor begitu,” tutur Ketut. Ia juga merasa bosan dan enggan terus berlarut dalam masalah ini (harga ayam, DOC, pakan, dan telur), oleh karenanya ia sangat ingin masalah ini cepat selesai dan tidak berulang kembali.

Stakeholder lain yang juga hadir dalam acara tersebut adalah GPPU. Ketua umum GPPU Achmad Dawami menyatakan bahwa secara pribadi dan organisasi tidak menginginkan kejadian ini terus terjadi. “Saya juga sudah terus mikirin ini, makanya saya kemarin pas rapat umum GPPU menghimbau kepada para anggota GPPU ayo kita perpanjang cutting DOC sampai minggu ke-3 puasa, supaya peternak menikmati juga harga yang menguntungkan. Kami juga mengerti kok penderitaan mereka,” tukas Dawami.

Terkait hal kuota impor GPS dimana pemerintah juga akan memberikannya pada peternak, Dawami enggan berkomentar dan menaggapi. Pemerintah dalam hal ini Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Sugiono juga enggan banyak berkomentar mengenai masalah tersebut. “Masih kita kaji dan kita pelajari lagi, kita juga masih harus berdiskusi tentang masalah ini bersama tim ahli juga, kita lihat nanti ya,” kata Sugiono sembari kepada Infovet. (CR)





HARGA AYAM ANJLOK, PETERNAK DIBERI JATAH IMPOR GPS?

Anjloknya harga ayam broiler beberapa bulan belakangan ini makin meresahkan peternak. Setelah sepekan mediasi awal antara Perjuangan Peternak Rakyat & Peternakan Mandiri (PRPM) dengan pemerintah (Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dam Ditjen Perdagangan Dalam Negeri) belum membuahkan hasil, kembali peternak yang diwakili PRPM bermediasi dengan Direktur Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan di Gedung C Kementan 2 April yang lalu.

Dalam pertemuan tersebut peternak mengeluhkan masih rendahnya harga ayam kepada Dirjen. Tri Hardiyanto Ketua Dewan Pembina GOPAN mengatakan bahwa harga saat ini masih jauh dibawah HPP yang diinginkan peternak dan sangat merugikan. “Kita kemari masih terus memperjuangkan nasib rekan – rekan kami dimana harga kini sangat rendah, selain itu kita juga ingin mengadukan pada Dirjen bahwa harga DOC dan pakan masih belum turun,” kata Tri ketika ditemui Infovet.

Tri juga mengatakan bahwa saat ini target PRPM dalam jangka pendek adalah agar para integrator menurunkan harga DOC dan harga pakan, sembari membenahi harga yang anjlok di tingkat peternak. “Belum ada pengumuman akan penurunan harga pakan dan DOC, sudah ada sih integrator yang siap menjual pakannya Rp. 6.500 dengan kode tertentu, namun terkait kualitas silakan dicoba sendiri. Kami juga ingin harga ayam agar naik sesuai dengan Permendag 96/2018,” pungkasnya.

Peternak Bermediasi Dengan Dirjen Peternakan & Keswan (Foto : CR)


Menanggapi hal tersebut, Dirjen peternakan dan kesehatan hewan I Ketut Diarmita berkata bahwa dirinya telah melakukan mediasi juga dengan perushaan integrator perunggasan. “Seharusnya harga DOC dan pakan sudah ada yang turun itu, kalau belum dan masih tinggi silakan bapak – bapak sekalian lapor ke saya, sekalian sebutkan perusahaan mana saja itu,” tutur Ketut. Ia juga meminta kepada peternak agar menambah stok kesabaran, karena permasalahan ini tidak dapat selesai dalam sekejap mata. 

Terkait harga, menurut Mukhlis Wahyudi salah satu perwakilan peternak asal Bandung, harga ayam di Jawa Barat terutama Bandung, Tasikmalaya, Kuningan, Garut dan sekitarnya masih rendah yakni sekitar Rp. 13.000 – Rp. 14.000 / kg, memang naik ketimbang minggu lalu namun belum signifikan hanya berkisar Rp. 1.000 saja. Selain itu, harga di daerah Jawa Tengah terutama di Ring 3, masih dalam keadaan mengkahawatirkan diangka Rp. 12.000 – Rp. 13.000. Oleh karenanya ia menghimbau agar segera diambil langkah agar tidak semakin hancur. “Saya juga sudah menyarankan kepada peternak di sana, agar ayam – ayam di Jateng jangan digelontorkan ke Jabodetabek dan Jabar, kalau tidak situasi harga yang mulai membaik ini akan hancur lagi,” tutur Mukhlis.

Dalam pertemuan tersebut PRPM juga menyauarakan aspirasi mengenai revisi Permentan 32 / 2017 terkait penghapusan kuota GPS. Sigit Prabowo mantan ketua umum PPUN menjabarkan mengapa ada perbedaan terkait data produksi FS yang berbeda. PRPM juga meyarankan agar pemerintah melakukan aborsi telur tetas (HE) yang bobotnya dibawah 55 gram. “Telur yang bobotnya 55 gram ke bawah sebaiknya diaborsi saja, selain dapat mengurangi potensi over supply, kita juga melakukan seleksi indukan, nanti telur – telur yang diaborsi bisa diberikan gratis kepada masyarakat, “tukas Sigit. Ia juga menyarankan agar pemerintah meyiapkan perpres yang pro kepada peternak yang senafas dengan Kepres 22 /1990, misalnya.

Saran dari PRPM mengenai impor GPS ditanggapi positif oleh Ketut. Ia berencana akan memberikan kuota impor GPS pada peternak. “Nanti saya akan lakukan itu, tetapi bapak – napak sekalian dikaji kembali hitungannya, jangan nanti ketika saya sudah kasih kuota bapak salah hitung, terus saya disalahkan lagi. Intinya tetap nanti bapak – bapak sekalian akan tetap diaudit, apakah layak punya GPS, sesuai dengan aturan kita juga yang harus dipenuhi,” tutur Ketut. Perwakilan peternak pun menyambut kalimat Ketut tadi dengan tepuk tangan dan sumringah, karena dengan dibolehkannya impor GPS oleh peternak setidaknya ada harapan peternak dapat megurangi ketergantungan kebutuhan DOC dari integrator. Apa iya?, faktanya memelihara GPS dibutuhkan fasilitas khusus dan persyaratan khusus yang jika peternak tidak dapat memenuhinya dan dinilai tidak layak oleh Kementan, maka kuota impor GPS tidak akan diberikan. Semoga saja hal ini bukan sekedar wacana.(CR)

Jagung Masih Mahal, Peternak Rugi

Ilustrasi kandang ayam petelur (Foto: Google)


Harga jagung mahal menyebabkan kerugian yang dialami semakin tinggi. Pasalnya, jagung merupakan bahan dasar utama pakan ternak. Demikian dikatakan Sekretaris Jenderal Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar), Atung.  

Saat ini harga jagung berada di angka Rp 5.400 per kg. Padahal harga jagung normalnya dipatok Rp 4.500 hingga Rp 4.600 per kg.

"Ini jagung tinggi banget dari awal dan berpengaruh. Sekarang harganya sudah di luar nalar kita, jagung sekarang Rp 5.400 per kg itu biasanya Rp 4.500 sampai Rp 4.600 per kg," kata dia, Senin (15/10/2018).  

Lebih lanjut, dia mengungkapkan kenaikan harga jagung tersebut dikarenakan kurangnya pasokan di dalam negeri. Kekosongan pasokan tersebut telah terjadi sejak 2 minggu ke belakang ini.

Seperti dikutip dari detik.com, peternak juga mengaku merugi hingga Rp 3 juta per hari, karena harga telur yang terus merosot. Bahkan tercatat harga jual telur ayam ada Rp 15.000 per kilogram.

Dia mencontohkan, kerugian yang mesti ditanggung peternak untuk biaya produksi sebesar Rp 3.000 per telur per hari. Sedangkan telur yang dihasilkan per harinya mencapai 1 juta ton. Artinya ada kerugian sebesar Rp 3 juta per harinya.

“Misalnya, produksi 1 ton dan kalau biaya produksi itu Rp 3.000 kan itu jadi Rp 3 juta per hari," jelasnya.

Lebih lanjut, Atung mengungkapkan akan melakukan afkir dini atau memotong ayam yang masih produktif. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi angka kerugian tersebut. (Sumber: detik.com)

ELANCO DAN PINSAR GELAR SEMINAR ANTIMIKROBIAL

Bertempat di Hotel Santika Premiere Gubeng Surabaya, Pinsar Indonesia bekerjasama dengan Majalah Infovet dan Elanco Animal Health Indonesia menggelar seminar teknis “Antimikrobial dalam Industri Peternakan”, Rabu, 4 Oktober 2017. Seminar ini diikuti oleh para peternak dan pabrik pakan dari wilayah Jawa Timur dan sejumlah tamu undangan.
Dari kiri-kanan: Suaedi Sunanto, Sri Widayati, Fajar Sumping Tjatur Rasa, Agus Prastowo.
Seminar menghadirkan pembicara Direktur Pakan Ir Sri Widayati, Direktur Kesehatan Hewan Drh Fajar Sumping Tjaturrasa dan Technical Manager Elanco Animal Health Indonesia, Drh Agus Prastowo. Para peserta sangat antusias mengikuti seminar ini karena hadir pejabat penting dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan yang juga didampingi Kepala Sub Direktorat (Kasubdit)-nya. Direktur Pakan didampingi Kasubdit Mutu Pakan, Ir Joko Purwanto, sedangkan Direktur Kesehatan Hewan didampingi Kasubdit Pengawasan Obat Hewan (POH), Drh Ni Made Ria Istriyanthi.
Tidak ada negara di dunia yang membebaskan diri dari penggunaan antibiotik dalam industri peternakan, namun penggunaan antibiotik sebagai alat untuk pemacu pertumbuhan adalah sesuatu yang tidak sesuai lagi dengan ‘etika global’. Demikian benang merah yang bisa diambil dari seminar ini.
Ketua Bidang Promosi dan Usaha Pinsar Indonesia, Ricky Bangsaratoe, pada sambutannya menyampaikan, seminar ini adalah seminar teknis mengenai antimikrobial dalam Industri peternakan yang kedua, setelah yang pertama diselenggarakan di Jakarta, 25 Juli 2017 lalu.
Sementara itu Direktur Elanco Animal Health Indonesia, Suaedi Sunanto, mengatakan, seminar ini diselenggarakan sebagai kepedulian Elanco Animal Health Indonesia, Pinsar Indonesia dan Infovet dalam mensosialisasikan Permentan No. 14/ 2017 mengenai Klasifikasi Obat Hewan, serta Permentan No. 22/2017 tentang Pendaftaran dan Peredaran Pakan.
Suaedi menuturkan, diharapkan dengan seminar ini kalangan usaha perunggasan dapat menyiapkan diri menyambut berlakunya pembatasan AGP per Januari 2018 mendatang. Hal itu pun dibenarkan oleh Dirkeswan, Fadjar Sumping Tjatur Rasa, dalam materinya soal regulasi obat hewan yang disampaikannya mengenai pembatasan penggunaan antibiotik dalam pakan. (WK)



ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer