Enterotoksemia merupakan penyakit penting karena menimbulkan kerugian besar bagi peternak kambing dan domba di seluruh dunia. (Foto-foto: Istimewa) |
Satu bulan terakhir penulis mendapat cukup banyak pertanyaan terkait kematian mendadak pada kambing. Rekan sejawat penulis dari Kabupaten Pesawara Lampung menanyakan kematian seekor cempe Peranakan Etawa bersamaan dengan kondisi induknya yang tiba-tiba ambruk. Beberapa informasi terkait pakan yang diberikan adalah rumput dan ampas tahu.
Adapula peternak kambing perah di Bogor yang memberikan informasi bahwa terjadi kematian beberapa ekor dalam kurun waktu satu minggu. Gejala klinisnya meliputi ternak semula sehat, kemudian menunjukan gejala tidak mau makan, pada cempe terkadang diikuti diare dan mati mendadak.
Gambaran perubahan pasca kematian menunjukan adanya kerapuhan pada hati, ukuran membesar, hati dan paru mengalami adhesi/menempel pada tulang rusuk, keluar cairan bening ataupun cairan kemerahan hingga berbentuk gelatin dari rongga perut, serta menciri pada perdarahan/hemoragik pada lumen usus ataupun pada lapisan serosa.
Kejadian yang sama juga dilaporkan kerabat dokter hewan di Provinsi Jambi, yang membuka usaha breeding kambing Jawarandu. Ia mengeluhkan kejadian kematian kambingnya secara mendadak. Dalam satu minggu telah terjadi kematian dengan gejala klinis seperti di atas sejumlah empat ekor indukan. Masa inkubasi penyakit sangat cepat, dari mulai tidak mau makan, kejang dan kaku otot pada cempe, diare berakhir kematian.
Adapula yang melaporkan kejadian di Kabupaten Purworejo, Jawa tengah. Terjadi peningkatan laporan kasus kambing atau domba sakit dengan gejala klinis sama seperti di Lampung, Bogor dan Jambi. Disampaikan kejadian terjadi di beberapa Kecamatan di Purworejo, dengan mortalitas cukup tinggi serta penanganan dengan antibiotik yang hasilnya belum memuaskan.
Berdasarkan informasi di atas, penulis membaca beberapa referensi jurnal dan buku terkait kematian pada kambing dan domba. Jurnal terbaru 2020 berjudul “The Challenges of Diagnosis and Control of Enterotoxaemia Caused by Clostridium perfringens in Small Ruminants” oleh Rajveer Singh Pawaiya dkk. Hasil kesimpulan sementara bahwa kematian tersebut disebabkan penyakit yang dikenal sebagai enterotoksemia, pulpy kidney disease, atau juga dikenal over eating disease.
Enterotoksemia merupakan peristiwa terjadinya toksifikasi pada alat pencernaan (usus) yang diserap oleh pembuluh darah dan terdistribusi ke seluruh tubuh. Enterotoksemia dapat disebabkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2022.
Ditulis oleh:
Drh Joko Susilo MSc
Medik Veteriner, Balai Veteriner Lampung
Koresponden Infovet daerah Lampung
0 Comments:
Posting Komentar