Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Fapet UGM | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

STRATEGI PENGGEMUKAN TERNAK MENJELANG IDUL ADHA

Penggemukan ternak jelang hari raya Idul Adha (Foto: Ist)


Penggemukan ternak menjadi perhatian para peternak terutama menjelang momen-momen tertentu seperti Idul Adha. Dalam penggemukan ternak, pemberian pakan yang optimal menjadi kunci utama keberhasilan. Hal tersebut dikupas dalam Obrolan Peternakan edisi ke-3 tanggal 20 Juni 2020 yang merupakan persembahan dari Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan (Fapet) UGM.

Dr Ir Bambang Suwignyo SPt MP IPM ASEAN Eng, salah satu narasumber yang juga Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Kerja Sama Fapet UGM, mengatakan bahwa pelet pakan hijauan dapat menjadi pilihan pakan dengan berbagai keunggulan.

Gulma sebagai sumber bahan pakan utama untuk membuat pelet pakan hijauan adalah jenis bahan pakan yang lebih tahan terhadap situasi ekstrem, yaitu panas dan air yang sedikit (musim kemarau) dibandingkan dengan rumput konvensional sehingga hampir pasti tersedia/tumbuh sepanjang tahun.

Bambang menambahkan, pelet pakan hijauan juga mengandung serat protein kasar tinggi lebih dari 20%, karena campurannya dapat didesain dengan komponen utama yang dominan adalah rumput gulma bernutrisi tinggi. Kadar nutrisinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan pakan. Pada kadar protein kasar yang sama, pelet pakan hijauan lebih murah dibandingkan dengan konsentrat komersial. Pelet pakan hijauan dapat berupa murni hijauan atau dicampur bekatul atau konsentrat.

Pelet hijauan pakan memperkecil peluang pakan tersisa karena ternak tidak dapat memilih. Jika pakan diberikan dalam bentuk hijauan, akan banyak yang tersisa karena ternak memilih yang dimakan. Pakan yang tidak terpilih akan terinjak ternak, bercampur dengan kotoran, dan menumpuk.

Cara pembuatannya pun sangat mudah. Hijauan dicampur dan dimasukkan ke dalam mesin kemudian dikeringkan selama 2—3 hari jika panas terik. Setelah kering, warnanya menjadi hijau kecoklatan. Semakin tinggi kadar konsentrat, warna pelet makin cerah. Setelah itu, pelet paling baik disimpan di dalam drum plastik karena kedap air, kuat, dan ukuran dapat dipilih.

Bentuk pelet juga menjadi kompak tidak voluminous (rowa) sehingga mudah dipacking dan dimobilisasi. Sangat cocok untuk penanganan ternak dalam program rescue, misalnya bencana erupsi Merapi atau Gunung Agung beberapa waktu lalu.

Narasumber lain, Prof Dr Ir Ristianto Utomo SU, dosen di Laboratorium Teknologi Makanan Ternak Fapet UGM mengungkapkan alternatif lain pakan berkualitas adalah pakan komplet fermentasi.

Ini cara pembuatan pakan komplet fermentasi: (1) Hijauan dicacah dan dicampur. (2) Hijauan ditambahkan konsentrat sesuai formula dan diaduk hingga merata. (3) Hijauan dimasukkan dan dipadatkan di dalam drum plastik kemudian diperam sekitar satu minggu. (4) Setelah diperam, pakan siap diberikan kepada ternak.

Pakan komplet fermentasi merupakan hasil fermentasi dari pakan komplet dengan menggunakan mikrobia sebagai inokulan dan molases sebagai substrat. Proses fermentasi dapat menaikkan kecernaan pakan dan meningkatkan kualitas pakan. Selain itu, pakan komplet fermentasi dapat dibuat dalam jumlah yang banyak sehingga peternak memiliki cadangan pakan. Dengan demikian, peternak tidak perlu mencari pakan setiap hari.

Dalam kesempatan yang sama, Prof Dr Ir Zaenal Bachruddin MSc IPU ASEAN Eng, dosen di Laboratorium Biokimia Nutrisi Fapet UGM yang menjadi inventor dan pengembangan bakteri asam laktat, memaparkan tidak hanya secara ilmiah, namun juga pengalamannya mengimplementasikan hebatnya mikrobia ke dalam ternak domba.  

Bisnis pakan dengan konsep ada peran serta mikrobia ini dapat menjadi bisnis yang menjanjikan. Sementara itu sebagai pakan ternak, keberadaan mikrobia dalam pakan sangat menunjang kinerja produktivitas ternak. (Rilis/INF)  

TATA CARA PENYEMBELIHAN TERNAK KURBAN DI MASA PANDEMI, REKOMENDASI FAPET UGM

Ada kententuan umum dan khusus dalam penyembelihan ternak kurban di masa pandemi (Foto: Ist)


Dalam rangka mempersiapkan pelaksanaan ibadah kurban pada masa pandemi COVID-19, Pusat Kajian Halal Fakultas Peternakan (Fapet) UGM menyusun rekomendasi penyembelihan ternak kurban di era COVID-19 dari perspektif ilmu peternakan dan kesehatan umum.

Ir Nanung Danar Dono SPt, MP, PhD, IPM, ASEAN Eng selaku Direktur Pusat Kajian Halal  menyampaikan, rekomendasi ini perlu disusun untuk memberikan acuan bagi para pengurus takmir atau panitia kurban agar ibadah kurban dapat dilaksanakan sesuai kaidah syariat Islam dengan tetap mengikuti protokol kesehatan. Dengan demikian, terhindar dari kemungkinan tertular COVID-19 di tengah kerumunan masa dalam satu lokasi.
Selain itu, rekomendasi ini bertujuan melindungi panitia kurban dan warga masyarakat dari risiko tertular wabah penyakit berbahaya, serta tetap dapat melaksanakan ibadah kurban dengan sempurna sesuai rukun dan syarat ibadah berdasarkan syariat Islam.

Nanung menjelaskan, ada ketentuan umum dan khusus dalam penyembelihan hewan kurban di masa pandemi COVID-19.

Beberapa ketentuan umum yaitu: (1) Penyembelihan ternak kurban hanya dilaksanakan di wilayah yang diyakini aman menurut informasi resmi dari pemerintah. (2) Sebelum memutuskan akan menyelenggarakan penyembelihan ternak kurban di masjid, pengurus takmir hendaknya mengkaji dan mempertimbangkan dengan matang situasi dan kondisi terkini dengan memperhatikan fatwa ulama, ahli kesehatan (dokter), dan instruksi pemerintah. (3) Apabila diketahui di wilayah kecamatan setempat terdapat warga masyarakat yang positif menderita COVID-19, pengurus takmir masjid hendaknya tidak menyelenggarakan kegiatan penyembelihan ternak kurban.

Amanah yang telah dititipkan kepada pengurus takmir dapat disalurkan ke daerah lain yang lebih membutuhkan melalui lembaga resmi yang amanah, seperti: Badan Amal Zakat Nasional (Baznas), Inisiatif Zakat Indonesia (IZI), Rumah Zakat (RZ), Dompet Duafa Republika, dan lain-lain. (4) Untuk meminimalkan risiko penularan COVID-19, proses penyembelihan sebaiknya dilaksanakan di rumah potong hewan (RPH) resmi milik pemerintah. (5) Apabila tidak memungkinkan disembelih di RPH dan diputuskan ternak akan disembelih di area masjid, hendaknya pengurus takmir/panitia kurban menyiapkan tim jagal (petugas penyembelih) yang memahami syarat sah penyembelihan ternak menurut ketentuan syariat Islam, amanah dengan tugasnya, dan konsisten mengikuti protokol kesehatan.

Adapun ketentuan khusus pelaksanaan kurban adalah pengurus takmir/panitia dapat membantu shohibul kurban menyediakan ternak kurban yang memenuhi syarat syari, yaitu umur kedewasaan hewan dan kesehatannya. 

Sebaiknya shohibul kurban menghindari membeli ternak kurban yang lemah, tidak lincah, terdapat lendir dan atau bercak darah di lubang-lubang di tubuhnya, dan tidak terinfeksi penyakit yang berbahaya, seperti: Anthrax, Aphthae epizooticae (penyakit mulut dan kuku), dll. Nanung menyarankan, ternak kurban dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan sebaiknya lebih diprioritaskan untuk dibeli.

Jika diyakini aman, pengurus takmir dapat melaksanakan keseluruhan tata cara penyembelihan ternak kurban dengan memperhatikan beberapa hal. Pertama, Pengurus takmir menunjuk tim khusus yang bertugas menyiapkan, mengawasi, dan memastikan seluruh panitia kurban dalam keadaan sehat. Panitia dan warga yang sedang sakit tidak diperkenankan hadir di lokasi penyembelihan. Kedua, pengurus takmir membatasi jumlah panitia kurban. Ketiga, pengurus takmir mendisinfeksi lokasi dan peralatan yang akan digunakan.

Keempat, pengurus takmir menyediakan hand sanitizer, air, sabun, masker, pisau penyembelihan (telah terasah sangat tajam), lokasi penyembelihan, tali, plastik alas daging, kaus tangan plastik, dan sebagainya. Penggunaan face shield lebih disarankan. Kelima, seluruh panitia dan warga masyarakat yang terlibat diwajibkan mengikuti protokol kesehatan umum COVID-19 secara konsisten dan penuh kesadaran. Keenam, pemotongan bagian-bagian tubuh ternak serta penimbangan potongan-potongan kecil daging dan tulang dapat dilaksanakan di area masjid dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Dekan Fapet UGM, Prof Dr Ir Ali Agus, DAA, DEA, IPU, ASEAN. Eng berharap semoga rekomendasi ini membantu memperjelas tatacara penyembelihan hewan kurban di masa pandemi COVID-19, sehingga umat Islam dapat menjalankan ibadah kurban secara tenang, tertib, dan nyaman, dengan tetap memperhatikan secara seksama dan disiplin protokol kesehatan sebagaimana yang dianjurkan oleh pemerintah. (Rilis/INF)












PAKAN KOMPLET FERMENTASI, SOLUSI PAKAN DI MUSIM KEMARAU

Pembuatan pakan komplet fermentasi (Foto: Fapet UGM)

Pada musim kemarau, penyediaan pakan dapat menjadi tantangan tersendiri bagi peternak karena terbatasnya stok pakan. Salah satu solusi yang dapat diambil yaitu dengan membuat pakan komplet fermentasi. Pakan ini berbasis hijauan pakan dan jerami yang bernilai nutrisi tinggi.

Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof Dr Ir Ali Agus mengatakan pada Senin (18/5), pakan komplet fermentasi sangat cocok diterapkan pada saat musim kemarau atau saat terjadi bencana alam karena lebih praktis. Selain itu kandungan nutrisinya baik, biaya pembuatan terjangkau, dapat disimpan dalam waktu yang lama, dan menghemat waktu peternak.

Pada skala peternakan dan industri usaha sapi potong (feedlot), terdapat realitas berupa pemanfaatan jerami padi secara langsung. Hal itu menimbulkan masalah karena jerami padi dalam segi kuantitas memang melimpah, tetapi dalam segi kualitas masih tergolong bernutrisi rendah sebab hanya mengandung protein sekitar 3-4%.

Jerami padi kering dapat diolah menjadi jerami padi fermentasi yang kemudian diolah menjadi pakan komplet dengan menambahkan bahan lain sehingga kualitasnya meningkat, yaitu dari kadar protein 3-4% menjadi 7-8% dan tahan sepanjang musim. Bahan yang digunakan dalam teknologi pakan komplet terfermentasi adalah jerami padi dan beberapa jenis bahan pakan konsentrat (bersifat pilihan dan situasional) yang terdiri atas bekatul padi, onggok, gaplek, bungkil kopra, kulit kacang, roti, pollard, mollases, garam, jagung kuning giling, “starter mikrobia”, dan calsid. Pemanfaatan limbah pertanian tersebut dapat menekan biaya pembuatan pakan.

Nilai nutrisi pakan komplet dapat diatur dengan cara menentukan jumlah dan jenis campuran. Dengan demikian, ternak tidak berkesempaan memilih pakan sehingga memperkecil jumlah pakan yang tidak dimakan. Pakan komplet berbasis hijauan pakan dan jerami dapat diterapkan dalam skala rumah tangga maupun industri.

Pakan komplet cocok untuk jenis ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba. Ternak ruminansia memiliki rumen yang berisi jutaan mikrobia yang membuatnya mampu menyintesis beberapa jenis nutrisi penting yang dibutuhkan untuk mendukung kebutuhan hidup dan produksinya. Ternak ruminansia juga mampu mencerna sumber serat, seperti rumput, daun, jerami, dan by product pertanian.

Pembuatan pakan komplet berbasis jerami padi fermentasi diharapkan membuat peternak tidak perlu lagi merumput setiap hari. Peternak cukup membuat pakan komplet sekali saja dan dapat dipakai untuk cadangan makanan dalam jangka waktu tertentu tergantung pada kapasitas pembuatannya. Dengan demikian, peternak memiliki sisa waktu yang dapat digunakan untuk melakukan aktivitas lain.

Ali Agus menambahkan, Fakultas Peternakan telah mengimplementasikan pembuatan pakan komplet pada saat terjadi erupsi Gunung Merapi pada 2010. Pakan komplet merupakan solusi tepat guna di masa tersebut yang dapat mencegah peternak menerobos daerah berbahaya untuk merumput bagi ternaknya. (Rilis/INF)

FAPET UGM BERDAYAKAN KELOMPOK WANITA TANI MELALUI PENDAMPINGAN PETERNAKAN


Kelompok Wanita Tani binaan Fapet UGM (Foto: Istimewa)

Pada musim kemarau, kondisi di sebagian besar daerah mengalami kekeringan. Demikian pula di beberapa daerah di Yogyakarta, terutama daerah pegunungan yang lahannya merupakan lahan tadah hujan dan tidak ada pengairan.

Saat itu, petani-peternak sering mengalami kesulitan hijauan pakan ternak, karena ketersediaannya mulai berkurang, sehingga lahan tidak dapat diolah atau hanya menunggu panen terakhir, pada umumnya ketela dan jagung dan pengolahan lahan baru akan dilakukan menjelang musim hujan.

Kondisi ini tipikal untuk beberapa daerah di Indonesia yang lahannya merupakan lahan tadah hujan. Di beberapa pedesaan, dikarenakan lahan belum dapat diolah, mendorong para kepala keluarga (bapak-bapak) bekerja di kota sementara ibu-ibu tetap tinggal di rumah. Melihat hal ini, Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Petenakan (Fapet) UGM tergerak untuk memberdayakan kelompok wanita tani di daerah sekitar Yogyakarta melalui pendampingan di bidang peternakan.

Para dosen di Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak, dengan Prof Dr Ir Kustantinah DEA, IP, dosen Fapet UGM selaku koordinator pemberdayaan kelompok wanita tani tersebut mengatakan pembinaan pertama dilaksanakan sejak 1999 sampai sekarang. Berawal di Dusun Kwarasan, Desa Kedung Keris, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul. Kegiatan tersebut terlaksana atas kerja sama Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak Fapet UGM dan Aberdeen University, Skotlandia, dengan sponsor DFID, British Council.

Selama pendampingan, para anggota dibekali keterampilan di bidang peternakan, yaitu pembuatan kandang panggung, pengenalan hijauan pakan ternak, penanaman tanaman pakan pada musim penghujan untuk ketersediaan pada musim kemarau, dan hijauan pakan ternak sebagai bahan anti parasit, pengolahan limbah, dan perkawinan ternak., dsb. Demikian juga pengolahan susu, terutama di Kelompok Wanita Gama Turgo Lestari, karena yang dikembangkan adalah Kambing Peranakan Ettawa (PE).

Kustantinah mengungkapkan, para anggota kelompok berdisiplin tinggi dalam melaksanakan kegiatan tersebut sehingga membuahkan hasil yang memuaskan. Kegiatan pemberdayaan tersebut dapat membantu para anggota meningkatkan kesejahteraannya.

Hal itu dilihat dari peningkatan jumlah ternak yang dipelihara, anggota dapat menjual ternak yang dihasilkan (anak) untuk kebutuhan pokok keluarga, pengobatan, sekolah, perbaikan rumah, kamar mandi, dan kebutuhan mendesak lainnya kemudian sebagian besar digunakan sebagai tabungan.

