Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Ayam Kampung | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

SUMBER UNGGAS INDONESIA PEDULI KORBAN BANJIR SUMATERA UTARA

Penyerahan bantuan kepada pengungsi

PT Sumber Unggas Indonesia (SUI) bersama Ikatan Alumni Fakultas Peternakan Universitas Andalas (Unand) Sumatera Utara memberikan bantuan kepada warga korban banjir di Medan dan Sei Rampah.

Pendistribusian bantuan ini merupakan rangkaian program aksi sosial PT SUI sejak pekan lalu. PT SUI yang bermarkas di Desa Cogreg Kabupaten Bogor telah memberikan bantuan  berupa ayam kampung siap masak sebanyak 210 bungkus dan 300 butir telur ayam kampung kepada warga pengungsi korban banjir di Dusun 1 dan 3, Kampung Mandailing, Sei Rampah.

Bantuan kepada warga korban banjir di Tanjung Selamat, Medan Tuntungan diserahkan pada Jumat (18/12). Bantuan tersebut berupa ayam kampung siap masak sebanyak 90 bungkus. “Alhamdulillah antusias warga bergembira, mereka senang dengan pemberian ini karena kita hadir di waktu mereka membutuhkan,” ucap Ketua IKA Fakultas Peternakan Unand Sumut Aulia Idris Tanjung.

Manager Marketing PT SUI Febroni Purba mengatakan bantuan ini merupakan bentuk kepedulian sosial perusahaan bagi masyarakat yang menjadi korban bencana. “Kami berharap bantuan ini dapat meringankan beban masyarakat korban banjir,” pungkasnya. (CR)


MENTERI KOPERASI & UKM RESMIKAN FASILITAS PRODUKSI OLAHAN AYAM KAMPUNG

 

Teten Masduki meresmikan fasilitas produksi milik PT SUI


Senin 31 Agustus 2020 menjadi hari bersejarah bagi PT Sumber Unggas Indonesia. Pasalnya fasilitas produksi ayam olahan teranyar mereka yang berlokasi di Parung diresmikan oleh Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki.

Direktur Utama PT Sumber Unggas Indonesia Naryanto dalam sambutannya mengatakan seyogianya Indonesia berbangga pasalnya Indonesia dianugerahi keanegaraman hayati yang melimpah oleh Tuhan. Oleh karenanya PT SUI sebagai perusahaan yang concern dan bergerak di bidang ayam asli Indonesia berupaya ikut melestarikan, membangun, dan mengintroduksi ayam asli Indonesia kepada masyarakat.

“SUI bergerak di hulu dan hilir, yang teranyar adalah fasilitas produksi ini yang menghasilkan produk ayam olahan siap masak. Ayam kampung nyatanya memiliki prospek yang meyakinkan dan diminati kalangan menengah ke atas. Kami juga berusaha menghasilkan produk ayam olahan yang diproses sesuai standar higien dan sanitasi tidak lupa juga aspek legalitas berupa NKV, sertifikat halal MUI, dan ISO,” tutur Naryanto.

SUI juga sedang gencar membuka program reseller, dimana hingga kini 150 reseller produk ayam olahan dengan merk NatChick telah tersebar di seluruh Indonesia. Hingga akhir tahun 2021 Naryanto memasang target untuk menggaet sekitar 1500 reseller di seluruh Indonesia. 

Sementara itu Menteri Koperasi & UKM Teten Masduki mengatakan bahwa pemerintah akan mendukung sepenuhnya pengembangan UMKM. Terutama dalam hal akses permodalan melalui perbankan dengan fasilitas pinjaman dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB). 

"Kami juga menyarankan Pak Naryanto untuk ikut tender dan lelang untuk belanja keperluan BUMN dan lembaga Negara, karena ini kita di masa pandemi memprioritaskan belanja pemerintah kepada UKM. Dana yang digelontorkan untuk program ini kurang lebih 374 M dan 70%-nya dialokasikan untuk UMKM," tutur Teten.

Teten berujar bahwa memang dalam hal peternakan merupakan ranah dari kementerian teknis yakni menteri pertanian, namun apabila masih ada kaitannya dengan UMKM, maka juga merupakan domain dari Kemenkop & UMKM untuk membantu.

Selain meninjau fasilitas produksi, Teten juga menyempatkan diri membuat vlog di kandang pembiakan milik PT SUI dan mempromosikan produk PT SUI utamanya produk ayam olahan NatChick sebagai produk unggulan UMKM di bidang peternakan, khususnya unggas. (CR)

APLIKASI NatChick : CARA MUDAH DAPATKAN PRODUK AYAM KAMPUNG BERKUALITAS

Suasana saat peluncuran aplikasi NatChick di Sentul

Berkembangnya teknologi nyatanya semakin mempermudah hidup manusia dalam segala aspek kehidpan. Misalnya saja untuk berbelanja, kini masyarakat dapat berbelanja melalui gawai alias online shopping. 

Peluang ini juga dimanfaatkan oleh NatChick yang ada dalam naungan PT Ayam Kampung Primadona. Dalam rangka mendekatkan diri dengan konsumen, PT Ayam Kampung Primadona mengembangkan aplikasi NatChick.

Aplikasi ini dapat diakses oleh siapa saja dan dimana saja. Apalikasi NatChick diluncurkan bersamaan dengan produk baru ayam Woku khas Manado di Restoran NatChick, Sentul, Bogor. (18/7). Dalam aplikasi tersebut masyarakat dapat membeli berbagai produk berbahan dasar ayam kampung seperti karkas ayam kampung dalam berbagai ukuran dan beragam jenis olahan ayam kampung. 

Manager Marketing PT Ayam Kampung Primadona Febroni Purba mengatakan aplikasi NatChick dihadirkan untuk memfasilitasi jaringan outlet NatChick yang tersebar di Jabodetabek, Bali, Jambi dan Medan.

“Tujuannya adalah supaya masyarakat dapat dengan mudah melakukan pesanan produk NatChick melalui aplikasi di ponsel pintarnya,” katanya.

Nantinya aplikasi NatChick tersebut dapat diunduh oleh siapa saja dan kapan saja dengan nama “ayamkampung.co” atau pengguna dapat mengaksesnya melalui situs www.ayamkampung.co dengan membuat akun terlebih dahulu. Sesudah membuat akun, maka pengguna bisa melakukan pemesanan sesuai dengan pilihan dan jumlah barang yang diinginkan. Setelah itu akan diproses dari outlet terdekat atau yang sudah menjadi outlet resmi. 

Karkas ayam kampung yang disediakan oleh NatChick adalah produk ayam kampung asli yang telah disembelih, masih utuh, dan sudah dibersihkan dari bulu dan berbagai macam kotoran, sehingga konsumen dengan mudah mengolahnya sesuai dengan selera.

Sedangkan olahan ayam kampung yang dimaksud adalah ayam kampung bumbu lengkuas, ayam kampung betutu, ayam kampung rebus, dan ayam kampung woku. Kisaran harga karkas ayam kampung yang dijual bervariasi antara Rp 42.000-Rp. 50.000 per ekor sedangkan harga ayam kampung olahan di outlet adalah Rp 42.000 per produk. 

“Kehadiran aplikasi ini diharapkan dapat memberikan pelayanan bagi jaringan outlet dan pelanggan setia produk NatChick. Di samping itu, kami terus melakukan inovasi tiada henti agar ayam kampung bisa sejajar dengan produk pangan asal ternak lainnya. NatChick kami persembahkan untuk kejayaan bangsa,” tutup Febroni. 

Apresiasi Dari Dirkesmavet

Dirkesmavet Syamsul Maarif kala mengunjungi NatChick resto
Jauh sebelum acara launching aplikasi NatChick, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Syamsul Maarif telah lebih dulu plesiran ke  resto NatChick, Sentul, Sabtu (20/6) yang lalu.

Dalam kunjungannya Syamsul mengapresiasi resto NatChick yang telah mengikuti standar keamanan pangan melalui sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV) sehingga produk yang tersedia di sana terjamin mutunya. Sertifikat NKV ini merupakan suatu bukti tertulis yang sah bahwa telah dipenuhinya persyaratan higiene dan sanitasi sebagai jaminan keamanan produk pangan asal hewan.

"Kalau resto ayam kampung saja bisa, mengapa resto lainnya tidak?, jangan mau kalah dong. Ini merupakan salah satu contoh yang baik," tukas Syamsul.

Syamsul juga mengakui bahwa kini dirinya beserta Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner, Ditjen PKH tengah menyosialisasikan NKV kepada unit - unit usaha yang berhubungan dengan produk pangan asal hewan.

Sertifikasi NKV yang kini sudah diatur dalam Permentan No. 11 Tahun 2020 mewajibkan tiap unit usaha yang menghasilkan, menjual, mengolah, dan berkaitan dengan produk asal hewan agar bersertifikat NKV. Hal ini menurut Syamsul sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk melindungi konsumen dari penyakit zoonotik. (CR)

MEMBANGKITKAN UNGGAS LOKAL INDONESIA

Ternak ayam lokal Indonesia (Foto: Ist)

Di tengah pandemi COVID-19, sangat penting adanya pemenuhan protein hewani sebagai asupan gizi bagi tubuh agar terbangun sistem imun yang kuat dalam menangkal penyakit. Pemenuhan protein hewani tersebut bisa dipenuhi melalui unggas lokal Indonesia yang diharapkan bisa bangkit dan menjadi industri perunggasan yang lebih luas.

Hal tersebut mengemuka dalam seminar online Indonesia Livestock Club edisi kedua yang diselenggarakan oleh Indonesia Livestock Alliance (ILA) bekerja sama dengan Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI) dan Gabungan Pembibitan Ayam Lokal Indonesia (Gapali), Sabtu (27/6/2020).

Hadir sebagai pembicara, Ketua Gapali, Bambang Krista, yang memaparkan mengenai “Tantangan Pembibitan Ayam Lokal dan Alternatif Solusinya” mengatakan bahwa untuk menyentuh industrialisasi unggas lokal dibutuhkan roadmap, diantaranya strategi dalam pengendalian penyakit pada unggas lokal, menciptakan satu iklim usaha sehingga breeder daerah bisa berkembang dan peternak mudah mendapatkan bibit berkualitas dengan harga kompetitif.

“Bisnis ayam lokal/kampung boleh, tapi jangan kampungan. Ini saatnya ayam lokal menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” kata Bambang. Belakangan ini kebutuhan pasar nasional ayam lokal/kampung terus meningkat.

Ia pun berharap, pemerintah tetap mengoptimalkan fungsinya sebagai instansi terkait untuk menghasilkan galur ayam lokal yang berkualitas. “Sementara peran swasta melalukan pengembangan dan memperbanyak galur yang dihasilkan itu,” ucapnya.

Galur ayam lokal Indonesia pun telah banyak dikembangkan oleh pemerintah. Hal itu disampaikan oleh Peneliti Senior Balai Penelitian Ternak (Balitnak), Prof Sofjan Iskandar, yang membahas materi mengenai “Otentifikasi dan Sertifikasi Unggas Lokal Indonesia”.

“Di Balitnak kita banyak menciptakan galur murni. Penetapan galur ini untuk otentifikasi unggas lokal di masing-masing daerah. Hal ini juga diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 117/2014 tentang Penetapan dan Pelepasan Rumpun atau Galur Hewan,” ujarnya.

Hal ini dilakukan untuk memberikan pengakuan pemerintah terhadap rumpun atau galur hewan yang ada di suatu wilayah sumber bibit dan penghargaan negara terhadap galur baru hasil pemuliaan yang dapat disebarluaskan kepada masyarakat. Agar terdapat perlindungan hukum dan menjamin kelestarian serta pemanfaatan unggas lokal bisa dilakukan secara berkelanjutan.

Prof Sofjan pun memberikan beberapa contoh unggas lokal yang sudah ditetapkan rumpun atau galurnya, diantaranya ayam Sentul, ayam Pelung, itik Alabimaster maupun ayam KUB dan lain sebagainya. Kesemua galur tersebut memiliki ciri khas dan kemampuan produksi baik telur maupun daging yang sangat baik.

Seminar yang dihadiri sekitar 270 orang peserta dari berbagai profesi ini juga menghadirkan Ahli Genetika Unggas Fakultas Peternakan Unpad, Dr agr Ir Asep Anang, yang memberikan pembahasan mengenai “Teknik Merekayasa Ayam Pribumi (Lokal) Unggul (Pendekatan Industri). (RBS)

KATA SIAPA AYAM KAMPUNG KEBAL FLU BURUNG?

Ayam kampung masih sangat diminati masyarakat. (Sumber: Istimewa)

Ayam kampung, atau biasa disebut ayam Buras (bukan ras) dan kini populer dengan ayam lokal, memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Ayam kampung juga identik dengan sistem pemeliharaan non-intensif. Dikala wabah AI (Avian influenza) atau Flu burung melanda, bagaimana seharusnya memelihara ayam kampung? Benarkah mereka kebal terhadap serangan AI?

Indonesia merupakan negara dengan tingkat biodiversitas tinggi, termasuk di sektor ayam asli (native chicken). Nataamijaya (2000) mencatat, terdapat 32 galur ayam lokal asli yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi ayam pedaging, petelur, petarung dan ayam hias.

Bukan hanya itu, bahkan kini ayam lokal telah menjadi perhatian pemerintah melalui Kementerian Pertanian. Melalui program Bekerja (Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera), pemerintah membagi-bagikan ayam lokal kepada masyarakat untuk meningkatkan taraf hidupnya.

Dibalik segala pesonanya, ada satu hal yang menjadi sorotan, yakni mengenai kekebalan alami terhadap virus AI yang dimiliki oleh ayam lokal Indonesia, penulis mencoba menggali informasi tersebut untuk membuka cakrawala bagi masyarakat perunggasan.

Tahan AI, Mitos atau Fakta?
Sudah menjadi hal yang umum bahwa masyarakat Indonesia khusunya di pedesaan banyak memelihara ayam kampung. Pemeliharaan biasanya dilakukan dengan sistem non-intensif (diumbar tanpa diberi makan), maupun semi intensif (dikandangkan seadanya, diumbar dan diberi makan). Selain minim perawatan, alasan yang biasanya terlontar dari masyarakat adalah ayam tersebut tahan penyakit.

Berdasarkan pengalaman dari beberapa orang tetangga, serta rekan-rekan peternak ayam kampung, memang perawatan terutama program medis yang diberikan kepada ayam kampung bisa dibilang minim. Beda halnya dengan program kesehatan ayam broiler dan layer berupa vaksin, suplementasi dan lain sebagainya, ayam kampung justru kebalikannya. Mereka cukup diumbar, diberi makan yang cukup dan dipanen telur, maupun dagingnya.

Meskipun produktivitasnya rendah, ayam lokal Indonesia memiliki keunggulan tersendiri. Maeda et al. (2006), menyatakan bahwa 63% ayam lokal Indonesia tahan terhadap virus Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) karena memiliki frekuensi gen antivirus Mx+ yang lebih tinggi. Secara genetik, ketahanan terhadap virus, termasuk virus ND (Newcastle disease) salah satunya dikontrol oleh gen Mx.

Berdasarkan data dari Gen Bank dengan nomor akses DQ788615, berada di kromosom 1 dan bekerja mentranskripsi protein Mx yang berfungsi sebagai promotor ketahanan terhadap infeksi virus. Gen Mx dilaporkan dapat digunakan sebagai penciri genetik untuk sifat ketahanan tubuh ayam terhadap infeksi virus, seperti virus AI dan ND.

Hasil penelitian Maeda tersebut menjadi rujukan bahwa sebagian besar (63%) ayam lokal Indonesia tahan terhadap AI, lalu bagaimanakah dengan 37% lainnya? Itulah yang harus dilindungi, selain berbicara mengenai pengembangan bisnis, bicara ayam lokal juga meliputi aspek populasi yang berujung pada pelestarian plasma nutfah. Tentunya, Indonesia tidak ingin plasma nutfahnya musnah karena wabah penyakit yang seharusnya bisa dicegah.

Vaksinasi atau Tidak?
Ada perbedaan pendapat diantara kalangan pelaku bisnis dan dokter hewan praktisi perunggasan mengenai hal tersebut. Beberapa peternak pembibit ayam lokal melakukan program kesehatan, terutama vaksinasi dalam pengendalian AI, namun ada juga yang tidak melakukannya.

Jika melihat ke belakang pada 2009 lalu, saat itu dilakukan penelitian oleh CIVAS (Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies) mengenai efektivitas vaksin AI terhadap ayam kampung di Kabupaten Sukabumi. Penelitian dilakukan dengan memberikan sebanyak 58.900 dosis vaksin A1 H5N1 produk lokal, dengan setiap ayam mendapat satu dosis. Penelitian dilakukan di peternakan ayam kampung di Kecamatan Cicurug dengan sampel tak mendapat perlakuan 0,05% dari jumlah populasi (sebagai pembanding). 

Penelitian terhadap ayam kampung pedaging dilakukan pada ayam umur 10 dan 30 hari. Diperoleh hasil geometri mean titer (gmt/tolak ukur kekebalan). Pada ayam umur 10 hari nilainya mencapai 21,4 gmt dan pada ayam umur 30 hari nilainya 22,8 gmt. Dari perhitungan statistik, perbandingan nilai gmt setelah vaksinasi dan sebelum tak menunjukkan perbedaan signifikan. Kesimpulannya, vaksinasi pada ayam kampung tetap berpengaruh terhadap titer antibodi, tetapi berjalan lambat. Penelitian yang dilakukan oleh Janovie et. al. (2014) juga mengungkapkan hasil yang serupa, bahwa vaksin AI tidak efektif dilakukan pada ayam kampung.

Pemberitaan di media massa pun tidak jauh berbeda, seperti baru-baru ini yang diberitakan bahwa ada 11 ekor ayam kampung milik peternak terinfeksi AI, dua diantaranya mati. Di beberapa daerah pun juga begitu, hanya beberapa yang mati dari ratusan atau bahkan ribuan ekor ayam kampung yang terserang AI. Hal tersebut juga merupakan indikasi bahwa ayam kampung relatif tahan terhadap serangan AI. Permasalahannya adalah jika sudah bicara AI, aspek yang diperhatikan bukan hanya kesehatan hewan saja, melainkan aspek sosial, politik dan ekonomi juga pasti ikut terpengaruh.

Bayangkan jika beternak ayam yang lokasinya berdekatan dengan peternakan lain yang pernah terjadi wabah, tentunya risiko penularan semakin besar. Belum lagi harga komoditi unggas yang hampir pasti selalu turun ketika isu AI berhembus. Itulah dampak besar yang ditimbulkan AI. Jangan lupakan pula kebijakan yang diambil akibat AI, tidak akan pernah ada test and slaughter semuanya sudah pasti stamping out

Adapun beberapa peternak yang mendukung program vaksinasi pada ayam kampung dengan pemeliharaan intensif menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

Rekomendasi Program Vaksinasi Ayam Kampung
Umur Ayam (Hari)
Vaksin yang Diberikan
4 atau 7
ND (Lasota)-IB (tetes mata) atau ND (Lasota)-AI killed (Optional)
14
Vaksin Gumboro*
24
Vaksin ND Clone*
30
Vaksin Gumboro (booster)
60
Vaksin ND-Lasota (booster)
Sumber: Sumber Rejeki Farm (2015).
Ket: *) Jarak setelah vaksin Gumboro sebenarnya mengikuti kondisi ayam. Apabila ayam
belum fit jangan dipaksakan vaksin kembali. Umur 24 dipilih jenis vaksin ND Clone (bukan ND LASOTA) karena sifat ND Clone lebih soft. Harapannya vaksin Gumboro sebelumnya berhasil dan ayam tidak terlalu stres.

Ketua Umum Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli), Ade Zulkarnain, menyatakan sikap terkait hal tersebut. Menurutnya, kejadian di tahun-tahun lalu hendaknya dijadikan pelajaran.

“Kebetulan saya mengalami itu sewaktu AI menyerang ayam kampung, saat itu kita habis-habisan. Oleh karena itu, menurut saya penting sekali untuk melakukan vaksinasi,” kata Ade.

Ia menjelaskan, sebaiknya walaupun ada bukti penelitian bahwa ayam kampung kebal flu burung, vaksinasi tetap wajib dilakukan dalam rangka antisipasi.

Hal senada juga diutarakan seorang praktisi yang lama berkecimpung di dunia ayam kampung, Drh Miftahuddin. Menurut dia, lebih baik melakukan vaksinasi dalam rangka pencegahan.

“Kita enggak tahu juga kalau di daerah kita misalnya ada kasus AI sebelumnya, terus seberapa jauh lokasi peternakan lain dari peternakan kita, kualitas udara di situ bagaimana. Kita bisa mengukur kemampuan beternak kita (sudh efisien dan intensif atau belum). Nah, maka saya sarankan tetap dilakukan itu vaksinasi sembari mengikuti biosekuritinya diterapkan,” tutur Miftahuddin.

Perlu Dipahami
Miftahuddin juga melanjutkan bahwa sejatinya vaksinasi merupakan pilihan, mau dilaksanakan atau tidak tergantung penerapan peternaknya. Namun, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan dan dipahami, diantaranya:

• Mempertahankan atau bahkan meningkatkan daya tahan tubuh ayam yang diperlihara dengan memberikan asupan nutrisi yang cukup dan seimbang sesuai dengan kebutuhan.

• Mereduksi faktor-faktor stres lapangan dengan memperhatikan kondisi dalam kandang sesuai dengan kebutuhan ayam, serta melaksanakan tata pemeliharaan ayam yang “lege-artis”, misalnya dengan memberikan ventilasi yang cukup, atau memperhatikan pola pemberian pakan yang baik dan benar, sehingga keseragaman ayam akan lebih baik.

• Mengimplementasikan cukup istirahat kandang (down time), menerapkan sistem pemeliharaan ayam yang “all in-all out” dan pelaksanaan sanitasi dalam kandang, serta lingkungan kandang secara terjadwal.

• Lakukan seleksi dan culling ayam-ayam yang lemah dan/atau terlihat sakit secara ketat untuk mencegah penyakit.

• Melakukan evaluasi hasil setiap program vaksinasi dengan uji serologis secara teratur, sehingga dinamika titer masing-masing flok ayam yang ada dapat dimonitor secara ketat dari waktu ke waktu (membuat baseline titer). ***

Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

PEMBUKAAN PERDANA RESTO DAN DEPO AYAM KAMPUNG NATCHICK

Warga sekitar tengah menikmati santapan ayam kampung secara gratis pada pembukaan perdana resto NatChick, Rabu (11/3). (Foto: Infovet/Ridwan)

Dalam rangka memperkenalkan ayam lokal kepada masyarakat, PT Sumber Unggas Indonesia (SUI) berafiliasi dengan PT Ayam Kampung Primadona (AKP) kian melebarkan sayapnya dengan mendirikan restoran dan depo NatChick di daerah Sentul, Bogor.

Acara soft opening perdana sekaligus promosi diadakan mulai 11-13 Maret 2020 di Sentul dengan makan ayam kampung dan telur ayam kampung secara gratis untuk 100 orang pertama yang hadir.  

Manager Marketing NatChick, Ade Sagia, mengatakan ayam kampung adalah pangan yang sehat dan merupakan produk lokal yang harus dilestarikan dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat Indonesia.

"Masyarakat Indonesia tidak asing dengan ayam kampung karena merupakan dari budaya bangsa. Hampir di setiap daerah di Indonesia memiliki masakan khas ayam kampung seperti ayam betutu dan ayam bumbu lengkuas,” katanya.

Dibukanya resto dan depo NatChick ini agar masyarakat umum bisa dengan mudah mencicipi sajian masakan ayam kampung yang kerap dianggap memiliki harga yang cukup tinggi.

"Memang sasaran kita adalah masyarakat secara umum supaya bisa menikmati ayam kampung dengan harga yang murah," ujar Direktur Utama PT SUI, Naryanto, ditemui pada acara soft opening NatChick, Rabu (11/3).

NatChick sendiri merupakan restoran ayam kampung pertama di Indonesia yang menawarkan menu ayam kampung olahan dengan bumbu khas Nusantara, seperti ayam betutu, ayam kampung bumbu lengkuas dan ayam kampung rebus. Harga yang ditawarkan di resto NatChick berkisar Rp 27,500 per paket.

Proses pengolahan ayam kampung NatChick juga telah memenuhi standar pangan yang sehat, mulai dari pembibitan, pembesaran dan pengolahan sesuai dengan prinsip Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH).

Selain itu, depo NatChick di Sentul juga menjadi supplier untuk para outlet yang bekerja sama dengan AKP dalam memasarkan produk ayam kampung, khusus untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan sekitarnya. Saat ini sudah ada sekitar 70 outlet yang tersebar di Indonesia. 

Selain menu ayam kampung, NatChick juga menawarkan berbagai sajian kopi, diantaranya kopi Cemani, kopi Gaok dan Kopi Sentul. (RBS)

PRISMA DAN PT SUMBER UNGGAS INDONESIA BAHAS EVALUASI DAN PELATIHAN DI PAPUA

PRISMA dan PT SUI, bekerjasama membangun bangsa melalui Ayam Kampung

Hari Rabu (26/2) yang lalu, PRISMA dan PT Sumber Unggas Indonesia (PT SUI) melakukan pertemuan di markas PT SUI kampung Cogreg Bogor. PRISMA bertandang ke kantor PT SUI dalam rangka mengevaluasi kerjasama SUI-PRISMA sejak bulan Desember 2019 sampai Februari 2020.Program - program tersebut diantaranya memperkenalkan ayam KUB, melatih peternak, mengurangi angka stunting, dan pada akhirnya menyejahterakan peternak di Nusa Tenggara Timur. 

Promoting Rural Income through Support for Markets in Agriculture (PRISMA) adalah lembaga non pemerintah yang berafiliasi dengan pemerintah Australia memfokuskan organisasinya dalam pemberdayaan petani/peternak khususnya di wilayah timur Indonesia. 

Meski masih ada beberapa target yang belim dicapai, PRISMA dan PT SUI sepakat bahwa program yang dilakukan di NTT secara umum dapat dikatakan sukses. Salah satu pencapainnya adalah hadirnya peternak-peternak baru yang memeihara ayam kampung. Hal ini ditandai dengan jumlah pengiriman anak ayam kampung jenis KUB (Kamung Unggul Balitbangtan) dari penetasan PT Sumber Unggas Indonesia cabang Bali sebanyak 1500-2000 ekor per minggu ke NTT.

Manajer Portfolio PRISMA, Prajwal Shahi mengatakan, PT Sumber Unggas Indonesia merupakan salah satu partner terbaik sehingga program ini bisa terlaksana dengan baik. Kami berharap agar program ini benar-benar bermanfaat di NTT. 

Direktur Utama PT Sumber Unggas Indonesia Naryanto mengungkapkan kerjasama dengan Prisma membawa banyak manfaat besar bagi Indonesia timur. “Kalau dulu kita sulit mengirim anak ayam kampung ke NTT karena terkendala peraturan daerah. Sekarang kita sudah bisa mengirim anak ayam kampung ke NTT karena sudah mendapat izin resmi dari pemerintah daerah,” ungkapnya.

Jika tidak ada aral melintang, Prisma dan SUI kembali menggelar pelatihan beternak ayam KUB di Papua pada bulan April. (CR)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer