Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini kesehatan hewn | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

KENAPA AYAM KANIBAL DAN CARA MENGATASINYA

Kanibalisme ayam memang merupakan sifat alami dari ayam agar bisa bertahan hidup. Namun ayam kanibal di peternakan akan menjadi masalah.

Ayam akan saling mematuk dengan ayam lain dan bahkan memakan telurnya sendiri. Sehingga sering didapati ayam yang kanibal tubuhnya luka-luka. Di sisi lain telur akan rusak sehingga mengurangi produktivitas.

Kenapa ayam kanibal? Ada beberapa penyebab mengapa ayam kanibal dan cara mengatasinya, yaitu berikut ini:

Kepadatan Tinggi

Jika kepadatan ayam dalam kandang tinggi maka suhu meningkat. Ayam akan berusaha mendapatkan tempat yang nyaman yang suhunya lebih rendah dan bisa berebut satu sama lain. Ketika berebut ayam akan saling mematuk untuk mengusir dan mencegah ayam lain mendapatkan tempat tersebut.

Cara mengatasinya lakukan penjarangan sehingga tercapai jumlah ideal ayam per meter perseginya. Maka ayam akan lebih nyaman hidup di bagian kandang manapun.

Umur Tidak Seragam

Ayam yang lebih dewasa biasanya cenderung menyerang ayam yang lebih muda. Karena itu sebaiknya ayam dipisah berdasarkan umurnya agar lebih seragam. Selain menghindari kanibalisme juga menghindari dominasi yang bisa mengakibatkan ayam muda kesulitan mendapatkan makan dan minum.

Suhu Kandang Terlalu Tinggi

Sehingga ayam terkena heat stress dan mereka mengatasinya salah satunya dengan berebut mencari tempat yang nyaman. Penyebab suhu kandang tinggi selain kepadatan juga bisa karena ventilasi yang buruk, jumlah kipas kurang, dsb. Cara mengatasinya jaga agar suhu dan kelembaban kandang selalu sesuai dengan kebutuhan ayam sehingga ayam selalu nyaman.

Ayam Kekurangan Mineral

Akibatnya pada ayam broiler akan mematuk pial, bulu, dan jari kaki ayam lainnya untuk mendapatkan tambahan kalsium. Dalam kasus yang parah kanibalisme ini bisa menyebabkan kematian. Sedangkan pada ayam petelur akan mematuk telur untuk mendapatkan tambahan kalsium.

Cara mengatasinya beri ayam pakan dan minum sesuai kebutuhan, baik jumlahnya maupun nutrisinya yang seimbang.

Tempat Makan dan Minum Tidak Mencukupi

Baik jumlahnya maupun persebarannya. Sehingga memicu ayam untuk berebut dan berkelahi saling mematuk memperebutkan akses ke tempat makan dan minum. Cara mengatasinya tentu dengan menyediakan tempat makan dan minum yang cukup dan diletakkan merata di seluruh kandang.

Terkena Parasit

Parasit yang ada di tubuh ayam seperti pinjal, kutu, dan sejenisnya akan membuat ayam terasa gatal tubuhnya. Sehingga dia akan mematuki tubuhnya sendiri dan bisa hingga berdarah. Solusinya jaga kebersihan dan biosekuriti, jika ayam terlanjur terkena parasit konsultasikan pada ahli untuk dicarikan solusi mungkin dengan pengobatan, disinfeksi dan semacamnya.

Faktor Genetik

Jika induk ayam bersifat kanibal maka kemungkinan sifatnya itu bisa menurun pada anak-anaknya. Faktor genetik ini berbeda dari satu kelompok dengan kelompok lain dari strain ayam yang sama, apalagi jika strain-nya berbeda. Cara mengatasinya adalah melakukan manajemen peternakan yang baik dan menjaga kandang selalu nyaman bagi ayam.

Jadwal Pemberian Pakan

Pemberian pakan yang tidak teratur waktunya bisa berpotensi membuat ayam menjadi kanibal. Salah satu sebabnya karena ayam bisa kelaparan, kekurangan nutrisi akibat jadwal makan yang berantakan. Solusinya tentu berikan ayam makan dan minum secara teratur sesuai rekomendasi ahli.

Selain beberapa solusi di atas juga ada cara lain untuk mengatasi dan mencegah ayam kanibal. Yatu potong paruh (debeaking), paruh ayam dipotong sedikit agar tidak melukai ayam lain ketika mematuk.

Debeaking juga untuk efisiensi pakan, dimana ayam makannya menjadi tidak berceceran pakannya. Lakukan debeaking dengan panduan ahli baik kapan waktunya dan seberapa paruh yang dipotong.

KEWASPADAAN PENYAKIT MENULAR AGAR BERKURBAN AMAN

Pemeriksaan klinis di pasar hewan pada beberapa ruminansia dan pengembilan sampel perlu dilakukan pada ruminansia yang diduga terinfeksi. (Foto: Dok. Sulaxono)

Idul Adha 2024 akan jatuh pada pertengahan Juni. Peternak dan pedagang ruminansia  dalam masa tiga bulan mulai mempersiapkan diri dengan membeli, menumpuk stok ternak untuk mengisi kandangnya, menambah kandang, dan mengisi dengan ternak baru. Ternak digemukkan dalam waktu tiga bulan untuk bisa dijual saat harga ternak memuncak saat 1-2 minggu menjelang kurban. Keuntungan akan diperoleh dengan margin tinggi, panen tahunan bagi peternak dan juga para pedagang.

Fenomena umum terjadi saat persiapan peternak dan pedagang mulai mengumpulkan ternak adalah pergerakan, pengangkutan ternak dari daerah, pulau kantong ternak ke berbagai daerah yang memerlukan. Pergerakan akan terjadi antar pulau, antar provinsi, juga antar kabupaten. Ternak antar kabupaten akan saling bertemu di pasar hewan. Ternak yang sehat dan yang carrier penyakit dari berbagai kabupaten maupun provinsi akan bertemu di pasar hewan. Kondisi lalu lintas yang meningkat, pertemuan ternak sehat dengan ternak subklinis sakit atau karier penyakit tidak menutup kemungkinan terjadinya penularan penyakit dari satu pulau ke pulau lain, dari satu provinsi atau kabupaten ke tempat lain.

Apalagi ditambah dengan kondisi cuaca dan kelelahan transportasi bisa memicu dan menimbulkan stres pada ternak. Stres yang terjadi akan memicu menurunkan daya tahan tubuh dan bisa memicu timbulnya beberapa penyakit menular strategis.

Ada beberapa penyakit menular strategis yang perlu diwaspadai menjelang persiapan ibadah kurban, yang bisa terjadi secara akut hingga per akut. Beberapa daerah asal ternak masih endemis terhadap beberapa penyakit strategis di antaranya penyakit mulut dan kuku (PMK), lumpy skin disease (LSD), antraks, penyakit Jembrana, septicaemia epizootica (SE), dan surra.

Peran dokter hewan dan organisasi profesi diperlukan dalam pemeriksaan ante mortem dan post mortem untuk menjamin ternak sehat dan pencegahan penularan, serta penyebaran penyakit menular antar ternak apalagi yang yang bersifat zoonosis adalah penting. Masyarakat memerlukan jaminan bahwa ternak yang akan digunakan untuk kurban adalah ternak yang sehat dan tidak terjadi penyebaran penyakit strategis.

• Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)
Pemerintah telah berhasil mengendalikan penyebaran cepat PMK melalui vaksinasi massal di berbagai daerah tertular penyakit, surveilans pasca vaksinasi massal, serta kerja sama antar pihak dalam negeri dan mitra kerja luar negeri. Namun demikian, vaksinasi PMK memerlukan kontinuitas, selain kewaspadaan dini, laporan dini, dan respon cepat. Surveilans virologis melalui sampling di lokasi bekas kasus perlu dilakukan untuk mendeteksi keberadaan ternak carrier aktif yang sembuh dari sakit dan ternak yang subklinis sakit tetapi tidak terdeteksi secara klinis kecuali melalui pemeriksaan serologis maupun virologis.

Ternak di lokasi yang sembuh atau proses sembuh dari PMK masih bisa dikenali dengan luka yang menutup dengan warna kuning kecokelatan pada celah kaki depan-belakang atau pada gusinya. Pada sapi-sapi keturunan impor, luka-luka bekas PMK termasuk kepincangan sangat mudah dikenali, tetapi pada sapi Bali kondisi demikian sulit dideteksi kecuali oleh petugas medis yang berpengalaman.

Jejas luka bekas infeksi PMK pada area mulut biasanya sudah menutup dalam jangka waktu seminggu. Pada gusi hanya ditemukan bekas luka yang sudah ditutup oleh jaringan ikat berwarna kuning kecokelatan, demikian pada bagian lidah dan bagian lainnya dari area mulut. Pada sapi demikian dalam darahnya masih bisa terdeteksi matriks virus PMK melalui pemeriksaan dengan PCR.

Pemeriksaan sapi yang dipasarkan di pasar hewan juga diperlukan, disamping tindakan disinfeksi. Pasar hewan merupakan tempat… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2024. 

Ditulis oleh:
Ratna Loventa
Medik Veteriner Ahli Pertama, Loka Veteriner Jayapura
&
Sulaxono Hadi
Purna Tugas Medik Vetriner Ahli Madya di Kota Banjarbaru

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer