-->

PEMPROV SULTENG INGATKAN PETERNAK PERKETAT BIOSEKURITI UNTUK MENCEGAH ASF

ASF, Masih Meneror Ternak Babi di Indonesia

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah mengingatkan para peternak memperketat penerapan biosekuriti dengan menjaga higiene kandang babi guna mencegah penularan virus African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika di wilayah itu.

"Para peternak perlu menjaga dan meningkatkan kebersihan kandang sebagai upaya mencegah penularan ASF," kata Kepala Bidang Keswan dan Kesmavet Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Sulteng Dandy Alfita di Palu, Jumat (21/7).

Ia meminta para peternak untuk segera memisahkan ternak, apabila ada ternak yang sakit untuk menekan penularan karena tingkat kematian ternak babi dapat mencapai 100 persen.

 Ia mengatakan para peternak harus memiliki kewaspadaan yang tinggi terhadap penularan virus ASF dengan serius
memperhatikan kebersihan kandang dengan meningkatnya kasus demam babi Afrika saat ini.

Selain itu, secara rutin melakukan penyemprotan disinfektan pada kandang-kandang babi yang ada sehingga kondisi kandang tetap bersih dan tetak tetap dalam kondisi sehat.

"Kami masih terus mensosialisasikan kepada peternak untuk melakukan penyemprotan disinfektan rutin dan pemberian vitamin rutin untuk hewan ternak yang masih sehat," katanya.

Ia menuturkan untuk membantu mencegah penularan virus ASF, pihaknya mendistribusikan sebanyak 2.000 serum konvalens ASF atau ScoVet ASF yang merupakan bantuan pemerintah pusat dan diharapkan mampu menekan penularan virus.

"Kami telah mendistribusikan bantuan serum ASF, tapi itu pun belum bisa memenuhi seluruh permintaan para peternak di Sulawesi Tengah karena jumlahnya terbatas," katanya.

Hal tersebut, kata Dandi, dikarenakan serum ASF didistribusikan secara merata ke setiap kabupaten yang terdampak kasus ASF, dan yang berpotensi terjadi penularan, sementara kasus ASF di Sulteng diperkirakan sudah mencapai belasan ribu kasus. 

Karena keterbatasan itu, Dandi mengatakan para peternak ada yang ingin secara mandiri membeli serum ScoVet ASF, sehingga pihaknya mengarahkan untuk membeli di Pusat Veteriner Farma (Pusvetma).

Menurut data sementara Dinas Peternakan Sulteng, sebanyak 432 ternak babi mati di Kabupaten Sigi, 39 ternak mati di Kabupaten Morowali, 1.528 ternak babi mati, 11.462 ternak babi sakit, dan 16.576 dipotong paksa atau di jual di Kabupaten Parigi Moutong, sementara itu 2.971 ternak babi mati di Kabupaten Poso.

Sappang, salah satu peternak di Desa Jono Oge, Kabupaten Sigi mengatakan dirinya mengalami kerugian akibat virus yang menyerang ternaknya itu.

"Sampai hari ini, sudah tiga ternak saya yang mati. Dari pemerintah sudah ada yang memberikan serum tapi waktu itu saya tidak ada di tempat, jadi tidak kebagian," katanya.

Ia mengaku dengan 30 ekor ternak babi miliknya sekarang ini, berharap tidak lagi ada ternaknya yang mati karena virus ASF itu dan dapat segera ditangani oleh pemerintah untuk obatnya.(INF)

DISBUNNAK SULTENG DISTRIBUSIKAN 7000 DOSIS VAKSIN RABIES KE KABUPATEN

Vaksinasi, Salah Satu Langkah Pencegahan Rabies

Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Sulawesi Tengah mengimbau warga untuk melakukan vaksinasi pada hewan peliharaan mereka guna mencegah penularan penyakit Rabies.

"Bagi masyarakat yang punya hewan kesayangan atau peliharaan seperti anjing atau kucing untuk melakukan vaksinasi secara rutin sehingga terhindar dari rabies," kata Kepala Bidang Keswan dan Kesmavet Disbunnak Sulteng Dandy Alfita di Palu, Senin (17/7/2023).

Dandy menjelaskan, Sulawesi Tengah termasuk daerah endemik penyakit Rabies, dan cuaca ekstrem dapat mempengaruhi virus yang menyerang Hewan Penular Rabies (HPR) seperti anjing, kucing, dan kera.

Hal itu dapat membuat hewan terganggu dan meningkatkan risiko mereka menggigit manusia.

Rabies adalah penyakit menular yang mempengaruhi sistem saraf pusat pada manusia dan hewan berdarah panas.

Penyakit itu disebabkan virus Rabies yang ditularkan melalui saliva atau air liur saat hewan yang terinfeksi menggigit atau mengenai luka terbuka.

"Jika tergigit anjing, pertolongan pertama adalah cuci bekas gigitannya langsung dengan sabun dan air mengalir, dan segera ke puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan perawatan dan vaksin,” jelas Dandy Alfita.

Dandy menekankan pentingnya memeriksa kondisi kesehatan hewan peliharaan secara berkala dan memberikan vaksinasi yang tepat waktu. 

Anjing dan kucing adalah hewan pembawa Rabies, dan vaksinasi merupakan langkah yang efektif untuk melindungi mereka dan mencegah penyebaran penyakit.

Selain itu, warga juga diminta untuk memberikan perawatan yang baik pada hewan peliharaan mereka, termasuk memberikan makanan yang sehat, memberikan perhatian yang cukup, dan tidak membiarkan hewan mencari makan sendiri yang dapat mengganggu orang lain.

Disbunnak telah mengalokasikan 7.000 vaksin untuk hewan yang akan didistribusikan ke setiap kabupaten dan kota. Langkah itu diharapkan dapat membantu dalam pengendalian penyakit Rabies.

Dandy juga menekankan pentingnya tindakan pertolongan pertama jika tergigit oleh anjing, yaitu dengan mencuci bekas gigitan menggunakan sabun dan air mengalir, serta segera mencari perawatan medis di puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan vaksin dan perawatan yang diperlukan.

Meskipun hingga saat ini belum ada laporan kasus gigitan pada manusia sepanjang tahun 2023, Dandy tetap mengingatkan warga agar tetap waspada dan memperhatikan kondisi hewan peliharaan dengan baik.(INF)


ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer