Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Closed House | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

DAUR ULANG SEKAM DENGAN PROBIOTIK, AYAM TETAP SEHAT DAN PRODUKTIF

Suasana pertemuan pengelola closed house dengan PT Agrikencana Perkasa di Magelang, Rabu (24/4). (Foto: Infovet/Untung)

Sebuah kajian empiris dan praksis telah berhasil dilakukan oleh Ir Andreas Gunapradangga selaku Director PT Agrikencana Perkasa dan timnya, dalam menghadapi persoalan sekam pada lantai kandang ayam dengan sistem tertutup/closed house.

Selama ini problematika ketersediaan sekam dan lingkungan nyaris selalu menimbulkan masalah krusial bagi para peternak ayam. Salah satunya adalah persaingan pemanfaatan sekam untuk usaha kegiatan lain (non-perunggasan), sehingga hal itu saat ini membuat persoalan yang sangat serius.

Adapun upaya yang efisien dan efektif dalam pemakaian sekam untuk lantai kandang ayam, diungkapkan oleh Andreas dan timnya, diperkuat dengan pengalaman peternak yang sudah menerapkannya. Yaitu diperlukan suatu bahan aktif yang mampu mengurai material organik di dalam sekam menjadi material organik bentuk lainnya yang sehat dan segar.

Menurut Senior Microbiology PT Agrikencana Perkasa, Dr Untung Mugiarto, bahan yang dimaksud adalah probiotik. Ia menjelaskan, bahwa probiotik merupakan makhluk hidup mikro yang jika digunakan dalam jumlah relatif sedikit dan terukur mampu membawa manfaat besar dan membawa banyak keuntungan.

“Ukuran/dosis dan jenis mikroorganisme menjadi hal yang sangat penting. Sebab, kandungan dari probiotik tersebut mempunyai korelasi dengan potensi yang diharapkan,” kata Untung pada pertemuan dengan peternak ayam di Magelang, Rabu (24/4/2019).

Sementara menurut Andreas, dihadapan peserta yang hadir, dijelaskan bahwa hanya sedikit probiotik yang beredar dengan kandungan mikroorganisme yang bermanfaat pada perunggasan. Produk miliknya jika dimanfaatkan dengan benar dan sesuai formula pada sekam terbukti dapat menguraikan amonia dan material organik lainnya, sehingga lingkungan kandang menjadi lebih bersih dan sehat.

Salah satu pengelola closed house yang sudah merasakannya, Asep Safruddin, Manager Farm PT QL Subang, mengungkapkan bahwa elemen penting yang menjadi hal penting sering dilupakan, contohnya kesehatan kandang secara mikro, yaitu olah sekam untuk menekan gas amonia dan asam sulfida.

Pengalaman Asep, daur ulang sekam dengan aplikasi probiotik pada kandang closed house, mampu dilakukan selama 13 kali periode pemeliharaan ayam. “Hal ini jelas membuat ongkos pengeluaran produksi semakin irit, serta yang lebih utama adalah ayam masih tetap produktif dan sehat,” ucapnya. (Iyo)

Meninjau Kinerja Kipas dan Listrik di Kandang Closed House

Pembuatan kandang closed house. (Sumber: Istimewa)

“Betul, Pak. Gunakan kipas pabrik, jangan kipas rakitan seperti saya,” ujar Dina (bukan nama sebenarnya), seorang peternak dalam Focus Group Discussion lewat aplikasi Telegram yang diadakan oleh Asosiasi Peternak Ayam Indonesia (APAI).

Dina telah memulai usaha ayam broiler di Gorontalo. Awalnya, budidaya dilakukan dengan menggunakan kandang konvensional. Seiring dengan maraknya penggunaan closed house di kalangan peternak Indonesia, ia pun memberanikan diri untuk mengubah kandangnya, dari konvensional ke closed house. Sayang, usahanya di awal harus melewati ujian berat.

“Kendala saya di awal sudah banyak kematian ayamnya. Dari 15 ribu ekor yang dimasukkan, 12 ribu ekor mati dan yang terpanen hanya 3 ribu ekor. Pada panen kedua, ayam dipanen pada usia 26-30 hari. Masih ada hasil meskipun sedikit,” keluhnya.

Dari pengakuannya, Dina menggunakan kipas rakitan untuk menyuplai udara dalam kandang broiler dua lantainya yang berukuran 106 m x 8 m. Dengan daya listrik 16.500 watt, PLN mengaliri listrik ke kandang dengan kabel sepanjang 1.000 m. Karena jauh dari gardu listrik, kabel disangga menggunakan 25 tiang. “Dapat voltase 385. Namun, saat digunakan, voltasenya turun, listrik sering mati, sehingga blower tidak maksimal. Jadi merugi,” terangnya.

Namun, ada satu hal yang terus menggelayut dalam pikiran Dina. Dengan kemitraan yang berbeda, kandang closed house milik temannya lebih berhasil. Dari 5.300 ekor ayam, temannya mendapatkan bobot 10 ton atau rata-rata 1,8 kg per ekor. “Padahal menggunakan blower rakitan yang sama dan kecepatan anginnya tidak sampai dua,” bebernya.

Mengecek Kinerja Kipas
“Bila listrik di sekitar lokasi sering padam dan tidak ada pemberitahuan, hati-hati. Segera atasi dengan menyalakan genset yang sangat prima dan selalu siap untuk dihidupkan,” ujar Marsis, peternak ayam broiler dari Kediri.

Menurut Marsis, padamnya listrik akan berpengaruh pada alat kipas dan dinamo. Temptron pun bisa terbakar. Akibatnya, aktivitas buka-tutup tirai harus sering dilakukan dan menyebabkan stres pada ayam. Stres mengakibatkan turunnya ketahanan fisik ayam sehingga memudahkan peluang masuknya virus penyakit. Dampaknya, tingkat kematian tinggi, makan banyak tetapi bobot ayam tidak bisa naik, FCR tinggi, IP rendah dan pada akhirnya peternak merugi.

Cara mengetahui kecepatan kipas. (Sumber: Agus Yohani. S)

Sementara, Agus Yohani Slamet, mengatakan bahwa secara prinsip penggunaan kipas rakitan ataupun pabrikan bisa dilakukan. “Hal yang harus diperhatikan adalah daya kerja kipas tersebut. Berapa kemampuan daya hisapnya. Kalau kipas produksi pabrikan yang sudah SNI bisa diketahui daya hisapnya,” ujarnya.

Pemilik Tembalang Poultry Equipment itu menambahkan, bahwa prinsip utama dalam kandang closed house adalah aliran udara (mekanika fluida), di mana kipas atau blower menjadi alat utama untuk menghisap udara.

Kapasitas atau daya kerja kipas atau blower sangat penting untuk diukur karena terkait dengan jumlah kipas yang diperlukan dalam satu kandang. Meskipun pabrikan telah mengeluarkan standar daya kerja kipas atau blower, pengalaman di lapangan tidak selalu sama.

Cara menghitung kapasitas kipas atau blower tidak rumit. “Cukup menggunakan anemometer,” ungkapnya. Pengukuran dilakukan dengan cara menempelkan anemometer pada kipas. Selanjutnya, lakukan pengukuran yang sama pada sembilan titik sebar. Kemudian hitung kecepatan angin rata-ratanya. (Cara penghitungan bisa dilihat pada Gambar1. Contoh Penghitungan Kapasitas Kipas)

Gambar 1. Contoh penghitungan kapasitas kipas. (Sumber: Agus Yohani. S)

Dengan cara tersebut, pengguna bisa mengetahui daya kerja kipas atau blower yang digunakan dalam 0 pascal atau tanpa hambatan. Namun, dalam kandang pasti ada hambatan yang memerlukan perhitungan lanjutan. Sebagai gambaran, besarnya kapasitas kipas pada tekanan tertentu bisa dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Besarnya kapasitas kipas pada tekanan tertentu. (Sumber: Agus Yohani. S)

Dengan mengetahui daya kerja kipas atau blower, peternak bisa menentukan jumlah kipas atau blower yang akan digunakan. Selain itu, peternak juga bisa menghitung jumlah colling pad atau celldeck yang dibutuhkan.

Sumber Listrik Adalah Kunci
Dalam peternakan yang menggunakan kandang closed house, listrik adalah faktor vital yang menunjang keberhasilan budidaya. Kondisi listrik yang sering mati tentu tidak kondusif untuk menjalankan sistem closed house.

Untuk kasus yang menimpa kandang closed house milik Dina di Gorontalo, Agus menyarankan empat langkah yang perlu diperhatikan.

Pertama, tetapkan populasi sebanyak 12.500 ekor ayam dengan bobot masing-masing 2 kg atau 25 ton. Di awal, jangan terburu-buru menaikkan tonase. Jika ingin panen degan bobot 1,5-1,6 kg per ekor, populasi ditingkatkan hingga 16.000 ekor, dengan tetap mempertahankan tonase 25 ton.

Kedua, pasang kipas 3-phase berukuran 52” sebanyak lima buah. Primerisasi jaringan 3-phase ke kandang harus dilakukan dengan meminta ke regional PLN. Trafo dan meteran sebisa mungkin berada di kawasan kandang.

Ketiga, gunakan kontroler klimatron. Alat ini akan membantu pengaturan hidup-matinya kipas, sesuai dengan bobot harian ayam di kandang.

Keempat, jika ketiga langkah tersebut telah terpenuhi, fokus selanjutnya pada manajemen ayam. “Kunci paling penting ada di primerisasi PLN. Bisa dikatakan, PLN lah yang bisa menentukan sukses atau tidaknya closed house yang digunakan,” pungkasnya. (Rochim)

Aplikasi Kandang CH, Dua Poin Krusial yang Bisa Bikin Gagal

Perhatikan poin-poin penting dalam pengaplikasian kandang sistem tertutup,
agar hasil panen lebih optimal.
Selama ini banyak argumentasi yang memaparkan tingkat keberhasilan aplikasi sistem budidaya pemeliharaan ayam dengan kandang sistem tertutup alias closed house (CH). Sangat sedikit bahkan nyaris tiada yang dengan tegas menguraikan angka kegagalannya.

Demikian pendapat Ir Dhanang Purwantoro, praktisi CH yang ditemui secara khusus di kantornya daerah Jaranan Bantul Yogyakarta. Hal ini terkait dengan realitas lapangan bahwa menurutnya, teknologi secanggih apapun jika berbagai unsur yang melingkupi operasional kurang berjalan dengan baik, maka sudah dapat dipastikan optimalisasi hasil tak akan tercapai.

Lebih dari 10 tahun menggeluti teknologi kandang modern itu, Dhanang banyak mendapatkan poin penting. Setidaknya, kata dia, bahwa teknologi se-modern apapun, jika titik-titik krusial kurang diperhatikan, maka akan tidak membuahkan hasil yang seperti seharusnya.

Dhanang, mengerti dan sangat memahami jika ada banyak praktisi yang mengaku paham dan ahli, namun pada kenyataannya lalai dan menganggap 'sesuatu' yang krusial justru diabaikan. Selama ini debat tentang variabel yang berpengaruh terhadap kesuksesan aplikasi kandang CH sangatlah banyak dan bahkan dipandang sebagai kompleks di negeri beriklim tropis ini.

Variabel ketinggian tempat kandang berada sebagai yang paling utama. Selain itu model dan tipe kandang CH dianggap lebih penting. Bahkan tidak sedikit yang mengasumsikan bahwa jumlah dan titik lokasi/tempat alat pengatur kipas udara. Juga pendapat terakhir tentang arti penting dari jadwal bibit masuk dan pilihan musim.

Selanjutnya Dhanang, yang kini masih menekuni teknologi CH itu dan juga masih aktif menggarap distribusi karkas ayam potong, menjelaskan hasil pengalamannya. Menurutnya, bahwa aneka variabel yang dipaparkan oleh para praktisi itu tidaklah salah. Namun kurang fokus terhadap pesoalan utama yang berpengaruh dalam optimalisasi, atau hasil akhir. "Hanya dua poin penting!," tegas Dhanang. *** (iyo)


Selengkapnya baca Majalah Infovet Edisi 284 Maret 2018.

Closed House, Kandang yang Sarat Akan Manfaat

Penggunaan kandang sistem closed house memiliki keunggulan yang lebih ketimbang sistem open house.
Dalam usaha budidaya ternak khususnya unggas, pastinya hal yang sangat penting dan paling utama adalah kandang. Di mana kandang merupakan tempat tinggal ternak mulai dari umur sehari sampai ternak siap panen. Tentunya peternak harus membutuhkan kandang yang benar-benar sesuai dengan kondisi cuaca di Indonesia yang beriklim tropis.

Dari berbagai jenis kandang yang umum digunakan peternak, ada beberapa kandang yang memiliki keunggulan lebih baik. Salah satunya kandang Closed House. Closed house merupakan kandang dengan sistem tertutup yang dapat diatur (suhu, kelembaban, sirkulasi udara dan kadar zat aktif) sedemikian rupa agar membuat kondisi dalam kandang bisa sesuai dengan yang diharapkan peternak. Karena itu, closed house menjadi rumah idaman ayam yang sarat manfaat.

AGP free, Closed House Bisa Jadi Pilihan
Menurut Didit Prigastono dari Japfa Comfeed Indonesia, kandang closed house memiliki banyak benefit (baik tunnel maupun evaporating system) bila dibandingkan dengan kandang sistem open house (terbuka).

“Suhu dalam closed house bisa lebih terkendali, sehingga ayam bisa dibuat lebih nyaman dan pertumbuhan bisa lebih optimal. Di samping itu, ketersediaan fresh air lebih konstan dan density-nya juga lebih tinggi, itu yang membuat kandang closed house lebih efisien,” ujar Didit saat dikonfirmasi dengan awak Infovet.

Dengan keuntungan yang tinggi, membuat closed house menjadi kandang nomor wahid, apalagi mengingat di tahun ini merupakan era bebas AGP (Antibiotic Growth Promoter), di mana peternak dituntut untuk menghasilkan produk unggas yang sehat tanpa menggunakan antibiotik dalam pakan.

“Kandang closed house bisa jadi pilihan karena lebih akomodatif. Tingkat stress dalam kandang tertutup lebih rendah ketimbang kandang terbuka, di mana tingkat stress ini sangat berpengaruh tidak hanya pada awal develop intetine tapi juga integritasnya,”

Ia menambahkan, “Di luar negeri, seperti di Thailand setahu Saya peternak broiler komersial baik kemitraan maupun mandiri sudah hampir 100% closed house. Itu berbalik dengan di Indonesia. Mengingat di era AGP free saat ini mestinya peternak bergerak ke arah closed house,” tambahnya.

Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Teddy Chandra, General Manager PT Unigro Artha Persada. Menurutnya penggunaan kandang closed house menjadi salah satu faktor yang mampu menurunkan pemakaian AGP. “Karena kondisi ayam lebih baik dan nyaman. Feed intake, air dan oksigennya terpenuhi dengan baik. Sehingga akan meningkatkan imun/antibodi dari ayamnya sendiri.

Kendati closed house merupakan kandang yang lebih baik dari open house, peternak juga harus memperhatikan sisi lain dalam usaha budidaya ternaknya. “Dengan kandang closed house memang kondisi lingkungan kandang menjadi lebih baik yang mendukung ayam tidak mudah teserang penyakit (asalkan ventilasi yang dibuat dan dijalankan baik dan kelembaban tidak tinggi), peternak juga harus memperhatikan kualitas DOC, pakan, air, program vaksinasi, masa brooding dan manajemen budidaya,” ungkapnya. *** (RBS)

Selengkapnya baca Majalah Infovet edisi 284 Maret 2018.

Optimalisasi Kandang Closed House Untuk Broiler Modern

Teknologi kandang closed house untuk ayam broiler modern.
Ibarat persaingan kompetisi sepakbola modern yang sangat ketat di era modern ini, bisnis perunggasan juga mengalami situasi yang sangat ketat dan membutuhkan strategi jitu untuk memenanginya. kunci suksesnya terletak pada peningkatan efisiensi produksi dan ini bisa tercapai jika performa ayam broiler yang dipelihara sesuai dengan potensi genetiknya, sehingga otomatis biaya produksinya akan lebih efisien. Salah satu critical points keberhasilan peternak ditentukan oleh jenis kandang.

Kandang ayam modern closed house dipakai di peternakan broiler (ayam pedaging) untuk memberikan iklim yang sesuai untuk ayam, menambah density dan mendapatkan performance yang baik. Ada beberapa keunggulan dari sistem kandang cloused house, diantaranya sebagai berikut: 
1. Minimalisir dampak perubahan karena suhu lingkungan dengan cara:
    • Kondisi panas ada sarana plafon dan cooling system (masa growing).
    • Kondisi dingin ada sarana pemanas (masa brooding).
2. Optimalisasi produktivitas dengan cara meningkatkan density ayam 1:15-18 (pada kandang terbuka 1:8-10 ). Potensi kandang closed house per meter persegi dapat menghasilkan 30-40 kg dengan berat rata-rata per ekor ayam 1,8-2 kg. tentunya dengan strategi penjarangan ayam disesuaikan dengan potensi kipas dan potensi ruang kandang.
3. Temperatur yang dirasakan ayam atau temperatur efektif pada kandang closed house mudah diatur sesuai dengan kebutuhan hidup ayam. Hal ini dengan pengaturan ventilasi dengan didasarkan atas suhu dan kelembaban di kandang dengan aktual pencapaian berat badan ayam tersebut.
4. Sistem biosecurity lebih mudah diterapkan karena adanya pembatas zona kotor dan bersih dengan pagar tertutup, serta tingkat tantangan penyakit lebih rendah dibanding kandang terbuka.
5. Potensi Average Daily Gain (ADG) atau pertambahan berat badan harian ayam lebih baik dan juga lebih seragam, hal ini dikarenakan kondisi ayam yang lebih nyaman karena kebutuhan dasarnya terpenuhi dengan manajemen kandang closed house yang baik.
6. Lighting program lebih baik dan seragam dengan intensitas cahaya sesuai dengan kebutuhan ayam pada tingkat umurnya masing-masing.
7. Potensi pencapaian performance yang lebih baik, sehingga cost ayam per kg lebih efisien.
8. Pencucian kandang lebih mudah, sehingga bibit penyakit lebih sedikit.

Melihat potensi kandang closed house, penulis ingin berbagi langkah praktis menjalankan operasional closed house sebagai berikut: ***

Oleh: Drh Sumarno
(Senior Manager Poultry Health,
PT Sierad Produce, Tbk)

Selengkapnya baca Majalah Infovet edisi 284 Maret 2018...

Closed House: Rumah Idaman Ayam Zaman Now

Penggunaan kandang closed house efektif dalam mengefisienkan produksi ternak ayam.

((Seiring berjalannya waktu, konsumsi daging dan telur ayam per kapita masyarakat Indonesia semakin meningkat. Berbagai hal pula dilakukan oleh stakeholder di dunia perunggasan Indonesia untuk terus memacu dan mengefisienkan produksinya, salah satunya dengan membangun kandang closed house berkapasitas besar.))

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, konsumsi daging ayam ras pada 2016 lebih tinggi daripada 2015, dari 4,797 kg per kapita per tahun menjadi 5,110 kg per kapita per tahun. Hal yang sama terjadi pada konsumsi telur ayam ras di mana pada 2015 konsumsinya 97,398 butir per kapita per tahun menjadi 99,796 butir per kapita per tahun.

Kenaikan konsumsi masyarakat tentunya harus pula dibarengi oleh peningkatan produksi, bila keadaan tidak berimbang maka akan terjadi kelangkaan. Disaat yang bersamaan, keterbatasan lahan juga menjadi kendala dalam tumbuhnya bisnis perunggasan di Indonesia. Oleh karenanya upaya yang dilakukan integrator maupun peternak dalam meningkatkan kapasitas produksi dan meningkatkan efisiensi mereka yakni dengan melakukan instalasi kadang closed house. Namun sistem ini juga punya kekurangan dan kelebihan.

Efisien, Nyaman, Berperike-hewanan
Nyatanya perkembangan teknologi dibidang pemuliaan unggas sangat berimbas pada performa unggas. Misalnya saja sepuluh atau dua puluh tahun yang lalu ayam broiler baru bias dipanen pada usia 40-45 hari dengan bobot satu kilogram lebih sedikit, namun kini peternak sudah bisa memanen broiler zaman now (zaman sekarang) pada usia 35-an hari dengan bobot 2 kg bahkan ada yang lebih.

Peningkatan performa seperti ini tentunya memiliki kompensasi yang harus dibayar, salah satunya pada aspek kesehatan ternak. Hal tersebut disampaikan oleh Tony Unandar, konsultan kesehatan unggas yang juga anggota Dewan Pakar ASOHI (Asosiasi Obat Hewan Indonesia). Kepada Infovet Tony mengungkapkan, bahwa ayam di zaman sekarang sangat rentan terhadap penyakit.

“Karena gen pertumbuhannya dipercepat, gen-gen lainnya kan pasti di-suppress, sehingga ayam jadi mudah stress (tertekan) terutama oleh keadaan lingkungan. Nah, ketika ayam berada dalam keadaan stress oleh cekaman lingkungan, sistem imunnya otomatis menurun karena hormon glukokortikoid banyak disekresikan, sehingga mempengaruhi kinerja timus dan menghambat produksi sitokin dan interleukin yang merangsang dan mengkoordinasikan aktivitas sel darah putih,” tutur Tony.

Ia menambahkan, hal tersebut juga dapat diperparah oleh kondisi nutrisi yang kurang bergizi dan keadaan di kandang yang kurang baik. Bila tingkat amonia di kandang tinggi dan selaput mukosa teriritasi olehnya, maka infeksi bakteri yang seharusnya bersifat komensal dapat dimungkinkan, apalagi yang patogen, di sinilah penyakit pernafasan bermula. Melalui penjabaran tadi, Tony menegaskan, bahwa karakteristik ayam zaman now sebenarnya tidak cocok dengan sistem pemeliharaan zaman old (zaman dulu) yang masih banyak diterapkan peternak Indonesia.

“Ayam zaman now, idealnya akan nyaman apabila perbedaan antara suhu tertinggi (siang hari) dikurangi suhu terendah (malam hari), jumlahnya lebih dari atau sama dengan 8oC. Syarat tersebut mutlak harus terpenuhi agar ayam nyaman,” kata Tony. *** (CR)

Selengkapnya baca Majalah Infovet edisi 284 Maret 2018.

PT Charoen Pokphand Indonesia Hibahkan Kandang Closed House untuk Unsoed


Purwokerto – INFOVET. Lembaga Karya Pokphand  sebagai lembaga yang menangani seluruh kegiatan sosial dari PT Charoen Pokphan Indonesia, Tbk menghibahkan kandang closed house untuk Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto (Unsoed). Seremonial penyerahan berlangsung pada Kamis (14/12/2017) di Aula Seminar Fakultas Peternakan Unsoed, Karangwangkal, Purwokerto.   

Penandatanganan hibah oleh Rektor Unsoed Dr Ahmad Iqbal dan Presiden Direktur PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk, Dr (HC) Thomas Effendy SE, MBA dengan disaksikan Ketua Dewan Riset Nasional, Dr Ir Bambang Setiadi MS.

Acara dilanjutkan dengan kuliah umum dari Presiden Direktur PT Charoen Pokphand Indonesia yang mengusung tema “Prospek Perunggasan ke Depan”.

Dekan Fakultas Peternakan Unsoed, Profesor Ismoyowati kepada awak media mengemukakan, keberadaan kandang closed house itu dapat dimanfaatkan untuk kegiatan riset mahasiswa dan dosen.

Penandatanganan hibah closed house
PT Charoen Pokphand Indonesia sebagai pelopor industri perunggasan di Indonesia yang telah lama mempergunakan teknologi closed house, membuktikan kepedulian yang besar terhadap pendidikan di Tanah Air.

Merujuk pada penandatanganan MoU yang telah dilakukan antara Lembaga Karya Pokphand bersama dengan empat universitas pada 15 Mei 2016 lalu, selain Unsoed, PT Charoen Pokphand Indonesia membangun kandang closed house untuk Universitas Airlangga Surabaya, Universitas Diponegoro Semarang, dan Universitas Hasanuddin Makassar. (nu)

Sumber foto: kafapet group


ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer