-->

GURU BESAR UNPAD UBAH LIMBAH PETERNAKAN JADI SUMBER ENERGI TERBARUKAN

Fese Dari Peternakan Sapi, Bisa Dimanfaatkan Sebagai Sumber Energi Alternatif


Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Prof. Ellin Herlia, mengatakan, saat ini, limbah peternakan masih menjadi masalah. Sebab, masyarakat banyak yang enggan mengolah limbah tersebut sehingga kerap terjadi pencemaran lingkungan.

Berkaitan dengan hal tersebut, Prof. Ellin melakukan riset mengenai pemanfaatan limbah peternakan untuk dijadikan sumber energi terbarukan. Hal tersebut disampaikan Prof. Ellin saat menjadi narasumber dalam Hard Talk di kanal YouTube Unpad. 

Salah satu temuannya adalah biogas yang dihasilkan dari feses ternak dan batu bara muda atau lignit. Karena kalor yang rendah, lignit jarang digunakan. Prof. Elin pun memanfaatkannya bersama feses ternak untuk menghasilkan gas metan.

Penelitian ini dilakukan melalui hibah Academic Leadership Grant (ALG) Unpad sejak tahun 2015, dengan turut melibatkan sejumlah peneliti Fapet dan peneliti Fakultas Teknik Geologi Unpad.

Dijelaskan Prof. Elin, pori-pori dalam batu bara dapat menyimpan bakteri dan memiliki sifat biogenik sehingga memiliki sumber makanan untuk bakterinya.

Dalam penelitiannya, ia  memasukkan feses kerbau dan batubara lignit ke dalam digester biogas berkapasitas 35 liter. Lalu, dikeringkan hingga membentuk bioblock sebagai substrat biogas portable.

“Dikeringkan sehingga memudahkan dalam hal distribusi, memudahkan dalam menyimpan,” jelas Prof. Elin.

Nantinya, diharapkan biogas portabel bisa digunakan untuk sumber energi dalam kebutuhan sehari-hari, terutama untuk daerah terpencil . Salah satu pemanfaatan biogas bagi masyarakat adalah untuk memasak.

Saat ini, penelitian tersebut terus dikembangkan, terutama dalah hal pengemasan dan pendistribusian.

Selain itu, penelitian yang ia lakukan terkait pemanfaatan limbah peternakan yaitu pengolahan limbah industri kelapa sawit, seperti tandan kosong kelapa sawit, palm press fiber (PPF), dan pome sebagai substrat biogas. Dari limbah industri susu, penelitian juga dilakukan untuk memproduksi bioetanol.

Kedepannya, Prof. Ellin berharap penggunaan energi terbarukan yang dihasilkan dari limbah peternakan dan industri peternakan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Sebab, ada banyak kelebihan yang bisa diperoleh dari energi alternatif tersebut.

“Kita berharap energi alternatif ini akan dimanfaatkan oleh masyarakat. Ini ‘kan energinya bersih. Manfaat lain misalnya, dia bisa mengurangi biaya untuk membeli gas,” kata Prof. Ellin. (INF)

DI BALIK PENGGEMUKAN, ADA LIMBAH KERBAU YANG MENGUNTUNGKAN

Kotoran kerbau di kandang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. (Foto: Shutterstock)

Dengan perlakuan khusus namun sederhana, limbah kerbau bisa memperbaiki profil tanah dan menyuburkan tanaman. Meski musim kemarau panjang, tanamaan jagung dan sayur tetap tumbuh dan subur. Salah satu berkah dari metode penggemukan kerbau secara intensif.

Pertengahan Oktober lalu udara di sekitar perkebunan jagung di Kampung Sepang Tatakan, Kota Serang Banten, masih terasa panas. Padahal jarum jam sudah menunjukkan angka tiga. Musim kemarau yang menyengat tahun ini memang begitu terasa teriknya hingga jelang matahari terbenam.

Di perkebunan jagung yang bersebelahan dengan kandang kerbau, tampak Sudayat sibuk membersihkan rumput dan menebar pupuk dari kotoran kerbau yang sudah dikeringkan. Kotoran kerbau yang sudah berubah warna keabu-abuan itu di tebarkan di sekitar pangkal tanaman jagung.

Meski tanah di perkebunan milik lelaki 60 tahun ini kering, namun daun tanaman jagung dan sayuran terlihat hijau dan segar. Tak mengering atau layu, seperti yang terjadi di kebun lainnya. Apa rahasianya?

“Saya pakai pupuk kotoran kerbau yang sudah dikeringkan selama 40 hari. Cukup ditebar di sekitaran tanaman, jagung dan sayuran di kebun saya tetap tumbuh subur, meskipun kekurangan air,” ujar Sudayat kepada Infovet pada Oktober lalu.

Profesi Sudayat sebenarnya bukan petani, melainkan peternak kerbau. Sudah 40 tahun lebih warga Kampung Sepang Tatakan ini menjalani usaha ternak kerbau. Kini di kandangnya yang tampak sederhana terdapat 50 ekor kerbau dengan postur yang semuanya gemuk.

“Dulu kerbau saya enggak segemuk ini. Dulu kurus, ada juga yang agak gemuk, tapi enggak segemuk seperti sekarang. Ini saya dibimbing sama Pak Hilal, beliau yang ngajarin saya cara pelihara kerbau biar cepat gemuk,” tuturnya.

Proses penggemukan yang dilakukan Sudayat menggunakan metode yang diterapkan oleh Samsu Hilal, praktisi penggemukan kerbau. Kotoran kerbau di kandangnya dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman di ladang kebunnya yang ditanami jagung dan sayuran, setelah melalui proses pengeringan.

“Alhamdulillah, meskipun kemarau dan kesulitan air buat siram tanaman, saya pakai kotoran kerbau ini, tanaman tetap subur meskipun tidak seperti di musim hujan. Daun jagung dan sayuran tetap hijau dan hasilnya tetap bagus,” ungkapnya.

Di lokasi yang sama, Infovet juga berbincang dengan Samsu Hilal tentang seputar pemanfaatan limbah kerbau dari kandang penggemukan milik Sudayat. Praktisi penggemukan kerbau yang juga Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Banten ini menjelaskan, kotoran kerbau dari hasil penggemukan sangat baik untuk perbaikan kondisi tanah secara fisik.

“Unsur hara dalam tanah akan pulih dengan baik setelah beberapa kali digunakan untuk bertanam. Singkatnya, limbah kerbau ini juga berfungsi untuk perbaikan profil tanah,” kata Hilal.

Untuk mendapatkan hasil pupuk kandang yang maksimal pemanfaatannya, limbah kerbau yang sudah dikumpulkan dijemur hingga kering dengan ditutup Jerami. Dijemur selama 40 hari, menurut Hilal, tujuannya agar amoniak di dalam kotoran bisa keluar dan sifat dingin dari limbah kerbau sudah muncul setelah melalui proses jemur.

Dengan proses yang sederhana tersebut, setelah 40 hari, sudah bisa langsung diaplikasikan ke berbagai jenis tanaman, seperti jagung, sayuran, dan lainnya. Dengan menggunakan pupuk limbah kerbau ini, tanaman tumbuh subur meskipun di musim kemarau dan kekurangan air seperti sekarang. Ini sudah terbukti dilakukan para petani di wilayah Banten di bawah bimbingan Hilal.

“Ternak dengan proses penggemukan yang saya terapkan, limbahnya pun bisa dimanfaatkan. Ini model pengelolaan pertanian dan peternakan yang terintegrasi. Kerbaunya bisa cepat gemuk, kotorannya bisa dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman yang sangat subur dan aman dari pestisida,” ucap Hilal yang juga CEO Rumah Kerbau Indonesia ini.

Sistem Dry Lot
Hilal memaparkan, pada zaman dulu kerbau menjadi simbol kekayaan masyarakat di pedesaan. Orang desa yang memiliki lebih dari 50 ekor kerbau bisa disebut sebagai “juragan kerbau”. Pola beternak yang dilakukan pada zaman dulu sangat sederhana, hanya disediakan pakan dan minum yang cukup, ternak kerbau bisa menghasilkan.

Saat ini, sudah tak mudah lagi mendapati peternak kerbau dalam jumlah besar. Di desa-desa umumnya hanya beternak tak lebih dari 10 ekor. Hanya orang-orang yang memiliki modal besar dan minat beternak yang mau menjalankan usaha ruminansia ini.

Menurut Hilal, usaha-usaha untuk mengembangkan ternak kerbau sudah banyak dilakukan. Tetapi usaha penggemukan kerbau belum banyak, sehingga belum memenuhi kebutuhan sebagai sumber ternak potong. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kata dia, diperlukan metode khusus agar usaha pengembangan ternak dapat berhasil dan efisien.

“Saya memiliki metode penggemukan kerbau yang sudah diuji dan alhamdulillah hasilnya bagus. Usaha penggemukan kerbau harus diterapkan secara serius, agar dapat mencapai bobot sesuai yang diharapkan dengan jangka waktu target 90 hari atau tiga bulan,” tegasnya.

Metode penggemukannya memiliki kesamaan dengan sistem penggemukan kereman atau dry lot, tetapi tingkatnya masih sangat sederhana dan alamiah. Sekadar informasi, dry lot fattening merupakan sistem penggemukan modern yang diterapkan pada ternak sapi yang dilakukan dengan memperbanyak pemberian pakan konsentrat. Pakan hijauan diberikan hanya sedikit sehingga peternak dapat mengefisiensikan biaya pakan.

Proses penanganan tidak dilakukan di alam liar, tetapi di dalam kandang atau di karantina. Hilal menjelaskan, ada dua persiapan yang dilakukan, yakni pembuatan kandang karantina dan teknik pemeliharaan penggemukan ternak kerbau.

Beternak yang Efisien
Beternak kerbau dengan menerapkan metode penggemukan yang Hilal lakukan, bukan hanya menguntungkan dari sisi penjualan kerbaunya yang memiliki bobot tinggi. Metode yang ia temukan ini juga membentuk siklus dalam manajemen beternak yang efisien.

Siklusnya, limbah kerbau bisa digunakan sebagai pupuk kandang rumput gajah atau sumber pakan ternak lainnya. Rumput gajah akan tumbuh sangat subur dengan menggunakan limbah kerbau yang telah melalui proses pengeringan. Hasil rumput diberikan kepada kerbau selama masa proses penggemukan. Siklus ini tentu saja akan mengurangi biaya pakan bagi ternak.

Menurut Hilal, pakan yang segar itu pilihan lebih baik untuk konsumsi setiap saat dan kebutuhan pakan kerbau kontinu diberikan sampai kerbau berhenti makan karena kenyang. Dalam program penggemukan ini, kerbau yang sehat memiliki kemampuan menghabiskan pakan rata-rata 25 kg/ekor/hari.

“Tanda kerbau yang mudah untuk gemuk biasanya saat kenyang makan akan berbaring atau tidur dan hal ini dikondisikan agar berat bobot dapat meningkat karena aktivitas kerbau yang tidak terlalu banyak,” ujarnya.

Untuk menghasilkan bobot kerbau yang maksimal, Hilal juga menerapkan rutinitas kerbau berendam di air. Pengondisian kerbau untuk berendam di air kubangan menjadi aktivitas penting.

“Ini dilakukan untuk membantu kerbau menjaga suhu tubuhnya. Disarankan aktivitas kerbau berendam dilakukan sehari dua kali, pagi dan sore, selama satu hingga dua jam sekali berendam. Biasanya kalau sudah puas berendam kerbau akan kembali ke kandang untuk makan dan istirahat,” jelasnya.

Selain itu, pengasapan di kandang juga penting dilakukan. Aktivitas tidur kerbau penting untuk diperhatikan karena merupakan bagian dari rangkaian proses dalam penggemukan. Maka itu, kandang dibuat senyaman mungkin dengan menghilangkan pengganggu tidur kerbau.

Metode beternak kerbau yang efektif ini jika diterapkan konsisten, diyakini akan menghasilkan keuntungan ganda. Keuntungan pertama, hasil penggemukan kerbau akan menaikkan harga kerbau perekornya. Keuntungan kedua, dengan pengelolaan limbah dari kandang kerbau bisa menghasilkan tanaman perkebunan, baik jagung maupun sayuran dan bisa lebih maksimal hasil panennya. ***

Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet, tinggal di Depok

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer