(( Kedua praktisi menyarankan kepada para peternak dan pengelola untuk mengawasi secara benar cara penyimpanan, pencampuran dan saat pemberian. ))
Jamur muncul sebagai pengganggu produktifitas pada ayam tidak dipengaruhi oleh musim. Kondisi tatalaksana pakan lebih dominan menjadi penyebabnya. Sedangkan musim memang menjadi salah satu faktor pemicunya saja.
Namun umumnya para peternak mempunyai asumsi bahwa musim basah seperti musim hujan akan menjadi salah satu alasan utama penyakit karena jamur pada ayam muncul. Drh Indra Wijaya dan Ari Toto Lisan mengungkapkan hal itu kepada Infovet secara terpisah.
Indra seorang praktisi lapangan yang telah lebih dari 15 tahun bergelut di dunia perunggasan berpendapat bahwa memang ketika musim hujan probabilitas penyakit unggas yang disebabkan oleh jamur akan menjadi lebih tinggi frekuensinya dibanding musim kering atau kemarau.
Namun demikian, ujar Indra, pada kenyataaannya di lapangan, sangat sering terjadi penyakit-penyakit yang bersifat infeksi sekunder awalnya dipicu oleh adanya infeksi mikotosis. Jika demikian, menurutnya tidak lain karena aspek tatalaksana pakan yang kurang tepat.benar.
Menjelaskan yang disebut dengan tatalaksana pakan pada ayam, sebenarnya banyakpeternak sudah paham benar. Gudang penyimpanan pakan harus memenuhi syarat yaitu jauh dari kelembababan.
Namun demikian, umumnya anak kandanglah yang sering kurang tertib dan taat dalam pengelolaan pakan. Meski sudah mendapat pengarahan berkali-kali dan selalu diingatkan namun terkadang, melalaikan dan menganggap enteng serta bekerja mencari mudahnya saja. Oleh karena itu pengelola atau manager kandang memang harus rajin mengontrolnya.
Atas dasar pengalaman lapangan, aspek inilah yang paling dominan menjadi pemicunya. Sedangkan faktor musim basah, tidak lain harus diantisipasi dengan pengawasan penyimpanan, pencampuran dan saat pemberian. Jika hal ini lalai maka sudah pasti akan menjadi sulit untuk dicarikan jalan keluarnya, sebab penyakit jamur pada ayam, salah satu penyakit yang relatif sulit untu diatasi.
Umumnya penyakit ini memang muncul tidak bersifat tunggal, karena adanya infeksi sekunder yang justru kemudian infeksi sekunder yang termanifestasi lebih jelas pada gejala klinisnya.
Sedangkan Ari Toto juga seorang praktisi yang sudah malang melintang di lapangan, berpendapat bahwa akibat dari infeksi jamur pada ayam akan menyebabkan anjlognya produktifitas secara pelahan tapi pasti. Hal inilah yang menjadi penyebab penyakit ini terkadang sulit dan terlambat dideteksi oleh pengelola.
Indra juga sependapat dengan Ari bahwa kesulitan mendiagnosa penyakit karena jamur karena umumnya manifestasi yang tidak menciri. ”Salah satu ciri khas penyakit pada ayam karena jamur adalah tidak menciri, terlalu banyak diferensial diagnosa, bahkan sering terkacaukan dengan penyakit pencernaan dan pernafasan. Maka penelusuran dengan cermat dan teliti harus dilakukan oleh para praktisi agar tidak salah dalam terapinya,” ujar Indra dan juga Ari.
Jika sampai produktifitas melorot baik pada ayam potong maupun petelur, maka harus disidik dari mulai aspek pakan. Meskipun mungkin ada gejala klinis yang muncul yang mungkin menciri karena infeksi bakterial ataupun viral. Oleh karena itu langkah terapi pada infeksi sekunder dan yang justru muncul memang jalan terbaik.
Setelah penanganan penyakit atas gejala klinis yang muncul bisa diatasi, maka jika ternyata tetap saja produktiftas belum pulih secara signifikan barulah kemudian terapi atas infeksi jamur.
Memang, sering terjadi para praktisi berhenti setelah gejala klinis penyakit hilang, tetapi tidak meneruskan. Umumnya mereka berasumsi pulihnya produktifitas akan terjadi kemudian. Padahal infeksi primer yang menjadi penyebab dan pemicu belum teratasi.
Menurut Ari, jika demikian maka, akan semakin menambah parah kondisi produktifitas ayam. Maka menurut Indra dalam mengatasi infeksi jamur pada ayam memang butuh telaten dan cermat serta hati-hati.
Kedua praktisi menyarankan kepada para peternak dan pengelola untuk mengawasi secara benar cara penyimpanan, pencampuran dan saat pemberian. Hal ini sangat penting karena terlalu sering para peternak menyalahkan jagung, katul yang menjadi bahan pencampurnya pada ayam petelur. Namun sebenarnya pakan dari pabrikan harus juga diwaspadai menjadi biang munculnya penyakit jamur.
Memang benar dan dari kasus yang muncul terbanyak adalah karena kualitas jagung dan katul yang mengandung jamur cukup banyak. Oleh karena itu agar bisa tuntas dan menghasilkan produktifitas yang diharapkan, mewaspadai kualitas komponen pakan adalah penting sekali. (iyo)
Jamur muncul sebagai pengganggu produktifitas pada ayam tidak dipengaruhi oleh musim. Kondisi tatalaksana pakan lebih dominan menjadi penyebabnya. Sedangkan musim memang menjadi salah satu faktor pemicunya saja.
Namun umumnya para peternak mempunyai asumsi bahwa musim basah seperti musim hujan akan menjadi salah satu alasan utama penyakit karena jamur pada ayam muncul. Drh Indra Wijaya dan Ari Toto Lisan mengungkapkan hal itu kepada Infovet secara terpisah.
Indra seorang praktisi lapangan yang telah lebih dari 15 tahun bergelut di dunia perunggasan berpendapat bahwa memang ketika musim hujan probabilitas penyakit unggas yang disebabkan oleh jamur akan menjadi lebih tinggi frekuensinya dibanding musim kering atau kemarau.
Namun demikian, ujar Indra, pada kenyataaannya di lapangan, sangat sering terjadi penyakit-penyakit yang bersifat infeksi sekunder awalnya dipicu oleh adanya infeksi mikotosis. Jika demikian, menurutnya tidak lain karena aspek tatalaksana pakan yang kurang tepat.benar.
Menjelaskan yang disebut dengan tatalaksana pakan pada ayam, sebenarnya banyakpeternak sudah paham benar. Gudang penyimpanan pakan harus memenuhi syarat yaitu jauh dari kelembababan.
Namun demikian, umumnya anak kandanglah yang sering kurang tertib dan taat dalam pengelolaan pakan. Meski sudah mendapat pengarahan berkali-kali dan selalu diingatkan namun terkadang, melalaikan dan menganggap enteng serta bekerja mencari mudahnya saja. Oleh karena itu pengelola atau manager kandang memang harus rajin mengontrolnya.
Atas dasar pengalaman lapangan, aspek inilah yang paling dominan menjadi pemicunya. Sedangkan faktor musim basah, tidak lain harus diantisipasi dengan pengawasan penyimpanan, pencampuran dan saat pemberian. Jika hal ini lalai maka sudah pasti akan menjadi sulit untuk dicarikan jalan keluarnya, sebab penyakit jamur pada ayam, salah satu penyakit yang relatif sulit untu diatasi.
Umumnya penyakit ini memang muncul tidak bersifat tunggal, karena adanya infeksi sekunder yang justru kemudian infeksi sekunder yang termanifestasi lebih jelas pada gejala klinisnya.
Sedangkan Ari Toto juga seorang praktisi yang sudah malang melintang di lapangan, berpendapat bahwa akibat dari infeksi jamur pada ayam akan menyebabkan anjlognya produktifitas secara pelahan tapi pasti. Hal inilah yang menjadi penyebab penyakit ini terkadang sulit dan terlambat dideteksi oleh pengelola.
Indra juga sependapat dengan Ari bahwa kesulitan mendiagnosa penyakit karena jamur karena umumnya manifestasi yang tidak menciri. ”Salah satu ciri khas penyakit pada ayam karena jamur adalah tidak menciri, terlalu banyak diferensial diagnosa, bahkan sering terkacaukan dengan penyakit pencernaan dan pernafasan. Maka penelusuran dengan cermat dan teliti harus dilakukan oleh para praktisi agar tidak salah dalam terapinya,” ujar Indra dan juga Ari.
Jika sampai produktifitas melorot baik pada ayam potong maupun petelur, maka harus disidik dari mulai aspek pakan. Meskipun mungkin ada gejala klinis yang muncul yang mungkin menciri karena infeksi bakterial ataupun viral. Oleh karena itu langkah terapi pada infeksi sekunder dan yang justru muncul memang jalan terbaik.
Setelah penanganan penyakit atas gejala klinis yang muncul bisa diatasi, maka jika ternyata tetap saja produktiftas belum pulih secara signifikan barulah kemudian terapi atas infeksi jamur.
Memang, sering terjadi para praktisi berhenti setelah gejala klinis penyakit hilang, tetapi tidak meneruskan. Umumnya mereka berasumsi pulihnya produktifitas akan terjadi kemudian. Padahal infeksi primer yang menjadi penyebab dan pemicu belum teratasi.
Menurut Ari, jika demikian maka, akan semakin menambah parah kondisi produktifitas ayam. Maka menurut Indra dalam mengatasi infeksi jamur pada ayam memang butuh telaten dan cermat serta hati-hati.
Kedua praktisi menyarankan kepada para peternak dan pengelola untuk mengawasi secara benar cara penyimpanan, pencampuran dan saat pemberian. Hal ini sangat penting karena terlalu sering para peternak menyalahkan jagung, katul yang menjadi bahan pencampurnya pada ayam petelur. Namun sebenarnya pakan dari pabrikan harus juga diwaspadai menjadi biang munculnya penyakit jamur.
Memang benar dan dari kasus yang muncul terbanyak adalah karena kualitas jagung dan katul yang mengandung jamur cukup banyak. Oleh karena itu agar bisa tuntas dan menghasilkan produktifitas yang diharapkan, mewaspadai kualitas komponen pakan adalah penting sekali. (iyo)