RABBIT CORNER - Meroketnya harga daging sapi di penghujung akhir 2012, pemerintah memberikan alternatif kepada masyarakat untuk mengonsumsi daging kelinci. Harga daging kelinci segar saat ini dijual berkisar Rp 55.000 - Rp. 75.000/kg. Apa yang sesungguhnya mampu mengalihkan perhatian masyarakat untuk melirik daging kelinci?
Rasanya sayang sekali jika melewatkan daging kelinci mengingat dagingnya lebih sehat, rendah lemak serta kolesterol, protein yang tinggi dan teksturnya yang lembut. Bulunya pun bermanfaat untuk bahan pembuatan pakaian, tas, sendal maupun aksesoris lainnya. Feses dan urine kelincipun sangat baik sebagai pupuk organik.
Kita mengenal dua jenis kelinci yaitu kelinci hias dan kelinci pedaging. Masing-masing mempunyai karakteristik berbeda dalam penanganan peternakan dan bisnisnya. Menurut Ketua Himpunan Masyarakat Perkelincian Indonesia (Himakindo), Yono C Rahardjo permintaan akan daging kelinci dari tahun ke tahun semakin tinggi namun minim pasokan. “Peluang bisnis kelinci seungguhnya masih terbuka lebar dan menjanjikan,” tutur Yono.
“Seperti hotel-hotel di Bali, saat ini sudah menghidangkan sajian daging kelinci, cuma supply terbatas. bahkan banyak rumah sakit mulai menyediakan menu daging kelinci karena lebih menyehatkan dibanding daging lainnya.” ungkap Yono yang juga seorang ahli kelinci di Balai Penelitian Ternak (Balitnak), Bogor.
Saat ini China merupakan penghasil daging kelinci terbesar di dunia dengan populasi potong 700 juta ekor/tahun dan diestimasi tahun 2020 akan mencapai 24 milyar/tahun. Sementara di Vietnam sekitar 5-7 juta ekor/tahun dan di estimasikan pada 2016 mencapai 16 juta ekor/tahun.
Pemeliharaan kelinci pedaging tidak jauh berbeda dengan kelinci pada umumnya. Bisa dengan dilepas pada area tertentu atau dikandangkan. Jika bertujuan untuk usaha ternak sebaiknya menggunakan sistem kandang. Kandang yang digunakan ada beberapa macam. Kandang baterai untuk indukan dan kandang koloni untuk anakan yang lepas sapih.
Yono menjelaskan pengembangbiakan dan pertumbuhan kelinci sangat cepat. “Dalam setahun misalnya, seekor induk kelinci mampu menghasilkan 12 - 88 ekor anakan setara dengan 40 kg bobot hidup pada pola tradisional dan 120 kg dengan pola intensif,” terang Yono.
Sedikit berbeda dengan kelinci hias yang pemberian pakannya bertujuan untuk kualitas pertumbuhan bulu yang bagus, maka pakan untuk kelinci pedaging bertujuan untuk menghasilkan daging yang berkualitas bagus. Pakan utama kelinci adalah rerumputan, bisa ditambah dengan pakan buatan pabrik atau pellet kelinci, ampas tahu, dan sayur-sayuran.
Daging kelinci bisa diolah menjadi berbagai jenis produk olahan, sama seperti produk yang terbuat dari daging ayam maupun sapi yang dijual di supermarket. “Sosis, bakso, nugget, abon, dendeng juga bisa dibuat dari daging kelinci,” kata Yono.
Sekitar pertengahan 2012 lalu, pemerintah telah mengembangkan konsep peternakan kelinci di 5 lokasi Indonesia yakni Kerinci (Jambi), Tondano (Manado), Bedugul (Bali), Batu (Malang) dan Malino (Sulsel).
Disampaikan Yono, kampung industri kelinci usaha berbasis kelompok ini memang berorientasi komersial. Ia berharap, masyakarat pedesaan yang bersedia beternak kelinci bisa memperoleh asupan gizi yang baik dan pendapatan tambahan.
Drh Syahroni Djaidi GM Pet Food Business CP Prima berharap dengan digalakkannya promosi mengenai potensi kelinci sebagai sumber protein hewani dan pet, dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kelinci. “Untuk rencana ke depan, kami mengajak Prof Yono untuk berkolaborasi lebih jauh guna menghasilkan produk pakan kelinci dengan formulasi yang sesuai dan harga yang terjangkau,” tutur Roni. (*)
Untuk konsultasi dan informasi lebih lanjut dapat menghubungi :
Drh Syahroni Djaidi, Pet Food Business CP Prima
Hp: +62 816 835 849 atau email : Syahroni.Djaidi@cpp.co.id