![]() |
Harga jagung mencapai Rp 5.000 di tingkat industri pakan ternak (Foto: Google) |
Ketua Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI), Sholahuddin mengatakan
harga jagung saat ini masih stabil tinggi. Pasokan yang relatif terbatas jadi
pemicunya. Harga jagung saat ini sekitar Rp 4.300-Rp 4.700 per kg di tingkat
petani dan sekitar Rp 4.500-Rp 5.000 per kg di tingkat industri pakan ternak.
"Harga jagung yang ideal sekitar Rp 3.700-Rp 4.000 per
kg, paling mahal Rp 4.500 per kg. Tapi sekarang di Jakarta harga jagung sudah
mencapai diatas Rp 5.000 per kg untuk pakan ternak," ungkapnya.
Kenaikan harga jagung disebabkan suplai yang berkurang
karena saat ini di bulan Oktober-Desember sudah memasuki bulan untuk tanam
jagung.
"Memang bulan ini kita baru persiapan tanam dan panen
raya sekitar Februari-Maret 2019. Tapi saat ini masih ada panen di lahan-lahan
yang kemarin di bulan Juli di tanam. Sekarang panen ada tapi tidak
banyak," ujar Sholahuddin.
Untuk mengatasi suplai yang kurang saat ini, industri pakan
ternak seharusnya memiliki kapasitas persediaan jagung minimal 3 bulan. Karena
Indonesia rata-rata 60% lahan jagung berada di lahan kering.
"Tanpa adanya sistem persediaan yang dimiliki industri
pada bulan-bulan seperti ini, dimana musim tanam baru dimulai dan harga pasti
akan naik. Suplai juga sedikit karena baru tanam dan jagung baru panen sekitar
4 bulan lagi," ujar Sholahuddin.
Imbuh Sholahuddin, diperkirakan harga jagung stabil tinggi
akan terjadi sampai akhir tahun karena suplainya sedikit dan akan mulai turun
sekitar bulan Januari.
Sementara itu, Ketua Peternakan dan Perikanan Asosiasi
Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton J. Supit menjelaskan, kenaikan harga jagung
mempengaruhi industri perunggasan. Pasalnya, sekitar 50% komponen bahan baku pakan
ternak dari jagung, sehingga berpengaruh kepada harga jual unggas termasuk
ayam.
"Saat ini harga ayam lagi belum baik, karena suplainya
banyak, tapi bahan bakunya kurang. Sangat riskan kalau industri sebesar ini di
mana produksi ayam secara nasional sekitar 60 juta ekor per minggu harus
menunggu panen," lanjutnya.
Anton berpendapat, untuk mengatasi hal tersebut bisa dengan
menambah suplai jagung. Bisa dengan impor jagung untuk memenuhi kebutuhan,
kalau produksi di dalam negeri tidak mencukupi.(Sumber:kontan.co.id)