-->

Mentan Suswono Audiensi dengan PB ISPI

Bertempat di ruang kerja Menteri Pertanian, Ir H Suswono MMA menerima kehadiran Pengurus Besar Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (PB ISPI), Senin 28 Desember 2009. Rombongan PB ISPI dipimpin langsung oleh Ketua Umum Yudi Guntara Noor, beserta jajaran pengurus diantaranya Rochadi Tawaf, A Purwanto, Robi Agustiar, Bambang Suharno, Tjeppy D Soedjana, dll.

Pada kesempatan tersebut Yudi menyampaikan bahwa ISPI selama telah berupaya terlibat setiap sisi pembangunan peternakan. Diantaranya ikut memberi masukan dalam penyusunan UU Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) yang sudah diresmikan. Saat ini juga tengah memberi masukan dalam penyusunan peraturan pemerintah pendukung UU PKH. Serta ikut mensukseskan program swasembada daging jilid 3 yang dicanangkan Pemerintah.

Menyimak pencanangan program yang telah dilakukan pemerintah sebelumnya yaitu (Ditjen Peternakan Departemen Pertanian) pada 2000-2005, yaitu ”Swasembada Daging on trend” dan pada 2005-2009 tentang P2SDS (Program Percepatan Swasembada Daging Sapi), kedua program tersebut telah dinyatakan ”gagal” yang diakui sendiri oleh pemerintah.

Padahal, sebelumnya berbagai organisasi profesi dan masyarakat peternakan telah banyak memberikan masukan termasuk ISPI. Namun, kini pemerintah masih juga menetapkan program ”swasembada daging jilid III yang bercita-cita swasembada daging sapi akan tercapai pada 2014. Belajar dari dua kali kegagalan program berswasembada daging sapi 2000-2009, kali ini yang dipertaruhkan adalah ”kredibilitas” seorang menteri pertanian yang juga merupakan sarjana peternakan. Untuk itu kini jajaran pengurus ISPI beserta semua sarjana peternakan diseluruh Indonesia menyatakan komitmen kembali untuk mensukseskan program Swasembada Daging Sapi 2014.

Tak lupa pada kesempatan tersebut jajaran pengurus juga meminta kesediaan Mentan Suswono untuk dicalonkan sebagai ketua ISPI periode mendatang. Kongres ISPI dijadwalkan akan digelar di Makassar tahun 2010 ini.

”Karena jabatan tertinggi seorang sarjana peternakan itu menjadi Ketua Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia, bukan sebagai Menteri Pertanian,” gurau Yudi yang disambut senyum Suswono. (wan)

Kisah Siput Tolol

Syahdan, di awal musim semi, seekor siput memulai perjalanannya memanjat pohon ceri. Beberapa ekor burung di sekitar situ memandangnya dengan perasaan geli. ”Dasar siput bego!” kata seekor burung tertawa mengejek.

”Hai siput tolol! Mau ngapain kau memanjat pohon itu?” kata burung lain. Burung yang satu ini bermaksud baik, mengingatkan agar siput tidak usah menghabiskan energi memanjat pohon. ”Di atas sana tidak ada buah ceri!” teriaknya.

Siput tetap memanjat pohon dengan penuh semangat. ”Pada saat saya tiba di atas, pohon ceri ini telah berbuah,”

Cerita ini saya kutip dari buku Recharge Your Life karya Haryo Ardito yang dikenal dengan julukan Die Hard Motivator. Moral dari cerita ini, kata Haryo Ardito adalah bahwa orang yang berpandangan jauh ke depan dapat melihat harapan di balik kekosongan. Sedang mereka yang hanya berpikir ”hari ini” melihat kekosongan sebagai kesia-siaan.

Cerita ini mendapat beberapa tanggapan bagus ketika saya tulis di internet. Seorang pembaca berujar,” jangan sepelekan orang yang kelihatan seperti siput tolol, siapa tahu kelak kita melihat dia sebagai seorang bintang”.

Ya, membaca cerita siput tolol ini, pemahanan saya mengenai ”pandangan jauh ke depan” terasa menjadi lebih dalam. Pada awalnya saya berpendapat, melihat jauh ke depan adalah sekedar menetapkan target berdasarkan trend keadaan saat ini. Ternyata tidak. Pekerjaan membuat trend, ahli statistik pintar sekali, tapi bukan berarti semua ahli statistik memiliki jangkauan padangan jauh ke depan sebagaimana layaknya para pemimpin hebat.

Begitupun para eksekutif yang mendapatkan informasi dan data yang disajikan di media cetak maupun melalui seminar-seminar. Tidak berarti semua peserta seminar langsung mampu melakukan pandangan jauh ke depan dari sebuah seminar mengenai prospek bisnis masa depan. Kejelian menggabungkan beberapa informasi itulah yang membuat seseorang dapat berbeda menyikapi data. Kita boleh sama-sama mengikuti seminar prospek bisnis, tapi cara kita merespon data dan informasi itulah yang membedakan siapa diri kita.

Memandang jauh ke depan juga bukan sekedar mengira-ira. Bukan pula sekedar mengucapkan cita-cita. Anak kecil juga bisa berpikir masa depan ketika ditanya tentang cita-cita. Dengan lancar mereka berkata, “saya kelak mau jadi polisi, mau jadi dokter, mau jadi insinyur, mau jadi pilot dan sabagainya”. Pasti bukan itu yang dimaksud cerita si ”siput tolol” ini.

Pandangan jauh ke depan di sini adalah melihat sesuatu yang tidak dilihat oleh logika umum dan mulai melakukan action untuk meraih masa depan tersebut meskipun banyak orang mengabaikannya atau bahkan mengejeknya. Dalam logika normal, orang yang memandang jauh ke depan bisa terlihat tolol, tapi kelak orang akan melihat dia adalah pemimpin yang cerdas.

Bagi seorang yang berkarir, berpikir jauh ke depan dapat diartikan sebagai orang yang mau bekerja di suatu tempat yang sangat tidak diminati orang lain, dan di kemudian hari orang lain mengakui, karyawan ini layak disebut hebat karena pilihan karirnya sangat tepat. Dr. Drh. Soehadji dapat dijadikan sebagai salah satu contoh. Pada saat baru menyandang gelar dokter hewan, ia mau ditempatkan di daerah terpencil yakni di Kecamatan Sendawar, nun jauh di pedalaman Kalimantan Timur. Di kemudian hari, dengan pengalamannya yang sangat kaya di daerah, ia sukses meniti karirnya hingga di puncak, sebagai Dirjen Peternakan.

Seorang pengusaha atau calon pengusaha yang memiliki pandangan jauh ke depan bukan tipe orang yang berpikir instan. Ia mau membangun pabrik yang hasilnya 5 atau 10 tahun lagi. Orang berpandangan jauh kedepan adalah orang yang tekun dan konsisten dengan tujuannya. Ibarat pelari, mereka adalah pelari maraton.

Tirto Utomo adalah pengusaha yang awalnya diejek banyak orang karena membuat pabrik air putih dalam kemasan botol. Logika yang ada waktu itu adalah, air putih harus gratis, yang pantas dibotolkan adalah air minum yang manis, rasa coklat atau aneka rasa lainnya. ”Mana mau orang Indonesia membeli air putih dalam botol yang harganya (waktu itu-red) lebih mahal dari bensin,” demikian logika yang umum saat itu.

Pastilah banyak orang yang menilai Tirto Utomo seperti si siput tolol.

Tapi Tirto punya pandangan yang berbeda. ”kelak dimanapun anda berada, semua orang akan mencari air minum yang sehat dan higienis,” ujar Tirto menanggapi ejekan para pengamat.

Keyakinan ini bermula pada saat Tirto Utomo yang pernah bekerja di Pertamina. Tugasnya sering mengantar tamu orang asing, dan para tamu sering sakit perut karena minum air yang kurang bersih di warung makan. Ia melihat hal tersebut sebagai sebuah peluang meskipun ia memendam gagasan itu sekian lama. Dan saat peluang itu datang ia segera mewujudkan gagasan terpendamnya.

Tirto Utomo melihat ke depan, bahwa bukan hanya orang asing yang membutuhkan air putih dalam kemasan, tapi juga orang kita yang ada di angkutan umum, mobil pribadi dan dimana saja yang sulit mendapatkan air minum yang higienis.

Kini usaha yang ia rintis yang bermerek Aqua telah menjadi sebuah industri AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) terbesar di tanah air.

Mungkin saja, di sekitar saya ada siput tolol. Saya tak boleh lagi mengejek tindakan atau keputusan orang yang kelihatan aneh.

Selamat Tahun Baru 2010.

Email: bambangsuharno@telkom.net


Di Akhir Tahun,Telur Ayam Dirundung Kelam

Akhir tahun 2009 ini, dunia perunggasan Indonesia nampaknya layak untuk di dikatakan sebagai sebuah kondisi yang ”sangat-sangat” tidak menggembirakan. Karena, setidaknya ke 3 (tiga) komoditi perunggasan yang potensial menggerakkan perekonomian riil di tengah masyarakat, yaitu daging ayam negeri, daging ayam kampung dan telur negeri, harganya telah jatuh mendekati titik nadir dalam sejarah perunggasan Indonesia selama ini.


Ketika tulisan ini dibuat (mendekati akhir Nopember 2009), harga ketiga komoditi pangan itu telah menyentuh level psikologis di bawah titik impas (BEP) masing-masing selama hampir lebih dari 6 minggu bahkan ada yang telah mencapai lebih dari 20 minggu. Peternak benar-benar sedang mengalami ujian berat. Dan bagi yang masih bertahan, tanpa mengurangi populasi secara ekstrim ataupun menunda peremajaan, memang mempunyai pengharapan besar untuk meraih keuntungan lebih besar di tahun depan (2010). Istilah lazim di kalangan peternak BALAS DENDAM KERUGIAN akan diraih di hari kemudian. Namun toh jika ada yang terpaksa untuk menunda peremajaan dan atau yang menghentikan produksi alias tidak ada DOC masuk (chick in), sudah pasti sebuah langkah yang paling sangat realistis, jika tidak ingin tergulung usahanya.

Informasi yang dikumpulkan oleh Tim Pemantau Lapangan INFOVET Jawa Tengah - Yogyakarta, bahwa harga telur berada di bawah titik impas sudah berjalan lebih dari 21 minggu. Sebuah kondisi yang benar-benar sangat menyesakkan dada peternak. Berbagai upaya dan usaha bersama dari para peternak yang tergabung dalam organisasi atau asosiasi peternak, terus dilakukan. Namun ternyata tidak juga berdampak nyata untuk kurun waktu yang lama.


Langkah nyata yang telah dilakukan oleh beberapa peternak di Jawa Tengah antara lain menyumbangkan secara gratis ke yayasan atau panti asuhan. Selain itu, juga ditempuh aksi bagi-bagi telur masak sebanyak 19 ton oleh PINSAR Solo dalam rangka memecahkan rekor MURI, adalah bentuk nyata yang lain untuk mendongkrak harga telur di pasar.


Sekali lagi, langkah itu meski sempat menyeret harga telur sedikit naik, namun tidak dapat berlangsung lama, bahkan 2 hari pun, harga itu tidak kuat bertahan. Alias harga kembali ke titik awal sebelum upaya itu dilakukan.


Harga telur saat ini (mendekati akhir Nopember 2009) berkisar di angka Rp 7.600 – Rp 7.800 dan sudah berlangsung lebih dari 2 minggu. Dengan titik impas sekitar Rp 10.000/kg, maka berarti peternak harus menanggung beban kerugian rata-rata sekitar Rp 2.500/kg. Memang pada kisaran bulan Juli – pertengahan Agustus 2009, harga masih mendekati titik impas yaitu berkisar Rp 10.000 – Rp 10.500/kg, kemudian terus melorot sampai Rp 9.400 – Rp 9.600/kg selama hampir 3 minggu hingga akhirnya menembus dibawah harga Rp 9.000/kg untuk waktu yang panjang.


Harga memang sempat bergerak naik agak siginifikan di pertengahan September mendekati Lebaran, yaitu pada level di atas Rp 12.000/kg, namun sayangnya hanya berlangsung kurang dari seminggu saja. Harga kembali ke level di bawah titik impas lagi.


Sedangkan harga komoditi daging ayam potong, memang tidak mengalami fluktuasi yang ekstrim sebagaimana harga telur. Meski demikian, jika akumulasi dari bulan Juli sampai dengan akhir Nopember 2009 ini, maka harga secara umum, masih berada di bawah titik impas.


Proporsi waktu antara harga ekstrim tinggi dengan harga di bawah titik impas sekitar 35:65. Artinya peternak dalam posisi menanggung beban kerugian yang lebih lama dibanding tingkat keuntungannya. Pada bulan Juli 2009 memang relatif stabil dengan harga di kisaran Rp 12.500/kg s/d Rp14.000/kg. meski hanya berlangsung sekitar 2,5 minggu. Namun demikian harga pun pernah menyentuh di angka Rp 10.000/kg.


Atas hasil catatan TPL, bahwa kisaran harga daging ayam potong, ternyata pada level Rp 11,500 adalah harga yang paling lama bertahan. Dengan lain kata, pada level Rp 11.500/kg dimana titik impas secara umum adalah pada angka Rp 11.750- Rp 12.000 berarti beban kerugian peternak memang tidak terlalu banyak, namun dalam rentang waktu yang sangat panjang/lama, akhirnya kumulatif peternak menderita..


Sedangkan komoditi daging ayam kampung, lebih unik dan menarik lagi. Menarik oleh karena setelah wabah Flu Burung yang menghabiskan populasi ayam kampung milik penduduk, mestinya hukum ekonomi akan berlaku. Tetapi ternyata tidak juga hal itu terjadi. Bahkan harga pernah jatuh pada kisaran Rp 14.500/kg dengan titik impas berkisar Rp 18.000 - Rp19.000.


Konsumen utama daging ayam kampung adalah beberapa rumah makan khas tertentu memang relatif banyak membutuhkan, akan tetapi pasokan yang paling besar adalah berasal dari ayam kampung silangan yang dibudidayakan secara semi intensif oleh peternak profesional. Istilah ini untuk membedakan dengan peternakan rakyat yang dipelihara dan dibudidayakan ekstensif tradisional, alias dilepas bebas.


Posisi pemasok sebelum wabah FB memang dari peternakan ekstensif rakyat, namun akhirnya tergantikan oleh ayam kampung silangan yang sebenarnya populasinya juga belum begitu banyak. Menjadi unik oleh karena pada umumnya ketika menjelang lebaran harga terangkat naik, ternyata lebaran 2009 ini justru harga melorot mendekati titik impas. Lebaran 2009 di Jateng-Yogyakarta, harga hanya mampu menapak di kisaran Rp 17.000 – Rp 18.500. Artinya memang secara matematis ada selisih positif antara ongkos produksi dengan harga penjualan. Namun senyatanya peternak umumnya, tidak mendapatkan apapun justru menderita kerugian oleh karena tingkat kematian (mortalitas) yang relatif masih tinggi 9 – 12 %.


Memang masih menjadi pertanyaan para pelaku usaha ayam kampung mengapa hal itu terjadi. Sebab harga daging sapi yang menjadi kompetitor utama dalam menu lebaran justru relatif stabil dengan kecenderungan bergerak naik sedikit. Tetapi kenaikan harga ayam kampung tidak seperti Lebaran 2008 yang justru menembus angka Rp 24.000 padahal dengan ongkos produksi hanya 12.500 saja..


Berkaitan dengan kondisi harga komoditi perunggasan yang sangat memprihatinkan itu, para peternak mencoba meraba-raba penyebabnya, atas dasar aneka informasi yang diperoleh. Dugaan penurunan daya beli masyarakt yang melemah, tidak nyata sekali menjadi penyebab. Terlebih di tahun 2009 ada kegiatan berskala nasional yang bersifat serentak yaitu kampanye
Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden, mestinya justru mampu menggenjot tingkat konsumsi komoditi itu.


Kemudian perkiraan peternak, tentang adanya telur dari negeri jiran Malaysia ataupun tepung telur impor juga mestinya tidak akan berpengaruh signifikan. Karena menurut asumsi peternak, pasokan telur impor itu sudah pasti tidak akan mampu dalam volume yang banyak.


Selanjutnya kecurigaan peternak pada saat bulan September sampai Nopember 2009 dimana harga DOC petelur yang relatif sangat murah, dituduh menjadi biang keladinya. Kambing hitamnya adalah perusahaan pembibitan ayam (breeding farm) yang telah melepas dan menggelontor telur tetas ke pasar konsumsi. Kecurigaan ini memang yang paling dapat diterima akal sehat, namun toh, seharusnya juga tidak akan mampu berlangsung lama, jika hal itu menjadi penyebabnya.

Lalu informasi terakhir tentang populasi ayam petelur dan ayam potong di Kalimantan dan Sulawesi yang sudah berkembang pesat, menurut para peternak menjadi faktor penyebab utamanmya. Produksi telur dan populasi ayam di pulau Jawa yang jelas nyata ada kencenderungan meningkat itu, sangat mungkin tidak tersalurkan hasilnya ke kedua pulau itu yang selama ini menjadi pasar utama. Informasi yang diperoleh Tim Pemantau Lapangan Infovet pada saat Rakernas ASOHI memang menguatkan dugaan yang terakhir ini.

Informasi sumber Infovet yang ditemui saat Rakernas ASOHI di Jakarta akhir Oktober 2009 memang menguatkan kecurigaan para peternak di Jawa bahwa kedua pulau besar itu sudah mampu memenuhi kebutuhan sendiri. Meski demikian, umumnya sangat sulit diperoleh kepastian seberapa besar pertumbuhan populasi dan banyaknya populasi ayam petelur dan ayam pedaging di kedua pulau besar itu.


Umumnya para peternak di Jawa menyikapi kondisi yang menimpa saat ini, masih dengan nada optimistis. Mereka seolah sepakat, bahwa bagaimanapun badai pasti akan berlalu. Namun peternak yang menjadi korban amukan badai harga juga tidak sedikit. Apakah mereka bisa bangkit atau sebaliknya terus terpuruk, tergantung dari keuletan dan kekuatan untuk berkelit .


Tahun 2010 tetap memberikan pengharapan yang luas membentang, bersiaplah menyongsong tetapi dengan selalu penuh kewaspadaan. (iyo)


Alltech Meraih Penghargaan International Irish Company of the Year di Asia Pasifik

Alltech menerima penghargaan sebagai International Irish Company of the Year di Asia Pasifik pada sesi Business & Finance Asia-Pacific Ireland Business Awards pada tanggal 16 Oktober 2009, dalam acara The Third Annual Asia-Pacific Business Forum di Bangkok, Thailand. Penghargaan ini diberikan kepada Alltech atas kesuksesannya membangun bisnis yang berkelanjutan selama satu decade terakhir, juga atas berbagai inovasi-inovasi terbaru, serta atas berbagai kegiatan CSR yang dilakukan di kawasan Asia Pasifik.

Penganugerahan penghargaan ini diselenggarakan oleh Majalah Business & Finance bekerjasama dengan Asia-Pacific Irish Business Forum dan Ireland China Association dan merupakan satu-satunya bentuk penghargaan dari Irlandia bagi para pebisnis di Asia. Mantan T.D. dan Tánaiste Dick Spring mengetuai panel juri yang terdiri atas sejumlah pemimpin bisnis yang memiliki jaringan dengan Irlandia dan kawasan Asia Pasifik. The annual Asia-Pacific Business Forum, dikoordinasikan oleh Irish Thai Chamber of Commerce, yang bergerak sebagai event bagi jaringan bisnis bagi berbagai perwakilan dari sebelas kelompok bisnis di kawasan ini.

Sebagai perwakilan dari Alltech untuk menerima penghargaan ini, Ms. Orla McAleer, Marketing Manager Alltech Asia Pasifik, berkata, “Kami sangat tersanjung dengan adanya penghargaan bergengsi ini. Alltech telah memasuki pasar Asia Pasifik sejak tahun 1986 dan sejak saat itu kawasan ini telah memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap kesuksesan kami di seluruh dunia. Kami terus mengupayakan pengembangan pasar dan pertumbuhan yang lebih baik di kawasan Asia Pasifik dengan terus bekerja sama dengan para pelanggan, rekan kerja, asosiasi serta mempromosikan sains dan pendidikan sekaligus terus menerus mendukung keamanan, kualitas dan traceability di dalam industri pakan dan kesehatan hewan.” Saat ini Alltech memiliki kantor di 16 negara di kawasan Asia Pasifik, termasuk satu Asia-Pacific Bioscience Centre di Bangkok, Thailand.

Alltech adalah title sponsor dari Alltech FEI World Equestrian Games 2010™ yang akan diadakan di Kentucky, AS dari tanggal 25 September hingga10 Oktober 2010. Sejak didirikan 29 tahun yang lalu, Alltech telah mengembangkan jaringan-jaringan regional yang kuat di seluruh dunia, dengan lebih dari 1,900 karyawan dan kantor perwakilan di 119 negara. (inf)

Pemerintah Jangan Ragukan Eksistensi HPDKI

Pemerintah pusat dan daerah diharapkan dapat melibatkan HPDKI dalam kegiatan aplikatif di lapangan maupun program pemberdayaan ternak domba kambing (doka) di Indonesia. Demikian menurut Ketua Umum Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) 2009 - 2014 drh. Abduljabbar Zulkifli dalam pelantikan dan pengukuhan pengurus DPP HPDKI di gedung kampus program pasca sarjana MB IPB Bogor, Jum’at (30/10).

“Perlu dukungan moril maupun spiritual dalam meningkatkan kesejahteraan peternak, karena program kerja yang akan dijalankan oleh HPDKI tidak hanya akan bersentuhan dengan peternak rakyat yang identik dengan sektor produksi, namun diperlukan energi lainnya yang dapat mendorong HPDKI untuk dapat bersentuhan pula dengan sektor-sektor lainnya khususnya pada bidang hilir ternak” jelas Abduljabbar Zulkifli

Hingga saat ini kebutuhan kambing dan domba mencapai 5,6 juta ekor. Namun baru bisa terpenuhi separuhnya. Ini menjadi sebuah tantangan bagi peternak Indonesia, siapkah kita menerima import dari negara Australia dan negara lain yang akan masuk ke Indonesia di era pasar bebas pada 2015 nanti. “Mereka bisa menjual daging dan domba lebih murah dari produk dalam negeri,” tandasnya.

Menurut Jabbar, langkah yang tepat pada saat ini adalah dengan pendekatan ekonomi, karena masyarakat dapat merasakan perbaikan ekonomi dengan beternak doka. Melakukan perubahan gaya pemeliharaan yang high cost di masyarakat dengan mengoptimalkan usaha peternakan doka yang lebih efisien dan tidak high cost sehingga bisa bersaing baik di dalam negeri maupun international.

Disamping itu dengan masuknya beberapa nama generasi muda ke dalam kepengurusan merupakan bagian strategi dari ketua umum agar mobilitas organisasi ini dapat berlari kencang dalam menjalankan program-programnya nanti, sementara para tokoh dan pengurus senior tentunya akan senantiasa berkenan dalam membimbing insan ternak muda dan dipandang akan sangat membantu kinerja HPDKI sebagai organisasi penganyom peternak Indonesia. (all)

DSM Aquaculture Seminar


Hotel Alila yang berlokasi tepat dijantung kota Jakarta menjadi tempat PT DSM Nutritional bersama PT Menjangan Sakti menggelar seminar setengah hari bertajuk DSM Aquaculture Seminar. Seminar yang dihelat Selasa, 17 November 2009 ini menghadirkan pembicara bidang perikanan dari luar negeri seperti Prof Jean-Francois Mittaine ahli fishmeal dari Paris University, Perancis.

Bertindak sebagai moderator adalah Prof Dr Budi Tangendjaja dari Balai Penelitian Ternak, Ciawi yang juga dikenal sebagai ahli pakan ternak. Prof Mittaine berbicara tentang perkembangan harga tepung ikan berkaitan musim melaut di Peru dan beberapa faktor lain yang mempengaruhinya.

Sementara itu Prof Dr Kiron Viswanath dari Faculty of Bioscience and Aquaculture dari Bodo University Norway menjelaskan tentang pendekatan nutrisi untuk manajemen kesehatan ikan. Menurut Dr Viswanath, “Kemajuan dalam ilmu perikanan budidaya selama beberapa dekade terakhir telah memperkenalkan dimensi baru dalam sistem budidaya perikanan.

Biaya pakan mengambil porsi paling besar yaitu lebih dari 60% dari total biaya produksi, untuk itu peternak selalu bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Lebih lanjut, hal ini dicapai melalui upaya dari produsen pakan dan peternak dengan hati-hati memilih bahan baku dan formulasi yang cocok dengan ikan spesies ikan yang diternakkan.

“Efisiensi pakan sangat penting karena harus diterjemahkan ke dalam manfaat ekonomi tanpa mengorbankan keberlanjutan masalah kesehatan ikannya,” terang Prof Viswanath.

Ada konsensus umum bahwa pakan yang baik tidak hanya mampu memberikan pertumbuhan yang baik, tetapi juga melindungi ternak dari pengaruh stres dalam peternakan dan penyakit. Konsep kesehatan gizi modulasi telah memacu para peneliti untuk mempelajari interaksi antara nutrisi yang baik dan kesehatan yang lebih baik antara bertani ikan dan udang. Untuk mencegah kerugian akibat penyakit yang mengancam budidaya perikanan, penekanannya adalah pada vaksin dan strategi alternatif lain untuk menjaga hewan sehat.

Jurus dasar dalam manajemen nutrisi kesehatan adalah memberi “pakan yang benar”. Istilah ini menyiratkan bahwa pemberian pakan ternak untuk mendapatkan produksi yang maksimal dengan ditunjang kondisi kesehatan ternak yang terbaik.

Lebih jauh, Prof Dr Delbert M Gatlin III menjelaskan manfaat penambahan nukleotida dalam pakan ternak akuakultur. Dari hasil penelitiannya suplementasi nukleotid pada berbagai spesies ikan mampu meningkatkan pertumbuhan di awal pemeliharaan, meningkatkan kualitas larva, meningkatkan toleransi terhadap stres dan penyakit, seperti memodulasi respon kekebalan maternal dan adaptasi.

Seminar ini dihadiri undangan dari institusi penelitian pemerintah dan universitas serta para pelaku industri bidang akuakultur, khususnya perwakilan perusahaan yang menyediakan pakan ikan dan udang yang berjumlah lebih dari 70 orang. Diantaranya adalah Charoen Pokphand, Cargill, CJ Feed, Gold Coin, Malindo, Matahari Sakti, Mabar, Sinta Prima, Panca Patriot, Wonokoyo, Suri Tani Pemuka, Medion, IPB, DKP, dll. Acara ditutup dengan pembagian door prize berupa telepon seluler dan notebook. (wan)

Menatap Cerahnya Perunggasan 2010

Salah satu agenda besar di penghujung tahun 2009 ini dan yang selalu dinanti pelaku bisnis perunggasan di Indonesia adalah Seminar Nasional Prospek Perunggasan yang rutin digelar Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI). Tak ayal kedatangan seminar ini selalu ditunggu karena sangat bermanfaat guna menyusun strategi pengembangan bagi pelaku bisnis perunggasan di tahun berikutnya.

Seminar yang terselenggara untuk ke-5 kalinya ini mengangkat tema “Bagaimana Prospek Bisnis Perunggasan 2010 di Era Pemerintahan Baru (SBY–Boediono)” dan bertempat di Hotel Santika Jakarta. Seminar perunggasan ini merupakan kesinambungan dari seminar sebelumnya yaitu Seminar Nasional Perunggasan pertama tanggal 8 Maret 2006, kedua tanggal 7 Desember 2006, ketiga tanggal 7 Nopember 2007, dan keempat tanggal 11 Desember 2008.

Secara keseluruhan penyelenggaraan seminar ini berlangsung sukses dan ini tak lepas dari keberhasilan penyelenggara seminar GITA event organizer yang juga masih saudara Infovet. Buktinya seminar ini dipenuhi peserta hingga mencapai lebih 150 orang dari berbagai daerah dan lembaga.

Gambaran Seminar
Tahun 2009 Indonesia baru saja menyelengarakan pesta demokrasi berupa pemilihan umum dan pemilihan presiden. Kedua peristiwa penting telah dilewati dengan lancar. Bulan Oktober 2009 ini secara resmi terbentuk kabinet baru Pemerintahan SBY-Boediono.
Dengan pemerintahan baru ini, timbul banyak harapan dan pertanyaan. Bagaimanakah kebijakan ekonomi pemerintahan baru? Bagaimana target pertumbuhan ekonomi nasional dan dampaknya bagi perunggasan? Apa saja yang harus dilakukan pelaku bisnis perunggasan di tahun 2010?

Sebagaimana seminar sebelumnya, seminar ini menghadirkan pembicara yang kompeten di bidangnya, yaitu Ketua Umum GPPU Krissantono dengan makalah berjudul Potret Bisnis Pembibitan Unggas dan Prospek Bisnis 2010; Ketua Umum GPMT Drh FX Soedirman dengan makalah berjudul Bagaimana Bisnis Perusahaan Pakan 2010; Ketua Umum Pinsar Drh Hartono, diwakili oleh Amin Buchori dengan makalah berjudul Memahami Dinamika Pasar Unggas 2005-2009 dan Mengukur Prospek 2010; Pengurus ASOHI Drh Sugeng Pujiono dengan makalah berjudul Prospek Industri Obat Hewan Indonesia 2009 dan Prospek 2010.

Sementara untuk membahas mengenai bisnis perunggasan kaitannya dengan pemerintahan baru, ASOHI secara khusus mengundang Franciscus Welirang (Direktur PT Indofood Sukses Makmur, Ketua Komisi Ketahanan Pangan KADIN) yang menyampaikan analisanya mengenai trend ekonomi tahun 2010, serta permasalahan bisnis unggas khususnya pada upaya meningkatkan konsumsi hasil unggas. Moderator seminar ini adalah Ir Achmad Dawami dan Drh Ketut Tastra Sukata MBA yang piawai menghidupkan seminar.

Seminar dihadiri oleh stakeholder perunggasan, yaitu dari perusahaan pembibitan, perusahaan pakan, peternak unggas, serta utusan dari pemerintah (Dinas Peternakan). Seminar kali ini juga merupakan rangkaian dari acara ulang tahun ASOHI yang ke-30. Pada kesempatan ini, utusan dari ASOHI Daerah dari 14 propinsi juga hadir sebagai peserta seminar.

Ketua Umum ASOHI Gani Haryanto kepada Infovet menuturkan bahwa tujuan seminar ini adalah untuk mengevaluasi situasi bisnis perunggasan 2009 dengan membandingkan dengan prediksi dalam seminar sebelumnya disertai dengan pembahasan mengapa hal itu terjadi. Selain itu melalui seminar ini diharapkan dapat memprediksi situasi bisnis perunggasan tahun 2010 dari aspek bibit, pakan, obat hewan dan pasar unggas baik petelur maupun broiler. Sekaligus mendiskusikan tantangan bisnis perunggasan yang aktual saat ini dan di masa depan sehingga mendapatkan solusi yang terbaik.

Situasi Perunggasan 2009
Pada seminar nasional bisnis perunggasan tahun 2008, secara umum para pembicara sulit memprediksi situasi bisnis perunggasan 2009, hal ini wajar karena pada saat itu Indonesia sedang mengalami dampak krisis Global yang sulit diprediksi pengaruhnya terhadap ekonomi makro.

Mempertimbangkan bahwa dampak krisis global terhadap bisnis perunggasan tidak terlalu besar, produksi DOC broiler tahun 2009 diproyeksikan sebesar 950 juta ekor, produksi DOC petelur 53 juta ekor dan produksi pakan unggas 6,5 juta ton.

Akan tetapi ternyata pada seminar nasional perunggasan 27 Oktober 2009 ini disebutkan kinerja bisnis perunggasan jauh lebih baik dibanding prediksi tersebut di atas. Produksi DOC broiler tahun 2009 diperkirakan mencapai 1,144 miliar ekor, DOC petelur 78 juta ekor. Konsumsi pakan tahun 2009 sebesar 8,4 juta ton, dimana 83% diantaranya dikonsumsi unggas, dan bisnis obat hewan diperkirakan Rp 1,975 triliun.

Hal ini dapat terjadi karena pada awal tahun 2009 pelaku bisnis perunggasan merasakan bahwa dampak krisis global terhadap perunggasan tidak besar, sehingga para breeder berani meningkatkan produksinya.

Dalam seminar tahun 2009 ini juga terungkap bahwa mulai pertengahan 2009, terjadi perbaikan ekonomi makro dimana Indonesia tidak begitu terpengaruh oleh krisis global, bahkan ekonomi Indonesia diperkirakan tetap mengalami pertumbuhan sebesar 4%.

Prediksi Bisnis Perunggasan 2010 dan Rekomendasi Seminar dapat di baca di majalah Infovet edisi 185/ Desember 2009...atau informasi pemesanan maupun berlangganan selengkapnya... klik disini

Catatan Menyongsong MUNAS VI ASOHI

Munas VI ASOHI 2010 sudah diambang pintu. Rakornas ASOHI (Asosiasi Obat Hewan Indonesia) yang diselenggarakan berurutan dengan peresmian gedung ASOHI, malam gathering perayaan ulang tahun ASOHI ke-30 hingga Seminar Prospek Perunggasan 2010 menyisakan pengharapan dari segenap delegasi pengurus ASOHI yang hadir dan berhasil diwawancara Infovet.

Tak ayal rangkaian acara ini juga menjadi ajang mempererat tali persaudaraan yang telah terjalin sesama anggota selama ini. Di lapangan boleh bertempur mencari pelanggan, tetapi kalau sudah berkumpul di ruangan mereka hidup dalam satu keluarga tidak ada istilah kompetitor.

Peresmian gedung ASOHI yang berdiri megah di kawasan Pasar Minggu Jakarta Selatan ini semakin mengukuhkan ASOHI sebagai organisasi yang paling dinamis dan berkembang pesat diantara sekian banyak organisasi bidang peternakan yang lain. Hal ini juga tak lepas dari peran PT Gallus Indonesia Utama sebagai motor penggerak ASOHI yang notabene merupakan badan usaha milik ASOHI.

Kembali ke harapan delegasi pengurus ASOHI daerah. Apa saja yang menjadi harapan mereka selama ini dan apa saran mereka untuk persiapan menyongsong Munas VI ASOHI tahun depan. Berikut adalah sekelumit hasil wawancara Infovet dengan para delegasi daerah.

Delegasi SUMATERA UTARA
Drh H Effendi Azhar menyampaikan, “Semoga semua delegasi dari daerah-daerah bisa hadir secara keseluruhan. Saat ini, ada beberapa delegasi yang tidak hadir, di Munas nanti diharapkan semua bisa hadir, sehingga pada saat pemilihan Ketua Umum (Ketum) nanti bisa mewakili suara hati dari semua delegasi yang hadir. Ketum ke depan kalau bisa dari orang atau calon yang berkualitas. Pimpinan Pusat (Pimsat) ASOHI hendaknya mulai menententukan berapa suara dari masing-masing daerah yang bisa hadir. Lalu, untuk daerah, jumlah yang hadir sebaiknya lebih banyak dari pengurus pusat.”

Delegasi SUMATERA BARAT
Drh Dodi Mulyadi dari ASOHI Sumatera Barat mengungkapkan, pengurus ASOHI Pusat diharapkan dapat mengakomodir semua pengurus yang ada di daerah. Seperti diketahui bahwa Pengurus Pusat ASOHI mempunyai berbagai produk, supaya dapat memberikan himbauan pada seluruh anggota agar dapat bergabung dengan ASOHI. Kemudian, anggota yang baru juga diharapkan dapat melaporkan diri ke Dinas Peternakan atau Dinas yang menangani Peternakan dan Kesehatan Hewan. Hal ini mencuat manakala ada peringatan dari Dinas Peternakan baik Provinsi maupun daerah, agar anggota-anggota yang baru (TS Obat Hewan) datang dan pergi harus memberitahukan kepada pihak dinas terkait.

Lalu, perihal kegiatan-kegiatan di Pusat agar diberitahukan sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan. Selama ini pengurus daerah hanya tahu dengan kegiatan ASOHI Pusat melalui Majalah Infovet. Pada hal, momen-momen seperti ini yang diperlukan oleh Pengurus Daerah. Perihal koordinasi antara Pusat dan Daerah, selama ini masih baik-baik saja, apalagi dengan kepemimpinan periode ini.

Untuk Munas 2010, diharapkan dalam pemilihan calon Ketum tidak hanya tunggal namun ada hendaknya calon-calon Ketum baru yang bisa loyal dan penuh dengan dedikasi untuk kemajuan organisasi ini. Dan yang terpenting adalah, pelaksanaan Munas 2010 ini dapat dilaksanakan di Bandung, karena situasi dan kondisi Bandung sangat cocok, dan dapat memberikan kesejukan dengan kesegaran udara yang dimilikinya. Kemudian, untuk Munas 2010 nanti, hendaknya diisi dengan kegiatan-kegiatan seperti seminar dan training motivasi, hal ini sangat diperlukan oleh pengurus daerah untuk menumbuhkan jiwa mencintai organisasi ini.”

Delegasi RIAU

Drh Musran (Sekretaris Pengda Riau) menuturkan, “Dengan adanya Rakornas ini kembali dapat menggugah anggota yang belum mau peduli akan keberadaan ASOHI di daerah khususnya di Cabang Riau. Selama ini, teman-teman di Riau kurang antusias untuk memberikan apresiasinya pada ASOHI. Hal ini mungkin karena kesibukan dari masing-masing personal yang notabenenya berbeda dalam semua hal, khususnya perusahaan tempat mereka bekerja. Artinya, masing-masing anggota mempunyai kesibukan berbeda sesuai dengan tuntutan perusahaan mereka. Rakornas ASOHI ke 4 ini dapat hendaknya memberikan inspirasi baru bagi anggota ASOHI cabang Riau yang masih belum mau peduli dengan organisasi ini. Saran saya sepertinya sudah terwakili, karena segala sesuatunya sudah baik, dan yang penting dipertahankan saja.”

Delegasi LAMPUNG
Delegasi Lampung diwakili oleh Drh Slamet Rijadi (Ketua), Ir Zulkifli, dan Ir Wahyudiono. Dikatakan oleh Drh Slamet Rijadi bahwa di Lampung ada 21 perwakilan obat hewan, tetapi yang aktif berorganisasi di ASOHI hanya 16 perusahaan, sedangkan sisanya lima perusahaan agak sulit untuk diajak kumpul-kumpul. Dari 16 perusahaan saja sangat mudah mengumpulkan dana dan tidak mengalami kesulitan. Dan yang sisanya agak sulit diajak kumpul-kumpul apalagi disuruh ikut membayar iuran. Saran untuk Munas VI ASOHI tahun 2010, diharapkan ASOHI lebih solid lagi, dan pimpinan perusahaan di kantor pusat supaya ikut mensuport yang di daerah jangan hanya dituntut mencapai target penjualan saja, tetapi juga melaksanakan hak dan kewajiban anggota ASOHI di daerah, contohnya membayar iuran dan ikut mengembangkan organisasi.

Delegasi JAWA BARAT
Delegasi dari Jawa Barat yang kala itu diwakili Drh Gowinda Sibit, Peter Yan, dan Drh Sugeng Pujiono menyampaikan hal senada bahwa harapannya saat Munas ASOHI VI nanti semua pengurus daerah dapat hadir mewakili daerahnya. Sehingga Ketua Umum (Ketum) terpilih nanti benar-benar mewakili aspirasi seluruh anggota ASOHI.
Dan roda kepemimpinan yang nanti berjalan telah memiliki pondasi yang kuat dan diharapkan tidak meninggalkan program-program yang baik yang telah berjalan selama ini. Harapan lain juga agar ASOHI lebih proaktif menggandeng media dan asosiasi lain seperti GPPU, GPMT, GAPPI, GOPAN, Pinsar, MIPI, dll. untuk meneruskan komitmen sadar gizi mengkampanyekan konsumsi daging dan telur produksi dalam negeri.

Delegasi JATENG
Hadi Santosa, Ketua ASOHI Provinsi Jawa Tengah (Jateng) menyampaikan, perlunya kembali menata organisasi di daerah. Jika suatu daerah ada potensi untuk dipisah atau dikembangkan, maka harus segera dilakukan. Begitu juga jika keberadaan ASOHI Daerah tidak mampu berjalan dengan baik, maka merger atau penggabungan menjadi salah satu solusi. Hal ini penting agar efektifitas roda organisasi dapat berfungsi dengan baik.
“Sebab jika wilayahnya luas namun tidak potensial untuk didirikan sebuah kepengurusan ASOHI daerah, maka lebih baik digabungkan saja. Begitu juga jika suatu daerah meski wilayah geografisnya sempit namun ada potensi untuk dikembangkan, maka pemisahan menjadi 2 kepengurusan organisasi mutlak perlu. Sebaliknya jika ASOHI Daerah yang sempit wilayahnya dan organisasinya tidak berjalan, lebih baik dilikuidasi saja,” tutur Hadi.

Delegasi DI YOGYAKARTA
Drh Wachid Nukliranto pengurus ASOHI Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyadari dengan sangat jika masalah utama di wilayahnya adalah kelancaran roda organisasi. Hal itu terkait dengan tidak adanya dana yang dapat dihimpun dari para pelaku bisnis obat hewan di DIY. Kalau melihat ASOHI dari daerah lain yang posisi kas organisasinya sangat memadai, maka memang ada rasa tidak enak alias malu. Namun demikian, sebagi pengurus saya berharap kepada ASOHI Pusat untuk kembali mengingatkan para produsen obat hewan yang membuka pemasaran di DIY untuk berkontribusi. Dengan demikian kami tidak lagi menjadi ”malu” dengan daerah lain.

Delegasi JAWA TIMUR
Delegasi Jawa Timur diwakili oleh Drh Catur Budi Hascaryo (Ketua), Drh Teguh Widodo, Drh Gede Agus Cahya. Dikatakan oleh Drh Catur Budi Hascaryo, secara umum anggota ASOHI di Jawa Timur sangat kompak sekali sehingga tidak ada permasalahan. Saran untuk Munas VI ASOHI 2010, untuk anggota yang tidak terpilih sebagai pengurus pusat supaya legowo atau berbesar hati.
“Kita kan dalam satu wadah organisasi ASOHI dan janganlah organisasi ini dijadikan sebagai ajang politis. Marilah saling kerjasama, sama-sama membesarkan organisasi kita ini. Jadi, di Munas VI ASOHI tahun 2010 mendatang, marilah kita bergabung membesarkan nama besar ASOHI,” ungkap Catur.

Delegasi BALI

Delegasi Bali hanya diwakili oleh Tarya, SE. Bali sebagai salah satu sentra peternakan di Indonesia, populasi ternaknya cukup padat jika dibanding luas wilayahnya. Banyak pemain obat beradu nasib di pulau Dewata ini, tetapi sangat disayangkan untuk ikut bergabung berorganisasi di wadah ASOHI sangat jauh api dari panggangannya, artinya, para pemain obat kerjanya hanya jualan saja, tetapi kalau diminta untuk rapat, menjadi pengurus atau disuruh berangkat ke Jakarta, banyak yang menolak, keluh Tarya, kepada Infovet.
Oleh karenanya, Tarya memohon kepada owner perusahaan obat di pusat supaya memberikan suport kepada para TS di daerah Bali khususnya, janganlah mereka hanya disuruh mencari target penjualan saja, tetapi dirangsang untuk ikut berorganisasi membesarkan ASOHI Bali. Target itu perlu, tetapi kalau sosialisasi dan rasa kekeluargaan sesama anggota ASOHI tidak ada ya percuma saja. Kondisi ini lebih berat lagi jika diminta untuk menjadi pengurus atau diminta untuk berangkat ke Jakarta mereka pada menolak karena berkaitan dengan dana. Saran untuk Munas VI ASOHI, agar pengurus pusat lebih kompak dan lebih baik lagi. Kalau perlu pengurus pusat melakukan kunjungan ke daerah untuk memberikan motivasi para TS agar mau membesarkan ASOHI daerah.

Delegasi KALTIM
Drh H Sumarsongko pengurus ASOHI Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menghimbau dengan sangat agar pengurus Pusat benar-benar tegas dan konsisten menertibkan peredaran obat hewan tidak terdaftar. Jika hanya menyerahkan dan mendelegasikan urusan masalah itu kepada pengurus ASOHI Daerah, maka tentu saja tidak akan mampu membuahkan hasil. Dasar pijakan hukum, bagi pengurus daerah untuk melakukan itu disamping tidak kuat juga kelemahan dana operasional. Terlebih bagi Kaltim yang wilayahnya sangat luas, untuk itu tentu saja kedodoran.

Delegasi KALBAR
Drh Suhartono pengurus ASOHI Provinsi Kalimantan Barat mengusulkan agar semua produsen, importir dan distributor obat hewan yang membuka kantor perwakilan atau cabang di Kalbar, agar memberi bekal kepada karyawan untuk ikut aktif di ASOHI daerah. Sebab jika tidak ada dukungan dan kepedulian dari Kantor Pusat maka, ASOHI daerah tidak ada artinya sama sekali.

Delegasi SULSEL
Drh H Wahyu Suhadji pengurus daerah ASOHI Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) mengusulkan agar dilakukan evaluasi kepada ASOHI Daerah yang kurang produktif dalam peranannya. Selain itu ia juga menghimbau agar ASOHI Pusat untuk meningkatkan frekuensi kunjungan ke daerah sehingga silaturahmi lebih kuat. (masdjoko/yonathan/untung/sadarman/wawan)

30 TAHUN ASOHI Mengabdi (1979-2009)

Usai sudah rangkaian kegiatan dalam rangka Peresmian Gedung ASOHI, Rakornas ASOHI, Malam Gathering ASOHI dan Seminar Prospek Perunggasan 2010 yang diselenggarakan mulai dari kantor ASOHI Pusat yang terletak di bilangan Pasar Minggu hingga acara puncak di Hotel Santika Jakarta 25-27 Oktober 2009.

Acara yang telah dipersiapkan oleh panitia secara matang sejak awal tahun ini berlangsung sukses dan meriah. Bahkan sejak berminggu-minggu sebelumnya kantor ASOHI yang juga menjadi kantor PT Gallus Indonesia Utama tempat Infovet dan divisi lainnya bernaung telah berbenah mempercantik diri supaya tampil lebih fresh.

Alhasil, dengan rahmat Allah SWT, acara Peresmian Gedung ASOHI kantor operasional pusat ASOHI dapat berjalan dengan sukses dan sempurna. Peresmian yang dihelat pada Minggu 25 Oktober 2009 ini dilakukan dengan pemotongan pita secara simbolis oleh Ketua Umum Gani Haryanto disaksikan oleh sesepuh pendiri ASOHI, perwakilan ASOHI Daerah dan rekan-rekan wartawan media peternakan. Berdirinya Gedung ASOHI ini tak lepas dari dukungan para donatur seperti ASOHI Jabar, ASOHI Jateng, ASOHI Jatim, ASOHI Sumut, Behn Meyer Kimia, Fort Dodge Indonesia, Medion Farma Jaya, Novartis Indonesia, Paeco Agung, Pyridam Veteriner, Romindo Primavetcom, Sanbe Farma, SHS International, Sumber Multivita, Vaksindo Satwa Nusantara, Wonderindo Pharmatama, dll.

Usai peresmian gedung, delegasi pengurus daerah dan pusat ASOHI bergegas ke hotel Santika untuk memulai Rakornas. Rakornas dibuka oleh Ketua Umum ASOHI Gani Haryanto. Di sela acara Rakornas ASOHI, awak Infovet juga menghimpun berita berupa masukan dan harapan peserta Rakor untuk ASOHI ke depan (baca: Catatan untuk Munas VI ASOHI). Rakornas ini diikuti oleh seluruh pengurus daerah ASOHI diantaranya adalah Pusat, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan.

Pada Rakornas yang terakhir menjelang munas ASOHI ke-VI ini menghasilkan rumusan sebagai berikut :

  1. Melanjutkan Komunikasi internal ASOHI yang telah terjalin selama ini, yaitu antara Pengurus ASOHI Tingkat Nasional dan Pengurus ASOHI Tingkat Propinsi, serta antar Pengurus ASOHI Tingkat Propinsi. Untuk itu diperlukan adanya peningkatan respon dari Pengurus ASOHI Tingkat Propinsi terhadap informasi yang disampaikan oleh Pengurus ASOHI Tingkat Nasional dan sebaliknya sehingga proses komunikasi menjadi lebih efektif.
  2. Bagi daerah-daerah yang keberadaan ASOHI Tingkat Propinsi belum dirasakan oleh anggota ASOHI di daerahnya, maka Pengurus ASOHI Tingkat Propinsi harus mengembangkan dan melaksanakan program-program dan pelayanan-pelayanan yang dirasakan manfaatnya oleh anggota. Untuk hal ini, Pengurus ASOHI Tingkat Propinsi dapat menimba pengalaman dari Pengurus ASOHI Tingkat Propinsi dari daerah lain yang sudah berhasil.
  3. Dalam menyusun dan melaksanakan program di tingkat daerah, maka Pengurus ASOHI Tingkat Propinsi dapat meminta bantuan yang diperlukan kepada Pengurus ASOHI Tingkat Nasional. Dan Pengurus ASOHI Tingkat Nasional berupaya memberikan bantuan agar progam yang dilaksanakan berhasil dengan baik dan sukses.
  4. Dengan telah terbitnya UU Peternakan dan Kesehatan Hewan No. 18 Tahun 2009 sebagai payung hukum bagi Penanganan Peredaran Obat Hewan Illegal, maka Bidang Pengawasan dan Peredaran Obat Hewan ASOHI Tingkat Nasional dan Pengurus ASOHI Tingkat Propinsi harus lebih aktif melakukan sosialisasi agar anggota dapat mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku.
  5. Pengurus ASOHI Tingkat Nasional dan Pengurus ASOHI Tingkat Propinsi agar aktif memfasilitasi kebutuhan anggota dalam pengurusan izin usaha obat hewan sesuai Permentan No. 18 tahun 2009 tentang Perizinan Usaha Obat Hewan, dan pengurusan sertifikasi Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik (CPOHB) yang batas waktunya akan berakhir tahun 2010.
  6. Menyelesaikan sebaik-baiknya program kerja yang diamanatkan Munas ASOHI ke V dan mempersiapkan Munas ASOHI ke VI yang akan dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2010, sehingga penyelenggaraan Munas ASOHI ke VI berjalan dengan baik sesuai ketentuan AD/ART.

Malam Gathering ASOHI
Acara puncak adalah Malam Gathering 30 Tahun ASOHI yang ditandai dengan peluncuran Buku 30 Tahun ASOHI Mengabdi, Maju Bersama Meningkatkan Kesehatan Hewan. Acara ini dihadiri oleh para pemimpin perusahaan bidang obat hewan, birokrat, dan tamu undangan lainnya.

Pada acara jamuan formal tersebut seluruh tamu undangan hadir dengan suasana penuh kehangatan dalam format round table. Di sela acara juga disuguhkan tarian modern dance sebagai selingan. Diawali dengan laporan Ketua Panitia Drh Irawati Fari, langsung disambung dengan sambutan Gani Haryanto selaku Ketua ASOHI menyambut dengan hangat para tamu undangan dari kalangan pemimpin perusahaan bidang obat hewan, birokrat, asosiasi bidang peternakan, stake holder dan tamu undangan lainnya.

Dalam sambutannya Gani menyampaikan rasa syukurnya bahwa ASOHI telah berusia 30 tahun, dimana sebagai organisasi usaha obat hewan, ASOHI telah banyak meraih prestasi dalam meningkatkan kesehatan Hewan dan Industri Peternakan di Indonesia. “ASOHI sudah memiliki fondasi yang kuat, pilar organisasi yang kokoh dan sistem kerja yang profesional, sehingga saya yakin ASOHI akan siap menghadapi tantangan masa depan yang makin kompleks,” kata Gani.

“ASOHI telah melewati 3 dekade dengan suatu perkernbangan yang berkesinambungan. Perkembangan ASOHI sejak berdiri tanggal 25 Oktober 1979 hingga usia 30 tahun perlu dicatat sebagai sebuah pengalaman berharga sekaligus sebagai sebuah pelajaran untuk langkah-langkah perbaikan di masa depan,” ujar Gani.

Gani melanjutkan, untuk merekam jejak perjalanan ASOHI selama 30 tahun ini, pengurus ASOHI sepakat untuk menerbitkan buku dengan Judul “30 Tahun ASOHI Mengabdi; Maju Bersama Meningkatkan Kesehatan Hewan”.

Penerbitan buku ini dimaksudkan untuk mendokumentasi perjalanan ASOHI selama 30 tahun dengan berbagai dinamikanya. Diharapkan dengan adanya buku ini, generasi penerus ASOHI dapat memahami dan mengambil pelajaran dari kiprah ASOHI selama 30 tahun dan ke depannya dapat mengambil langkah untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang telah diraih.

Pada kesempatan tersebut Gani juga menuturkan bahwa dengan menyimak dan merasakan perjalanan 30 tahun ASOHI, dapat disimpulkan ada tiga tantangan utama yang akan dihadapi ASOHI. Pertama, dinamika birokrasi pemerintah dimana kita melihat pergantian pejabat yang lebih dinamis. Hal ini menuntut komunikasi yang lebih intens antara ASOHI dengan pemerintah, dengan harapan semua program yang telah dirancang dan disepakati dapat berjalan dengan lancar.

Kedua, adanya otonomi daerah dimana terjadi perubahan struktur organisasi pemerintah daerah dan perubahan pola kerja pemerintah pusat dan daerah. Hal ini menuntut pengurus ASOHI Daerah lebih proaktif menjalin hubungan dengan pemerintah daerah setempat.

Ketiga adalah dampak globalisasi, dimana penyebaran penyakit hewan lebih cepat, menuntut kesiapan ASOHI dalam berperan menanggulangi masalah penyakit hewan dan meningkatkan kesehatan hewan.

Acara ini juga dihadiri oleh Dirjen Peternakan yang diwakili Direktur Kesehatan Hewan Drh Agus Wiyono PhD. Acara dilanjutkan dengan testimoni dari para sesepuh pendiri ASOHI yang masih hidup dilanjutkan dengan pemutaran video multimedia Kiprah dan Sejarah ASOHI. Terakhir adalah penyerahan secara simbolis Buku 30 Tahun ASOHI Mengabdi kepada segenap tamu kehormatan dan ditutup dengan jamuan makan malam dan ramah tamah. (wan)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer