-->

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUKABUMI TINGKATKAN PENGETAHUAN PETERNAK SAPI PERAH

Petugas Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi, saat memberikan pengetahuan kepada peternak sapi perah di KUD Gemah Ripah, Desa Sukalarang (Foto :Istimewa)


Dalam meningkatkan pengetahuan peternak sapi perah, Dinas Peternakan (Disnak) Kabupaten Sukabumi, menggelar kegiatan Desiminasi Good Farming Practice (GFP) sapi perah tahun anggaran 2024 di KUD Gemah Ripah, Desa Sukalarang, Kecamatan Sukalarang, Kabupaten Sukabumi.

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi, Drh. Asep Kurnadi kepada Radar Sukabumi mengatakan, kegiatan ini, dimaksudkan untuk memberikan pemahaman terkait manajemen dan sertifikasi Good Farming Practice dan Good Breeding Practice pada ternak, khususnya sapi perah guna mendukung pengembangan populasi, dan produksi susu sapi perah di kabupaten Sukabumi.

“Narasumber yang hadir dari kegiatan ini, diantaranya Direktorat Pembibitan dan Produksi Ditjen PKH Kementan RI, dan BBPKH Cinagara. Sementara, untuk peserta dari peternak sapi perah dari 12 kelompok tani sapi perah,” kata Drh. Asep kepada Radar Sukabumi pada Rabu (10/07).

Menurutnya, kegiatan ini sangat penting dilakukan sebagai salah satu bentuk upaya untuk memperoleh informasi, inovasi. Sehingga mendorong agribinis peternakan sapi perah yang semakin maju. Bukan hanya itu, hal ini juga untuk memberikan pemahaman terkait manajemen dan sertifikasi GFP dan GBP pada ternak, khususnya sapi perah.

“Tentunya, hal ini guna mendukung pengembangan populasi dan produksi susu sapi perah di Kabupaten Sukabumi,” ujarnya.

Pihaknya menambahkan, kegiatan ini selain dapat meningkatkan pengetahuan peternakan sapi perah, juga dapat meningkatkan wawasan terkait manajemen pemeliharaan dan manajemen pengembangbiakan sapi perah.

“Manfaat dilaksanakan kegiatan ini, adalah meningkatnya pengetahuan dan kemampuan peternak, sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak,” pungkasnya. (INF)

RATUSAN BURUNG PIPIT MATI MASSAL DI SUKABUMI, FLU BURUNG MEREBAK KEMBALI?

Burung pipit mati massal yang direkam warga


Warganet dibuat heboh dengan video viral kematian massal burung pipit yang terjadi di Sukabumi, Jawa Barat beberapa waktu yang lalu. Dalam video tersebut, belasan ekor burung pipit, bondol atau emprit tergeletak mati di sekitar kawasan pemukiman warga.

Dilansir dari laman teras.id, video viral ersebut dibagikan oleh akun YouTube Ganesha Adventure, Kamis 29 Juli 2021. Video berdurasi 55 detik yang direkam seorang pria itu menggambarkan sejumlah burung pipit mati tergeletak di lantai yang diduga di halaman rumah atau jalan pemukiman. "Fenomena alam langka, pagi-pagi waktu keluar lihat burung mati tidak tahu kenapa," kata si perekam.

Belum diketahui penyebab kematian massal burung ini. Firman Panthera, salah seorang aktivis lingkungan di Sukabumi menyebut ia masih berusaha mencari tahu lokasi video tersebut dan mengatakan bahwa fenomena ini merupakan tanda bahaya. "Jelas ini tanda bahaya bagi lingkungan karena ada kematian massal dari satwa yang sehari-hari hidup berdampingan dengan masyarakat," kata Firman.

Firman menyarankan instansi terkait secepatnya mencari tahu lokasi dalam video tersebut. Harus dipastikan penyebab kematiannya, karena dikhawatirkan berdampak pada lingkungan sekitar.

Jika penyebabnya adalah diracun, maka harus segera ditindaklanjuti karena bangkai burung pipit yang mati tersebut berada di pemukiman. "Di permukiman itu ada kucing, banyak anak-anak bermain, jadi harus disterilisasi, biar tidak berdampak kepada satwa bahkan manusia disekitar," katanya.

Anggota relawan Komunitas Konflik Satwa Liar Jabodetabek dan Sukabumi, Igor, mengatakan bahwa kemungkinan mati massalnya burung pipit ada tiga penyebab. Pertama, burung pipit tersebut memakan racun dari ladang sawah yang selesai di semprot kimia oleh petani. Namun, untuk memastikan hal itu tinggal diukur jarak dari lokasi penemuan bangkai burung pipit ke sawah.

“Indikasi paling masuk akal dugaannya ya karena makan berbahan kimia dari ladang sawah milik petani. Burung itu biasanya berkoloni, ketika memakan makanan yang sudah disemprot kimia otomatis akan mati," katanya seperti dikutip dari laman sukabumiupdate.com partner Teras.id, 29 Juli 2021.

Kemungkinan kedua adalah terpapar virus Covid-19 yang selama ini sudah mengarah ke satwa liar. Dan kemungkinan yang ketiga adalah karena faktor alam, atau sebuah pertanda semacam fenomena alam yang akan terjadi bencana besar di wilayah tersebut.

“Indikasi-indikasi ini tentunya perlu lebih lanjut diteliti, tetapi saya lebih kepada indikasi burung pipit memakan racun dari ladang petani karena itu hal yang paling mungkin,“ ujarnya.

Sementara itu Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi Drh Asep Kurnadi mengatakan banyak faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut. Menurutnya dua faktor yang paling mungkin menjadi biang keladi kejadian tersebut adalah Serangan AI dan Keracunan pestisida.

"Hingga kini kami sudah turun ke lapangan dan mengambil sampel, untuk pemerikasaan AI sampel yang diambil sudah tidak memungkinkan untuk diperiksa karena sudah membusuk, sementara dugaan kuat kami mereka keracunan pestisida yang digunakan oleh petani, nanti kita lihat hasil surveilansnya," tutur Asep. (CR)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer