Latar belakang pendirian ASEAN tahun 1967 adalah untuk mewujudkan cita-cita luhur, yakni membentuk kawasan Asia Tenggara menjadi kawasan yang aman. Namun sejak tahun 1997, para pemimpin ASEAN mulai berpikir tentang pembangunan identitas kolektif di antara warga bangsa ASEAN melalui pencanangan ASEAN VISION 2020 sebagai komunitas Asia Tenggara yang saling peduli dan berbagi. Demikian disampaikan Dr Ir Ali Agus DAA DEA di depan peserta seminar internasional dan workshop yang diselenggarakan oleh Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Mengingat kebutuhan yang mendesak, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-12 di Cebu Filipina pun memutuskan untuk mempercepat pembentukan komunitas ASEAN, dari rencana semula tahun 2020 menjadi 2015. “Itu sebagai batas akhir pembentukan pasar barang, jasa, dan tenaga kerja global yang bebas di ASEAN,” ujar Dr Ir Ali Agus DAA DEA pada Rabu (14/10) saat berlangsung Seminar dan Workshop Internasional “ASEAN Vision 2020 in Higher Education of Animal Science.”
Oleh karena itu, seminar dan workshop yang berlangsung selama dua hari, 14-15 Oktober 2009, diharapkan mampu membentuk sebuah forum/network pendidikan tinggi peternakan di negara-negara Asia Tenggara, sebuah forum bernama South East Asia Network for Animal Science (SEANAS).
Enam pembicara yang hadir dalam acara ini adalah Prof Dr Ir Tri Yuwanta SU DEA (Dekan Fakultas Peternakan UGM), Prof Dr Suthut Siri (Head of Departement of Animal Technology, Faculty of Agricultural Product, Maijo University, Chiang Mai, Thailand), Prof Dr Halimatun Yaakub (Head of Departement of Animal Science, Faculty of Agriculture, University Putra Malaysia, Selangor, Malaysia). Selanjutnya, Dr Cesar C Sevilla (Director of Institute of Animal Science, Faculty of Agriculture, UPLB at Los Banos, Phillipines), Prof Dr Nguyen Xuan Trach (Dean of Faculty of Animal and Aquaculture Sciences, Hanoi University of Agriculture, Hanoi, Vietnam), dan Prof Dr Zaelan Jelan (President Malaysian Association of Animal Production).
Seminar dan workshop yang diikuti pimpinan perguruan tinggi di Indonesia dan ASEAN, serta mahasiswa S1, S2, dan S3 ini diharapkan pula mampu meningkatkan kepedulian akan kesepakatan komunitas ASEAN di tahun 2015. “Juga bisa meningkatkan jejaring sesama pengelola institusi pendidikan tinggi peternakan di kawasan ASEAN, serta membangun forum komunikasi di antara mereka,” pungkas Ali Agus berharap. (Sadarman)
Visi ASEAN 2020: Saling Peduli dan Berbagi Untuk Dunia Peternakan
Infovet
Desember 03, 2009
Related Posts
ARTIKEL POPULER MINGGU INI
-
Cara Menghitung FCR Ayam Broiler. FCR adalah singkatan dari feed convertion ratio, yaitu konversi pakan terhadap daging. FCR digunakan untuk...
-
Sumber: Balitbangtan Kementan Ayam KUB adalah ayam kampung galur (strain) baru, merupakan singkatan dari Ayam Kampung Unggul Balitbangtan. A...
-
Di dunia ini terdapat beberapa jenis ayam terbesar di dunia. Baik dari segi tinggi badannya, ukuran badannya, maupun berat badannya. Di anta...
-
Ayam abang adalah ayam ras petelur yang sudah memasuki masa “pensiun” bertelur. (Foto: Dok. Infovet) Ayam abang menjadi salah satu bisnis “s...
-
Prof Dr Ismoyowati SPt MP, dari Unsoed, membawakan materi Mekanisme Kemitraan dalam Budidaya Ayam Broiler, dalam webinar Charoen Pokphand In...
-
Salah satu ciri telur asin yang berkualitas adalah bagian kuning telurnya yang tampak masir. (Foto: Istimewa) Bukan hanya cara menyimpannya,...
-
Dari sekian banyak jenis ayam pedaging, berikut adalah 6 dari jenis-jenis ayam pedaging yang populer di Indonesia. Artinya cukup banyak dite...
-
Sapi Simmental (Foto: Google Image) Sapi-sapi berukuran ‘raksasa’ atau premium dengan bobot berkisar 700 kg hingga 1 ton siap me...
-
Brooder menggunakan batu bara atau kayu bakar. (Foto: Ridwan) Keberhasilan pemeliharaan ayam baik ayam bibit, ayam petelur, ayam pedagi...
-
Hijauan kering dan jerami kering Berbagai hijauan pakan yang sengaja dipanen dan dikeringkan serta berbagai jerami kering yang sengaja dipan...
seharusnya intinya di cetak tebal yaa agar lebih bagus dan jelas
BalasHapus