Kegiatan ini secara keseluruhan dilakukan oleh semua staf dosen dan mahasiswa di lingkungan Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan UGM, dan berkolaborasi dengan berbagai pihak, dalam negeri (UGM, Rotary Club, Pemerintah Daerah) dan Luar Negeri (Orskov Foundation, Aberdeen, Scotland UK; DFID, British Council UK). (Rilis/INF)


LONG EGG, OLAHAN TELUR PENUH GIZI DAN MUDAH DIBUAT



Long egg telur ayam (Foto: Istimewa)

Long egg merupakan olahan telur penuh gizi yang dimasak dalam tabung silinder atau bambu sehingga berbentuk memanjang seperti tabung, bertekstur kompak, dan rasanya lebih mantap dibandingkan dengan telur rebus dengan cangkangnya. Olahan telur ini dapat dikombinasi dengan variasi bumbu dan mudah dibuat. Biaya produksinya pun relatif murah dan dapat digunakan sebagai salah satu peluang usaha bagi kelompok.

Kepala Laboratorium Teknologi Susu dan Telur Fakultas Peternakan UGM, Prof Dr Ir Nurliyani MS, IPM ketika dihubungi pada Sabtu (18/4/2020) mengatakan bahwa telur merupakan sumber protein hewani yang mudah dicerna dan sangat bagus dikonsumsi oleh anak-anak sehingga dapat mencegah stunting. Telur juga sangat bagus dikonsumsi oleh orang-orang dalam proses penyembuhan dari sakit dan orang-orang lanjut usia yang umumnya kesulitan mencerna dan menyerap makanan.

Nilai kalori telur yang rendah sangat cocok dikonsumsi oleh individu yang memiliki masalah kelebihan berat badan. Namun, perlu diperhatikan cara mengolah telur agar mendapatkan gizi yang optimal. Telur yang direbus dalam waktu yang tepat merupakan salah satu cara untuk mendapatkan gizi yang bagus. Long egg rebus merupakan salah satu contoh olahan telur dengan waktu yang relatif singkat (sampai telur sudah mengental/matang) sehingga dapat mempertahankan nilai gizinya.

Long egg dapat dibuat dari telur ayam atau telur bebek. Cara membuat long egg sangat mudah.

1. Pertama, pisahkan kuning dan putih telur kemudian masing-masing dikocok.
2. Selanjutnya, siapkan dua tabung bambu berdiameter berbeda dan dilapisi aluminium foil yang panjangnya melebihi panjang bambu agar telur tidak lengket.
3. Tutup ujung bambu bagian bawah. Masukkan bambu berdiameter kecil ke dalam bambu diameter besar.
4. Masukkan putih telur ke dalam bambu berdiameter besar dan masukkan ke dalam panci berisi air, kemudian panaskan. Setelah putih telur menggumpal, keluarkan bambu diameter kecil dan selanjutnya isi dengan kuning telur hingga matang.
5. Telur dikeluarkan dengan cara menarik aluminium foil. Long egg dapat juga dibakar di atas bara api (arang) dengan langkah yang sama seperti long egg rebus.

Setelah matang, long egg didinginkan, kemudian diiris-iris dan dapat langsung dikonsumsi atau digunakan sebagai tambahan dalam sup atau mie rebus. Long egg juga dapat dibuat menjadi berbagai masakan, misalnya balado, pepes, steak, asam manis, dll. Jika tidak langsung dikonsumsi, long egg dapat disimpan di dalam lemari es.

Praktik pembuatan long egg telah dilaksanakan di kelompok Program Kesejahteraan Keluarga di dusun Karangturi, Baturetno, Banguntapan, Bantul pada 2019.  Daerah ini memiliki potensi lokal berupa telur dari ayam dan itik yang dipelihara oleh warga. Program ini bertujuan mengenalkan aneka olahan telur kepada warga dan membuka wawasan tentang peluang usaha olahan telur.

Berkreasi membuat long egg merupakan salah satu aktivitas yang dapat dilakukan di rumah selama terjadi pandemi Covid-19. Selain dikonsumsi sendiri, long egg dapat juga dijual dengan dikemas secara menarik. (Rilis/INF)

PROGRAM MAGANG BERBASIS AKADEMIK DIGELAR DI YOGYAKARTA

Foto bersama dalam kegiatan program magang bertajuk Work-Based Academy (WBA) di Fakultas Peternakan UGM. (Foto: Istimewa)

Sebuah program magang bagi lulusan sarjana peternakan yang dilaksanakan atas kolaborasi antara universitas dan industri yang apik dimaksudkan untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) terampil dalam industri perunggasan.

Program magang bertajuk Work-Based Academy (WBA) yang mengambil tema “Manajemen Closed House Broiler” dilangsungkan selama enam bulan, sejak Februari hingga Agustus 2020 mendatang, merupakan hasil kerjasama antara Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, dengan PT Charoen Pokphand Indonesia.  

Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof Ali Agus, menjelaskan bahwa WBA adalah kegiatan pembelajaran bekerja yang berlangsung selama enam bulan untuk memberikan keterampilan pada lulusan baru sarjana peternakan di industri perunggasan, terutama dalam hal teknis budidaya ayam broiler dengan menggunakan teknologi perkandangan closed house.

“Negara tropis seperti Indonesia dengan kelembapan dan temperatur yang tinggi sering menyebabkan ayam stres, sehingga produktivitas menjadi rendah. Adanya kandang closed house membuat lingkungan dapat disesuaikan dengan kebutuhan ternak, sehingga produktivitas ternak akan lebih baik,” ujar Ali Agus pada kegiatan tersebut Senin (10/2/2020), di Kampus Fakultas Peternakan UGM, Bulaksumur, Yogyakarta. 

Program WBA Batch #1 ini menjadi inovasi penting dalam membangun SDM unggul untuk mengelola closed house. Andi Magdalena Siadari, yang merupakan Sekjen Charoen Pokphand Foundation Indonesia, mengemukakan bahwa program WBA akan memberikan pemahaman kepada para peserta terkait business process dalam suatu industri perunggasan.

Ia menambahkan, peserta mendapatkan keterampilan teknis dalam pengelolaan teknologi closed house sehingga mendukung operasional pemeliharaan broiler. “Lebih dari itu, para peserta program WBA diharapkan dapat diserap secara langsung oleh industri sektor perunggasan setelah mengikuti program ini. Program WBA membantu industri dalam menyiapkan SDM (man power) yang sesuai kebutuhan,” jelas Magdalena. 

Sementara menurut salah satu peserta program WBA, Alif Fahmi Amrulloh, dirinya mengaku sangat antusias dan bersyukur bisa menjadi salah satu peserta dari program tersebut.

“Selain mendapatkan keterampilan terkait closed house yang nantinya dapat digunakan dalam pemeliharaan broiler, saya berharap dapat pula meningkatkan jejaring dengan lulusan baru dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia,” ucap Alif. 

Koordinator program WBA, Muhsin Al Anas, menambahkan, program tersebut diikuti oleh 20 orang fresh graduate program studi peternakan yang berasal dari tujuh universitas di Indonesia dan diseleksi dari 139 orang pendaftar.

Program in class training berlangsung pada 10-15 Februari 2020 di Fakultas Peternakan UGM, kemudian dilanjutkan kegiatan internship selama enam bulan, berakhir pada Agustus 2020,” katanya. (IN)

SEMINAR PURNA TUGAS, PERAN PETERNAKAN HASILKAN PRODUK PANGAN SEHAT

Dr Ir Setiyono SU saat menyampaikan materinya pada Seminar Purna Tugas di Fakultas Peternakan UGM, Bulaksumur, Yogyakarta. (Foto: Istimewa)

Daging merupakan salah satu komoditi peternakan dengan permintaan yang tinggi untuk konsumsi manusia sebagai sumber pangan yang tinggi akan protein.

Pertimbangan konsumen dalam memilih bahan pangan adalah dari kandungan gizi, cita rasa, aspek kesehatan dan keamanan pangan. Hal itu disampaikan oleh Dosen Fakultas Peternakan UGM (Universitas Gadjah Mada), Dr Ir Setiyono SU, dalam sebuah Seminar Purna Tugas bertajuk “Peran Peternakan dalam Menghasilkan Produk Pangan yang Sehat” di Fakultas Peternakan UGM, Bulaksumur, Yogyakarta, Selasa (7/1/2020).

Dijelaskan oleh Setiyono bahwa ada beberapa aspek penting yang sangat mempengaruhi kualitas daging, yakni ragam pakan yang diberikan pada ternak dan cara pemeliharannya.

“Pakan yang baik adalah yang memenuhi kesehatan ternak, baik untuk pertumbuhan dan kenaikan berat badan, serta tujuan pemeliharaan ternak. Sehingga produk hasil ternak itu menjadi bahan pangan yang menyehatkan,” kata Setiyono. Oleh karenanya, pakan yang diberikan harus bebas dari residu pestisida, bebas residu antibiotik dan bebas residu logam berat.

Selain dari pemberian pakan, lanjut dia, produk pangan asal hewan yang dihasilkan juga tergantung dari cara pemeliharaan ternak yang dilakukan. Ia mencontohkan, ternak yang dipelihara di daerah pembuangan sampah, tentunya akan memiliki kualitas daging yang buruk, yakni banyak mengandung logam berat dan cemaran-cemaran dari mikrobia, baik itu aflatoksin, dioksin maupun residu pestisida.

“Cemaran-cemaran tersebut harus dihilangkan dengan cara memelihara minimum selama tiga minggu dengan pemberian pakan yang baik dan berkualitas dan bebas dari cemaran-cemaran berbahaya,” pungkasnya. (AS)

PERAN PENTING SDM DALAM MENGELOLA LIMBAH PETERNAKAN BERNILAI EKONOMIS

Pengukuhan Prof Ir Ambar Pertiwiningrum MSi PhD sebagai Guru Besar Fapet UGM (Foto: Istimewa)


Sumber Daya Manusia (SDM) berperan penting sebagai agent of change dan merupakan kunci keberhasilan pengelolaan peternakan terintegrasi, khususnya dalam hal pemanfaatan limbah peternakan. Limbah peternakan dan hasil ikutan ternak saat dipotong sangat bernilai ekonomi tinggi apabila dikelola secara terpadu oleh SDM yang unggul dan lembaga yang selalu melakukan perubahan untuk peningkatan kemampuan. Dengan demikian, berdampak terhadap peningkatan perekonomian perdesaan dan dapat menurunkan efek gas rumah kaca.

Hal tersebut diungkapkan oleh Prof. Ir. Ambar Pertiwiningrum, M.Si., Ph.D., IPM., ASEAN. Eng saat ditemui di kampus Fakultas Peternakan UGM, Senin (23/12)

Ambar yang baru saja dikukuhkan menjadi Guru Besar Fakultas Peternakan tersebut mengatakan, peternakan terbukti berkontribusi pada pencemaran tanah dan air, yakni limbah peternakan menghasilkan emisi gas metan yang menyebabkan perubahan iklim. Fakta ini mendorong penerapan praktik peternakan terintegrasi yang dapat dikelola untuk menyuplai kebutuhan pangan dalam negeri dan sekaligus ramah lingkungan dengan dikelolanya limbah peternakan dengan baik dan bernilai ekonomi.

Menurut Ambar, diperlukan adanya revitalisasi pengelolaan limbah peternakan dan hasil ikutannya yang ramah lingkungan dan berorientasi ekonomi dengan prinsip 3R, yaitu: Reduce (mengurangi), Re- use (menggunakan kembali), dan Re-cycle (mendaur-ulang). Selain itu, revitalisasi pemeliharaan dan penanganan limbah peternakan juga harus mengacu pada circular economy atau ekonomi siklus sebagai praktik bisnis yang menguntungkan dengan memanfaatkan limbah dan produk samping/hasil ikutan dari aktivitas peternakan.

Circular economy didefinisikan sebagai sebuah sistem dengan mempertahankan nilai dari produk, material, dan sumber daya di dalam siklus ekonomi selama mungkin sehingga limbah dan hasil ikutan ternak dapat diminimalkan atau disebut dengan zero waste. Dalam konteks ini, circular economy tidak hanya berfokus pada pengurangan limbah dengan prinsip 3R tetapi bagaimana merancang pemanfaatan limbah dan hasil ikutan menjadi produk yang berharga secara ekonomi dan bernilai jual tinggi.

Dengan penerapan prinsip circular economy, peternak dapat bertahan ketika ada guncangan fluktuasi harga pakan dan ternak. Mindset pengelolaan usaha peternakan perlu diubah secara terintegrasi agar menghasilkan nilai ekonomi tinggi. Limbah peternakan yang selama ini dianggap sampah, dengan konsep circular economy menjadikannya sebagai sumber pendapatan atau dengan kata lain “tambang emas”. Pengelolaan limbah peternakan dari hulu ke hilir mulai saat produksi sampai pascapanen, seperti kotoran ternak, sisa pakan, isi rumen, kulit, tulang dan sludge biogas dapat dimanfaatkan menjadi by-product memiliki nilai ekonomi.

Prinsip 3R dan circular economy dapat mengintegrasikan bidang peternakan dengan sektor nonpertanian. Ambar menyebutnya dengan sistem pertanian terintegrasi (Integrated Bio-cycle Farming System, IBFS) pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, dan sumber daya lainnya. Salah satu penerapan IBFS adalah adopsi teknologi biogas yang dikenal pertama kali di Assyria 10 tahun sebelum Masehi, yaitu memanfaatkan kotoran ternak untuk diolah menjadi sumber energi di perdesaan. Gas metana dalam biogas dapat dibakar dan menghasilkan energi panas untuk bahan bakar dan energi listrik.

Implementasi teknologi untuk mendukung sistem IBFS berprinsip 3R dan circular economy ini sangat membutuhkan sumber daya manusia (SDM) kompeten dan berjiwa entrepreneurship. Penguatan kompetensi SDM dalam pengelolaan limbah peternakan dan hasil ikutan ternak (by product) merupakan solusi pengelolaan peternakan secara komprehensif dan berdaya saing tinggi.

Pemberdayaan masyarakat peternak di perdesaan sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kompetensi SDM unggul, dan model penguatan kelembagaan dengan membuka ruang belajar formal dan informal. Selain itu, kompetensi kewirausahaan menjadi poin penting untuk mewujudkan peternakan terintegrasi sebagai lokomotif ekonomi lokal perdesaan dengan mewujudkan produk-produk dari limbah dan hasil ikutan peternakan menjadi bernilai tambah ekonomi yang berdaya saing.

Mencetak petani dan peternak muda melalui lulusan perguruan tinggi dan SMK bidang Agro merupakan solusi jitu dan strategis dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian. Revitalisasi peternakan dan pertanian dapat dilakukan melalui sistem pembelajaran Laboratorium Edukasi Tani (LARETA), yaitu sistem pembelajaran yang memanfaatkan konsep integrated farming system (pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan) dan ilmu lainnya berbasis zero waste dengan konsep circular economy khususnya terkait peternakan dan pertanian dalam satu kawasan. Tujuannya meningkatkan kompetensi generasi muda (lulusan pertanian/peternakan) dalam hardskill maupun softskill dalam transfer teknologi dan pengetahuan dari perguruan tinggi ke masyarakat.

Sinergitas antarpihak untuk konsep di atas perlu menerapkan model pentahelix, yaitu melibatkan berbagai peran: 1) akademisi, dalam hal ini universitas dan SMK; 2) mitra investasi; 3) pemerintah pusat dan daerah; 4) industri, korporasi dan UMKM; dan 5) mitra asosiasi profesional. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian-Kementerian Pertanian, ada berbagai manfaat kegiatan sinergis di sektor pertanian dari sudut pandang ekonomi, moral, dan sosial-politis. Manfaat ekonomi, yaitu mencakup peningkatan produktivitas dan efisiensi, menumbuhkan jaminan kualitas, kuantitas serta kontinuitas, mengurangi resiko kerugian, memberikan, meningkatkan sosial benefit, dan meningkatkan ekonomi secara nasional. Dari segi moral, diharapkan kemitraan usaha mampu menunjukkan upaya kebersamaan dan kesetaraan, serta dari sudut sosial-politis diharapkan dapat mencegah kesenjangan, kecemburuan sosial, dan gejolak sosial-politik. Masing-masing memiliki peran dan menjadi syarat vital dalam keberlanjutan operasional dan perkembangan circular economy sektor peternakan.

Revitalisasi kelompok ternak juga menjadi salah satu upaya penting dalam mengembangkan kemitraan antarpihak. Dalam peningkatan kualitas SDM peternak melalui pelatihan teknologi tepat guna dan pengelolaan agrobisnis, tentunya melibatkan peran profesional penyuluh, pendamping dan akademisi. Kelompok ternak mandiri perlu didorong untuk mengkonsolidasikan diri dalam kelembagaan berbadan hukum, seperti: Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Koperasi atau UMKM sehingga memudahkan transaksi dan kemitraan usaha agrobisnis. Melalui kelembagaan resmi, kelompok ternak diberikan kemudahan akses pasar dan permodalan dengan mitra investasi, misalnya perbankan, koperasi, dan korporasi. (Rilis Fapet UGM)



ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer