Belum lama ini beredar sebuah unggahan video di platform YouTube atas nama @dhanybias_6513 dengan judul ‘Sayap dan Leher Ayam Jangan Dimakan Berlebihan – Dokter Cahyono’ yang mengeklaim bahwa terdapat larangan mengonsumsi sayap dan leher ayam pedaging (broiler). Unggahan tersebut turut mengeklaim bahwa pemeliharaan ayam broiler menggunakan suntik hormon, terutama di bagian sayap dan leher ayam, sehingga dapat menimbulkan kanker apabila dikonsumsi secara berlebihan.
Merespon hal tersebut kanal You Tube Majalah Infovet langsung membuat konten dengan judul "Benarkah Ayam Broiler Disuntik Hormon? Ini Jawabannya" dengan narasi yang disusun dan dibacakan oleh drh Baskoro, seorang konsultan perunggasan nasional. Pada kanal You Tube ini Baskoro secara tegas mengkritik dokter Cahyono yang tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang ayam.
"Biaya perawatan ayam sangat dibatasi. biaya OVK (Obat, Vaksin, Kemikalia) pada broiler maksimal rp. 1000 per ekor, dan tidak masuk akal jika menggunakan hormon karena sangat tidak ekonomis," tegas Baskono. (klik https://youtu.be/hJobuqJ7PcU atau klik kanal Youtube Infovet di atas). Konten ini telah ditonton oleh ribuan orang dalam seminggu tayang, yang menunjukkan masyarakat cukup antusias meenonton dan menyebarkan informasi untuk menangkal isu negatif tersebut.
Pemerintah juga bergerak cepat. Melalui Surat Direktur Kesmavet Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, yang ditujukan kepada Direktur Pengendalian Aplikasi Informatika serta Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Rabu (6/6) ditegaskan bahwa klaim pada video yang beredar tersebut adalah hoaks. Dalam surat tersebut Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner (Dirkesmavet), Syamsul Maarif menyampaikan bahwa broiler di peternakan pada umumnya dipelihara dengan menerapkan praktik budidaya yang baik sesuai dengan pedoman pemerintah. Pemerintah telah mengatur penerapan sistem jaminan keamanan pangan terhadap unit usaha produksi pangan asal hewan (termasuk daging ayam), dari sejak ternak dibudidayakan sampai dengan siap dikonsumsi masyarakat (from farm to table).
Kemudian UU No. 18 Tahun 2009 juncto UU no 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, secara tegas melarang penggunaan hormon bagi ternak. Dirinya menambahkan bahwa broiler yang ada sekarang merupakan ayam yang secara genetik diseleksi untuk dapat tumbuh cepat dengan pemeliharaan yang spesifik, terukur, dan disiplin, termasuk pemberian pakan dan kesehatan yang diatur ketat dalam sistem pemeliharaannya. Sehingga tidak ada penggunaan hormon pertumbuhan pada broiler.
“Pemerintah pusat dan daerah telah mengatur dan juga mengawasi tata cara budidaya yang baik dalam sistem budidaya ternak potong termasuk broiler. Selain itu, Kementan melalui Ditjen PKH secara rutin melakukan pemeriksaan dan pengujian daging ayam, dan tidak ditemukan adanya residu hormon pada daging ayam,” tegas Syamsul dalam surat pengaduan resmi secara tertulis.
Melihat hal tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika juga telah menegaskan bahwa unggahan video YouTube atas nama @dhanybias_6513 dengan judul ‘Sayap dan Leher Ayam Jangan Dimakan Berlebihan – Dokter Cahyono’ merupakan sebuah hoaks. Hal ini seperti unggahan dalam laman resmi Kominfo (klik https://www.kominfo.go.id/content/detail/51418/hoaks-sayap-dan-leher-ayam-broiler-jangan-dimakan-berlebihan/0/laporan_isu_hoaks) yang berjudul “[HOAKS] Sayap dan Leher Ayam Broiler Jangan Dimakan Berlebihan”.
HATN Lakukan Sosialisasi Ke Masyarakat dan Para Dokter
Sementara itu menanggapi isu hormon yang sudah berulangkali terjadi, Panitia Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN) juga akan melakukan sejumlah acara untuk melakukan sosialisasi dan edukasi tentang gizi ayam dan telur. Pengurus Pinsar Indonesia Hidayaturrahman dan Panitia Khusus HATN Blitar-Jatim Suyanto mengatakan, acara puncak HATN akan dilakukan di Blitar Hari Minggu tanggal 15 Oktober 2023 dengan mengundang masyarakat umum , peternak unggas serta stakeholder perunggasan dari seluruh Indonesia. Untuk menyongsong acara puncak telah dilakukan sejumlah kegiatan antara lain Talkshow di Radio dan kanal You Tube Radio Persada Blitar (6 September), seminar peternak unggas (7 September), lomba video kreatif ayam dan telur oleh mahasiswa FKH Unair (selama bulan September) , seminar edukasi gizi untuk ibu-ibu PKK, seminar sosialisasi peternakan unggas untuk para dokter (bulan Oktober) dan sebagainya.
"Diharapkan dengan seminar megundang para dokter, mereka bisa lebih memahami proses budidaya ayam dan tidak lagi percaya terhadap hoax ayam disuntik hormon. Karena kalau dokter memberikan informasi yang keliru tentang ayam kepada masyarakat, ini akan sangat merugikan para peternak dan usaha perunggasan umumnya" tegas Hidayat.***