FLPI-AINI-HITPI
menyelenggarakan Focus Group Discussion
(FGD) dengan tema “Supply Chain Bahan
Pakan Lokal Strategis untuk Ketahanan Pangan Nasional” di Fakultas Peternakan
IPB Bogor, Senin (18/12).
Kegiatan FGD diawali
dengan pemaparan materi dari tiga narasumber, antara lain Direktorat Pakan,
Kementerian Pertanian yang diwakili oleh Eny Hastuti Wahyuningsih selaku Kepala
Seksi Pengembangan Bahan Pakan, Direktorat Pakan, Ditjen PKH, yang
memaparkan tentang “Regulasi Pemerintah Terhadap Rantai Pasok Bahan Pakan Lokal
Strategis” disertai dengan data-data pendukung. Narasumber kedua yakni Dr Suryahadi
yang merupakan salah satu dosen di Fakultas Peternakan IPB, membahas materi mengenai
“Strategi Jaminan Ketersediaan Bahan Pakan Lokal Strategis”.
![]() |
Suasana FGD yang diselenggarakan FLPI-AINI-HITPI di Fakultas Peternakan IPB Bogor, Senin (18/12). |
Langkah strategis dalam
menjamin ketersediaan bahan pakan lokal strategis antara lain, 1) Menjadikan
pakan sebagai komoditas komersial melalui pemanfaatan lahan marginal, membuka
peluang bagi petani, menciptakan harga yang kompetitif. 2) Penguatan atau
pengembangan komponen SLP, yaitu sarana/prasarana, soft system, sumber daya pakan, pasar/depot logistik/bank pakan. 3)
Memanfaatkan potensi yang tersedia. 4) Fungsionalisasi lumbung pakan. 5) Mengembangkan
teknologi pakan hi-fer (hijau, awet,
fermentasi, dalam kemasan komersial, praktis dan mudah diproduksi, serta menguntungkan
petani/peternak sehingga dapat digunakan sebagai supply pakan sapi selama pengangkutan).
Memasuki narasumber
ketiga, Dr Dedi Budiman Hakim, dosen Fakultas Ekonomi Manajemen yang
membahas tentang “Konsep Kebijakan Supply
Chain Pakan Lokal Strategis dan Implikasinya”. Menurut Dedi, peran pemerintah
sangat dibutuhkan dalam menjamin struktur supply
chain bergerak cepat, time delivery
dan efesiensi market.
“Sebagai salah satu
contoh adalah rantai pasok jagung mengalami rantai yang sangat panjang, semakin
panjang jalur yang dilalui maka harga semakin tinggi, sehingga diperlukan
solusi bagaimana jagung dari petani dapat dengan mudah sampai kepada konsumen
akhir,” kata Dedi. (ASI/RBS)