-->

DE HEUS INDONESIA AJAK PETERNAK PAHAMI TATA KELOLA PEMELIHARAAN BROILER TROPIS

Jan van den Bink memaparkan materi webinar

Selasa (8/3) salah satu produsen pakan ternak yakni De Heus menggelar webinar bertajuk Tata Kelola Pemeliharaan Broiler di Daerah Tropis melalui daring Zoom Meeting. Dua narasumber yakni Jan van den Brink dan Kokot Februhadi didapuk menjadi narasumber.

Dalam presentasinya Jan van den Brink selaku Senior Specialist Poultry PT De Heus Indonesia mengatakan bahwa manajemen pemeliharaan broiler di daerah tropis dan sub tropis berbeda. Terlebih lagi di Indonesia banyak peternak yang masih melakukan budidaya secara tradisional (open housed), ini juga yang menjadi perhatian Jan.

Ia juga menyebut dalam manajemen pemeliharaan broiler ada beberapa aspek yang harus diperhatikan seperti biosekuriti, pakan, kualitas air minum, brooding, dan bahkan aspek ventilasi. Jan memberi contoh misalnya pada aspek ventilasi, menurutnya ventilasi akan mempengaruhi suhu dan kelembapan yang akan mempengaruhi kenyamanan dan performa ayam.

"Kita harus tahu bahwa tidak ada angka mutlak suhu dan kelembapan untuk ayam, semua harus kita setting sedemikian rupa, dan di setiap daerah caranya akan berbeda. Oleh karenanya kita musti bertindak berdasarkan apa yang kita lihat, dengar, dan sentuh, bukan hanya berpatokan pada buku," tuturnya.

Sementara itu di waktu yang sama Kokot Februhadi selaku Poultry Training Manager PT De Heus Indonesia menitikberatkan presentasinya pada manajemen persiapan kandang sebelum chick in dan manajemen cleaning kandang pasca panen.

"Untuk urusan ini kita harus menyamakan persepsi tentang istilah istirahat kandang, soalnya yang saya dapati istilah ini maknanya berbeda - beda bagi para peternak. Sehingga jika ini saja sudah ada ketidaksamaan persepsi maka akan berbeda hasilnya juga," tutur Kokot.

Kokot lebih lanjut menjelaskan apa - apa saja yang harus dilakukan oleh peternak dalam mempersiapkan kandang menjelang chick in dan semua yang musti disiapkan oleh peternak setelah ayam dipanen sampai habis.

Sesi diskusi dan tanya jawab yang digelar pun berjalan interaktif dan solutif, para penanya dapat dengan mudah memahami penjelasan dari para narasumber. Setelahnya diadakan kuis dan pembagian doorprize bagi para peserta yang beruntung. (CR)

KONTRIBUSI PETERNAKAN TROPIS UNTUK KEDAULATAN PANGAN

Foto bersama usai acara pembukaan
ISTAP ke-7, di Kampus Fapet UGM, Selasa (12/9).
Dalam pelaksanaan the 7th International Seminar on Tropical Animal Production (ISTAP), pada 12-14 September 2017, Dekan Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA, menyatakan, bahwa peternakan di negara-negara tropis seperti Indonesia secara signifikan mampu untuk meningkatkan kedaulatan pangan.

“Peran peternakan di negara tropis menjadi penting untuk membangkitkan kemandirian, karena fungsi peternakan sebagai tabungan, akumulasi modal, serta suplai input bagi tanaman pangan,” ujar Prof Ali Agus, dalam siaran persnya usai pembukaan acara, Selasa (12/9), di Fapet UGM, Yogyakarta.

Diungkapkannya, upaya untuk mengukur kontribusi peternakan pada kedaulatan pangan di negara tropis sangat penting untuk mengidentifikasi keunggulan dan daya saing komoditas serta produk turunannya. Sebab, para petani/peternak di negara tropis tidak memiliki kekuatan untuk mengontrol mekanisme produksi pangan dan kebijakannya. Hal ini disebabkan karena petani di daerah tropis seringkali dicirikan dengan skala usaha yang kecil dan subsisten.

“Hewan ternak telah melekat pada kehidupan peternak kecil di negara-negara tropis. Oleh karena itu, melibatkan rumah tangga petani kecil dalam mekanisme produksi dan kebijakan berarti ikut mengamankan kedaulatan pangan sebuah negara,” katanya.

Menurutnya, penyelenggaraan ISTAP ke-7 yang mengambil tema “Contribution of Livestock Production on Food Sovereignty in Tropical Countries” merupakan kontribusi penting dalam perkembangan kedaulatan pangan nasional.

Sementara, Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng, menyatakan, kedaulatan pangan tidak hanya diartikan sebagai ketersediaan pangan, melainkan akses terhadap pangan yang berbasis potensi lokal. “Indonesia dan negara tropis lain kaya akan sumber daya ternak lokal dan keanekaragaman ternak. Ini adalah aset potensial yang berguna dalam pasar domestik maupun internasional di masa mendatang,” kata Prof Panut.

Kendati begitu, lanjut dia, produksi ternak di negara tropis cenderung masih dijalankan oleh peternak kecil. “Permasalahan seperti ketidakseimbangan supply-demand, kapasitas dan kapabilitas peternak yang masih rendah dan kurangnya inovasi-teknologi, masih menjadi tantangan. Untuk memecahkan permasalahan tersebut, diperlukan sinergi antar stakholders terkait,” ucapnya.

Ketua Panitia ISTAP, R. Ahmad Romadhoni Surya Putra, S.Pt., M.Sc., Ph.D., mengungkapkan, kegiatan ini merupakan seminar Tropical Animal Production yang tertua di Indonesia. “Seminar ini sudah dimulai sejak awal 90-an dengan melibatkan seluruh peserta dari berbagai penjuru dunia. Pada penyelenggaraan kali ini, ISTAP dihadiri lebih dari 250 peserta yang berasal dari 11 negara di wilayah tropis,” katanya. (RBS)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer