Sabtu, 7 Agustus 2010, menjadi hari yang membahagiakan bagi Prof. Toto Winata. Beliau menyampaikan pidato ilmiah berjudul “Dari Hamburan Atom hingga Material Semikonduktor” dalam sidang pleno terbuka di hadapan Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB).
Ini merupakan bentuk pertanggungjawaban akademik beliau sebagai seorang Profesor dalam bidang Fisika Atom dan Material Elektronik.
Sebuah kebanggaan bagi kita semua tentunya, mengingat gelar profesor ini merupakan gelar tertinggi di suatu akademisi. Terlebih lagi pria kelahiran Jakarta, 10 Desember 1963, turut berperan dalam mendukung gerak maju dunia perunggasan, yaitu sebagai Senior Manager Divisi Enginering di Medion.
Kiprah dan kontribusi Prof. Toto Winata memberikan sebuah bukti nyata bahwa Medion memiliki tenaga kerja yang handal dan profesional sehingga mampu menghasilkan produk-produk berkualitas.
Terakhir, kami menyampaikan selamat atas pengangkatan Prof. Toto Winata sebagai Guru Besar di ITB. Semoga karya-karya beliau dapat memajukan bangsa dan negara Indonesia. Selamat! (Red)
Toto Winata, Menjadi Guru Besar ITB
MENGGIATKAN BISNIS AYAM KAMPUNG
Bertempat di Club House Mahogany Residence, Cibubur, Citra Lestari Farm, peternakan dan pembibitan ayam kampung mengadakan pelatihan beternak dan bisnis ayam kampung. Pelatihan yang berlangsung selama dua hari (31 Juli dan 1 Agustus 2010) ini membeberkan berbagai materi terkait peternakan ayam kampung.
Kegiatan yang mengangkat tema Pelatihan Budi Daya dan Bisnis Ayam Kampung Unggulan ini diadakan sebagai tindak lanjut atas respon para pembaca buku yang ditulis oleh trainer sekaligus pemilik Citra Lestari Farm, yaitu Ir. Bambang Krista.
Materi yang diberikan mulai dari pengenalan jenis-jenis ayam kampung unggulan, baik ayam kampung murni maupun hasil persilangan, mengenal indukan dan pejantan unggul, serta syarat hidup ayam kampung. Dibahas juga mengenai berbagai perawatan ayam kampung seperti teknik pemberian pakan, pemeliharaan DOC, pemeliharaan ayam kampung petelur, dan pemeliharaan ayam kampung pedaging.
Selain itu, diberikan juga materi mengenai teknis penetasan telur ayam kampung. Materi ditutup dengan pembahasan mengenai panen dan teknik pemasaran telur maupun ayam kampung pedaging. Pada hari kedua, dilakukan kunjungan serta praktek lapang ke peternakan yang berlokasi di daerah Setu, Bekasi.
Pada pemaparannya, Bambang Krista mengatakan bahwa modal utama menjadi peternak ayam kampung yang sukses adalah menyenangi usaha peternakan yang akan atau sedang dijalankan. Sehingga, melakukannya dengan sungguh-sungguh dan tidak menyerah menghadapi kendala yang muncul.
“Peternak yang baik juga harus memberikan yang terbaik bagi ayam-ayamnya. Karena ayam tidak pernah berbohong. Jika diberikan yang terbaik, maka mereka juga akan memberikan hasil terbaik,” jelas Bambang yang juga aktif sebagai pengurus Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (HIMPULI) ini. (all)
Hadirnya FORMAT - Forum Media Peternakan
Sebagaimana tahun-tahun yang lalu, di bulan puasa tahun ini kami meng-agendakan acara buka bersama seluruh karyawan. Namun kali ini acara buka puasa bersama terasa lebih istimewa, karena bukan hanya dihadiri oleh Infovet melainkan juga perwakilan media lingkup peternakan.
Acara buka puasa bersama berlangsung Jumat 27 Agustus 2010 di Restoran Omah Pincuk, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Sambil menunggu waktu berbuka, mulai jam 16 berkumpullah perwakilan Majalah Poultry Indonesia (Sutikno Wirawan Sigit dan Yetti Liza), Trobos (Rudy Alamsyah), Sinar Tani (Mubardjo RS), Agrina (Tri Mardi) dan tentu saja Infovet selaku tuan Rumah (Bambang Suharno, Wawan Kurniawan dan Aliyus Maika Putra).
Pertemuan yang berlangsung akrab ini merupakan kelanjutan pertemuan sebelumnya yang berlangsung hari Jumat 18 Juni 2010 dimana tuan rumahnya waktu itu adalah Sinar Tani. Apa gerangan yang membuat pertemuan ini layak kami tulis di ruang redaksi ini? Tentunya disamping karena yang bertemu adalah para pimpinan masing-masing media, juga karena pertemuan ini membidani sebuah organisasi yang bernama Forum Media Peternakan, disingkat FORMAT.
Pertemuan pada tanggal 18 Juni tersebut telah menyepakati terbentuknya organisasi Media Peternakan dengan Ketua Umum Bambang Suharno, wakil ketua Rudy Alamsyah, sekretaris Jenderal Ika Rahayu, Bendahara Yetti Liza, serta penasehat Sutikno Wirawan Sigit dan Mubardjo RS. Namun pada waktu itu belum menyepakati nama resmi beserta singkatannya.
Pada pertemuan 27 Agustus ini disepakati nama resmi Forum Media Peternakan, dengan singkatan FORMAT. Disepakati pula bahwa tanggal 27 Agustus adalah hari lahir FORMAT. Selain itu Rapat menyepakati tambahan pengurus, diantaranya Tjiptardjo sebagai penasehat dan Wawan Kurniawan sebagai wakil Sekjen.
Disebutkan bahwa tujuan berdirinya Format adalah meningkatkan profesionalisme manajemen jurnalistik dan bisnis bidang media, menjadikan media peternakan dapat lebih berkontribusi positif dalam pengembangan usaha bidang peternakan dan kesehatan hewan, memfasilitasi kegiatan stakeholder dalam memajukan peternakan dan kesehatan hewan, menjembatani komunikasi antara stakeholder peternakan dan kesehatan hewan dalam melakukan diskusi dan kajian isu-isu terkini yang sedang dihadapi.
Beberapa hal lain dibahas diantaranya agenda kegiatan FORMAT 2010 pasca lebaran, iuran anggota, rencana pembahasan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga organisasi, alamat sekretariat dan sebagainya.
Sekitar pukul 17.30 acara rapat Format selesai dan bergabunglah seluruh karyawan Infovet untuk berbuka puasa bersama. Pimpinan Umum Infovet Drh Tjiptardjo yang hadir untuk menutup acara rapat menyambut baik terbentuknya organisasi ini dan bersedia menjadi penasehat bersama senior lainnya yaitu Mubardjo dan Sutikno.
Syukur alhamdulilah, semua acara baik rapat maupun buka puasa bersama berlangsung lancar dan penuh nuansa persaudaraan.
Kiranya keberadaan FORMAT yang lahir di bulan suci Ramadhan dapat membawa kebaikan bagi pengembangan peternakan dan kesehatan hewan di Indonesia.
Selamat Idul Fitri Mohon Maaf Lahir dan Bathin, taqobbalallahu minna wa minkum, ja’alanallahu wa iyyakum minal aidin wal faizin. Artinya semoga Allah SWT menerima amal kami dan amal Anda. Dan semoga Allah menjadikan kami dan anda sebagai orang-orang yang kembali dan beruntung (menang). *** Red
Adhpi Punya Pengurus Baru 2010-2015
Selaku Ketua Umum ADHPI (Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia) periode 2005-2010, Prof Charles Ranggatabbu MSc PhD mengungkap tentang peran ADHPI dalam konstelasi peternakan dan kesehatan hewan unggas. Dalam berbagai kesempatan berkomunikasi dengan dokter hewan luar negeri, Prof Charles mengungkap keberadaan ADHPI dan setidaknya ada 800 dokter hewan yang ahli perunggasan di Indonesia.
Begitu banyak peluang kerjasama guna memajukan peternakan perunggasan, contoh terkini adalah kepedulian PBB dengan Badan Dunia bidang pertanian FAO yang membiayai ADHPI mengumpulkan lebih dari 100 dokter hewan perunggasan dari seluruh wilayah Indonesia untuk menyelenggarakan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) guna reorganisasi dan pemilihan kepengurusan ADHPI periode 2010-2015.
Dalam pertanggungjawaban pada Munaslub ini, Prof Charles selaku Ketua Umum ADHPI periode 2005-2010 memaparkan berbagai kiprah ADHPI dalam berbagai peristiwa penting di tanah air Indonesia. Sebagai contoh, dipaparkannya, dalam wabah flu burung 2003 ADHPI sudah dihargai oleh pemerintah sebagai pendukung pengendalian AI. Anggota yang tergabung dalam Korwil daerah pun menyelenggarakan sosialiasi ke masyarakat luas.
Para pengurus ADHPI dengan integritasnya tak segan turut mengibarkan ‘bendera’ ADHPI meski mungkin acara itu tidak diselenggarakan secara langsung oleh ADHPI. Kegiatan yang dilakukan anggota dengan membawa nama ADHPI di dalam dan luar negeri itu seperti seminar dan workshop di berbagai tempat. Hal ini menjadi tanda betapa keberadaan ADHPI telah menyatu dalam diri pengurus mengingat peran penting yang dapat diemban.
Munaslub yang diselenggarakan pada Selasa 6 Juli 2010 di Jakarta sebelum acara Lokakarya Menuju Industri Perunggasan yang Berdayasaing Tinggi dan Sehat oleh FAO dan USDA itu berhasil memilih 7 (tujuh) orang formatur pengurus ADHPI periode 2010-2015. Mereka adalah Drh Taufik Junaedi, Drh Wahyu Suhadji, Drh Dedy Kusmanagandi MBA MM, Drh Joko Suseno, Drh Heru Achwan, Drh Iswandari serta Ketua Umum dan Sekjen ADHPI periode 2005-2010 Prof Charles Ranggatabbu MSc PhD dan Drh Hari Wibowo.
Ketujuh formatur ini akan memilih ketua dan sekjen baru yang akan menentukan pengurus baru dan menyusun program ADHPI selanjutnya setelah laporan pertanggungjawaban Ketua Umum ADHPI periode 2005-2010 tadi diterima secara aklamasi oleh forum. Para dokter hewan dari berbagai daerah baik yang menjadi pengurus atau bukan pengurus ADHPI 2005-2010 pun mengutarakan pendapat masing-masing terkait organisasi ADHPI.
Memang banyak peserta Munaslub yang pada periode 2005-2010 tidak terdaftar sebagai anggota namun dilibatkan dalam acara ini. Hal ini merupakan wujud kepedulian dokter hewan Indonesia terhadap perkembangan dunia perunggasan. Wujud kepedulian tersebut setidaknya dapat difasilitasi dalam organisasi ADHPI. Secara kelembagaan sendiri, ADHPI merupakan Organisasi Non Teritorial dalam organisasi induk PDHI (Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia).
Dengan posisi ini maka dalam kegiatannya ADHPI tidak terlepas dari aturan main yang berlaku di PDHI. Untuk Anggaran Dasar, ADHPI menggunakan Anggaran Dasar PDHI, meski sesungguhnya AD ADHPI pernah dibuat sendiri pada Munas pertama saat pendiriannya di Yogyakarta pada 2005. Sedangkan untuk Anggaran Rumah Tangga, ADHPI menggunakan ART sendiri yang membedakannya dengan ONT lain.
Anggota Majelis Pendidikan dan Profesi Kedokteran Hewan (MP2KH) PDHI yang juga salah seorang pengurus ADHPI 2005-2010 Dr Drh Desianto Budi Utomo dalam sosialiasi hasil Mukernas PDHI tentang ONT memaparkan tentang ONT PDHI tersebut. Dengan aturan yang dimaktub dalam Hasil Mukernas ADHPI, ONT ADHPI ini mempunyai persimpangan jalan yang dirasakan oleh sebagian besar anggota.
Persimpangan jalan ini adalah apakah ADHPI akan dibawa ke arah sains atau ke arah kepentingan bisnis. Salah satu pendapat misalnya datang dari Drh Wahyu Suhadji Pengurus ADHPI dan juga Pengurus PDHI dari Makassar. Menurutnya yang juga Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Perunggasan (FKMP) Sulsel, ADHPI tidak serta merta hanya bicara sains. Kalau menekankan kegiatan pada bidang sains, menurut Wahyu, sudah ada yang mengerjakan.
Menurutnya peran yang diharapkan untuk ADHPI adalah peran edukasi, peran advokasi, dan peran mengkritisi. “ADHPI harus menjadi garda terdepan untuk advokasi,” katanya.
Contoh pendapat lain datang dari Pakar Patologi FKH IPB Bogor Drh Hernomoadi Huminto MS yang menjadi peserta Munaslub. Ia berpendapat bahwa dari Munaslub itu terasa ada perbedaan dalam pengambilan kebijakan di ADHPI. Bila pendekatan pengambilan kebijakannya berangkat dari sisi ekonomi bisnis, menurutnya tidak mudah. Namun bila pengambilan kebijakan berangkat dari sisi dokter hewan, menurutnya cocok.
Organisasi yang mengurus dunia perunggasan memang begitu banyak baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebutlah sudah ada GPPU (Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas) PPUI (Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia), PPUN (Perhimpunan Peternak Unggas Nusantara), ASOHI (Asosiasi Obat Hewan Indonesia), GPMT (Gabungan Perusahaan Makanan Ternak), Pinsar UN (Pusat Informasi Pasar Unggas Nasional), Forum Komunikasi Masyarakat Perunggasan (FKMP) Sulsel, dsb.
Peran keilmuan dokter hewan perunggasan pada organisasi-organisasi ini tampak sudah menyatu dengan bidang keilmuan yang bukan semata kedokteran hewan, namun juga bisnis. Menurut Drh Hernomoadi, apa yang dituangkan Dr Desianto sebagai wakil dari PDHI sudah mengisyaratkan tentang landasan keilmuan kedokteran hewan yang perlu diperkuat di ADHPI.
Penguatan landasan keilmuan kedokteran hewan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai perangkat organisasi yang dapat mengerucut pada peningkatan kualitas dan kompetensi dokter hewan spesialis perunggasan, sebagaimana dokter hewan spesialis lain sesuai dengan pemaparan hasil Munas PDHI.
Yang pasti, sesuai dengan yang diungkap dalam pertanggungjawaban Ketua Periode 2005-2010, ke depannya ADHPI mendapat tantangan program nasional kualitas perunggasan dan produk perunggasan. Mau ke mana ADHPI? Tentu semua optimis akan keberadaannya. (YR)
Fenomena Meningkatnya Kasus Necrotic Enteritis
Necrotic Enteritis (NE) merupakan jenis penyakit yang belakangan ini fenomenanya cenderung mengalami peningkatan kasus cukup signifikan dilapangan. Kasus NE tercatat banyak menimbulkan permasalahan pada peternakan ayam broiler modern, namun demikian cukup banyak juga dilaporkan terjadi pada peternakan ayam petelur komersial serta breeder (peternakan ayam pembibitan).
Kasus NE secara langsung menyebabkan gangguan fungsi sistem pencernaan, sehingga dinilai sangat merugikan secara ekonomis berkenaan dengan gangguan efesiensi pakan (FCR yang meningkat cukup signifikan) dan gangguan pertumbuhan serta sejumlah kematian. Dari sisi biaya yang harus dikeluarkan oleh peternak ayam broiler untuk pengobatan terhadap NE, untuk setiap ekor ayamnya dapat mencapai antara Rp 400 – 500 tergantung derajat keparahan penyakit, lama waktu pengobatan serta umur ayam saat dilakukan pengobatan.
Necrotic Enteritis merupakan salah satu penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri jenis Clostridium perfringens, dimana tergolong bakteri gram-positif, bersifat anaerobic, umum dapat ditemukan di tanah, litter, debu dan pada level yang rendah ditemukan dalam usus ayam sehat. Clostridium perfringens hanya akan menyebabkan NE bila karena kondisi yang mendukung dalam saluran pencernaan ayam, bakteri tersebut berubah sifat dari type yang tidak memproduksi toksin menjadi type yang mampu memproduksi toksin.
Beberapa type Clostridium perfringens
Terdapat lima type dari Clostridium perfringens (A, B, C, D and E) dimana mampu memproduksi sejumlah toksin seperti toksin: alpha, beta, epsilon, iota and toksin CPE. Alpha toksin dan enzim phospholipase C diyakini sebagai kunci penyebab terjadinya NE. Namun demikian dari studi yang dilakukan oleh pada ahli belakangan ini, isolat dari Clostridium perfringens yang tidak memproduksi alpha toksin tetap dapat menimbulkan terjadinya NE.
Sebagai tambahan, toksin yang disebut NetB belakangan ini diidentifikasi dapat menyebabkan terjadinya NE yang disebabkan oleh salah satu isolat Clostridium perfringens (Anthony Keyburn, CSIRO Livestock Industries Researchers).
Usus dari ayam yang terinfeksi Clostridium perferingens menjadi rapuh dan menggelembung disertai adanya timbunan gas dan lesi-lesi bersifat nekrosis yang menyebar cukup luas disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh Clostridium perfringens tersebut. Pada kejadian yang bersifat akut, sering kali adanya kematian pada ayam yang terinfeksi tidak disertai adanya gejala klinis. Namun demikian pada bentuk yang subklinis, lebih banyak menimbulkan kerugian secara ekonomis berupa gangguan pertumbuhan dan problem efesiensi pakan.
Gejala klinis dan lesi
Gejala awal dari ayam yang mengalami infeksi Clostridium perfringens penyebab NE serikali nampak ayam mengalami diare dengan kotoran agak encer warna merah kecoklatan (seperti warna buah pepaya) disertai dengan cairan asam urat yang keluar bersama feces dan terkadang fecesnya bercampur dengan sejumlah material pakan yang tidak tercerna secara sempurna. Akibat terjadinya diare, litter nampak cepat basah dan cemaran ammonia jadi meningkat cukup tajam ada dalam kandang, sehingga dapat memperparah kondisi sakit dari ayam dan meningkatnya jumlah kematian. Pada ayam broiler, seringkali kasus NE dapat diamati cukup jelas saat memasuki umur 3 (tiga) minggu keatas.
Gangguan pertumbuhan (pertumbuhan melambat) dan problem efisiensi pakan (FCR jadi membengkak) disebabkan karena rusaknya dinding usus oleh toksin yang dihasilkan oleh infeksi Clostridium perfringens, dimana terjadi gangguan penyerapan nutrisi pakan oleh dinding usus. Contoh gambar dibawah menunjukkan tingkatan derajat lesi disebabkan oleh paparan Alpha toksin yang dihasilkan oleh infeksi Clostridium perfringens (derajat lesi dari tingkat 1 – 4), dimana semakin berat derajat lesinya, maka semakin berkurang nutrisi yang mampu diserap oleh dinding usus, sehingga sangat berdampak pada gangguan pertumbuhan dan membengkaknya FCR.
Secara khusus kasus NE yang bersifat sporadik seringkali dapat terjadi pada peternakan ayam, baik pada peternakan ayam broiler (pedaging), petelur komersial maupun breeder, dapat terjadi bila mana tidak digunakannya antibiotika yang berfungsi sebagai growth promoters atau problem infeksi oleh Emeria spp. penyebab Koksidiosis tidak terkontrol dengan maksimal, praktik manajemen pemeliharaan ayam dibawah standar (tidak sesuai dengan keinginan ayam modern), serta pakan dengan kandungan NSP (Non Starch Polisacharida = Karbohidrat bukan Pati) yang cukup tinggi dan sumber protein asal hewani yang cukup tinggi kandungannya dalam sediaan pakan.
Faktor Predisposisi teradinya Necrotic Enteritis serta Manajemen penanggulangan terhadap Necrotic Enteritis Disajikan secara khusus dan lengkap oleh Drh. Wayan Wiryawan Technical Advisor, Malindo Group pada majalah infovet edisi 193/Agustus 2010, info pemesanan dan berlangganan klik disini
CLOSED HOUSE, CARA MODERN TINGKATKAN PRODUKSI BROILER
Ayam pedaging atau broiler lebih bagus hasil produksinya pada kandang sistem closed house daripada ayam petelur dengan sistem sama. Peningkatan teknologi secara menyeluruh berdampak besar bagi peningkatan produksi. Tidak ada kata tidak untuk penggunaan sistem closed house buat pemeliharaan ayam pedaging dengan hasil terbaik.
Inilah suatu cara modern untuk meningkatkan produksi ayam pedaging secara signifikan. Degan cara ini tidak ada gangguan pemeliharaan ayam pedaging karena lingkungan lebih baik, tempat pemeliharaan lebih hemat, kualitas ayam lebih baik, angka kematian rendah, kondisi pertumbuhan ayam merata, dan penampilan ayam yang dihasilkan baik secara maksimal.
Cara ini adalah cara yang sudah dikenal masyarakat perunggasan Indonesia dalam dekade ini, dan kali ini ditegaskan oleh Sales Area Manager PT Sierad Industry Dhanang Purwantoro ST. Tak lain tak bukan, cara ini adalah sistem kandang tertutup atau lebih dikenal dengan closed house yang ternyata lebih banyak digunakan untuk pemeliharaan ayam pedaging dibanding untuk pemeliharaan ayam petelur.
Bagaimana dan mengapa penerapan kandang tertutup lebih banyak khusus pada pemeliharaan ayam pedaging? Menurut Dhanang, secara penelitian, efek kandang tertutup untuk ayam pedaging menghasilkan perbedaan mencolok dibanding kandang postal dan kandang terbuka.
“Keberadaan, fungsi dan manfaat closed house pada prinsipnya tidak peduli kondisi daerah. Pada keadaan lingkungan daerah apapun, secara fleksibel kondisinya dapat diadaptasi oleh kandang tertutup,” tuturnya.
Akan tetapi, untuk pemeliharaan ayam petelur penggunaan kandang tertutup masih diteliti efektivitasnya. Secara keseluruhan, sedikit atau kurang dilakukan penelitian oleh berbagai pihak tentang dampak penggunaan kandang tertutup terhadap pemeliharaan ayam petelur.
Efektivitas pemeliharaan ayam petelur pada dasarnya tergantung produksi telur. Berdasar penelitian di Bali, Malang dan Tuban, penggunaan kandang tertutup untuk ayam petelur tetap berdampak pada pertumbuhan tubuh ayam, kurang berpengaruh untuk peningkatan produksi telur. Dari sedikit penelitian yang ada itu, hasilnya memang, “Ada perbedaan tapi belum signifikan, berbeda dengan untuk ayam pedaging yang hasilnya sangat signifikan atau berbeda nyata,” tegas Dhanang.
Menurut Dhanang Purwantoro, dengan kandang tertutup peternak bisa mengantisipasi segala musim. “Perbedaan musim panas dan musim penghujan dapat diatasi dengan penggunaan kandang closed house,” katanya. Dengan kandang tertutup, kondisi lingkungan bisa diantisipasi dengan baik. Bilamana suhu tidak panas, kondisi ayam tidak bermasalah, open house baik, closed house pun baik.
Hal ini berbeda dengan pemakaian kandang terbuka atau open house. Pada daerah panas seperti di Tuban Jawa Timur yang kondisi suhunya cenderung tinggi pada musim panas, pengaruh suhu panas sangat terasa. Kecenderungan suhu pada saat ini sebesar 32, 34, 37 derajat Celsius. Pada suhu lingkungan setinggi ini, ayam susah untuk berproduksi maksimal.
Sebaliknya pada musim banyak hujan, kelembaban sangat tinggi. Kondisi lingkungan memang antara lain mempengaruhi keberadaan lalat dan lain-lain. Pada peternakan open house kondisi berpengaruh buruk seperti ini sangat terasakan. Sebaliknya, dapat dikurangi dengan pemakaian kandang tertutup.
“Penggunaan closed house tetap efisien untuk menghadapi kondisi lingkungan ini,” ujar Dhanang. Memang pengaruh musim masih ada namun dapat dikata sedikit. Adapun kelembaban udara susah dikendalikan, namun demikian lebih banyak keunggulan kandang tertutup.
Kondisi kandang tertutup yang paling susah mengendalikan kelembaban ini lantaran pengaruh udara luar yang basah, di mana hujan terjadi secara terus-menerus baik siang maupun malam. Untuk menetralisir hal ini bagi kondisi dalam ruang, dibutuhkan heater atau pemanas ruangan untuk kandang tertutup.....................(YR)
Selengkapnya mengenai materi pembahasan diatas silahkan baca majalah infovet edisi 193/Agustus 2010, info pemesanan dan berlangganan klik disini
Broiler kian BERUBAH, bagaimana Manajemennya???
Secara nyata sifat ayam pedaging menurun atau berubah. Kondisi ideal atau keadaan yang tanpa kendala merupakan hal yang tidak mudah ditemui. Maka banyak faktor yang harus diperhatikan agar pertumbuhan ayam pedaging optimal. Tidak bisa dengan memakai manajemen peternak masa sebelumnya, manajemen di kandang menuntut peternak selalu menemukan hal yang baru dan lebih baik.
Technical Support di Tim Marketing PT Sierad Produce Tbk Sidoarjo Drh Mulyanto menyatakan penampilan ayam pedaging sudah berubah seiring dengan kemajuan rekayasa genetika yang diterapkan untuk mencipta bibit ayam pedaging unggul. Pendeknya, ayam pedaging modern telah menjadi hasil rekayasa genetika dengan tingkat pertumbuhan tubuh yang cepat.
Dari tahun ke tahun sifat ayam pedaging terus menyesuaikan perubahan ini. Guna mengoptimalkan kemampuan produksi ayam pedaging ini, sayangnya telah mengorbankan bagian lain, seperti sistem kekebalan tubuh. “Sistem imunologi akan dikorbankan,” kata Drh Mulyanto yang alumnus FKH Unair ini.
PETERNAK HARUS ‘IMPROVE’
“Peternak harus selalu ‘improve’, menyesuaikan dan sampai mendapatkan kecocokan dengan kondisi terbaru,” ujar Drh Mulyanto. Kalau perusahaan pembibitan menetapkan standar-standar tertentu dalam pemeliharaan ayam sesuai dengan masa-masa hidupnya seperti awal pemeliharaan, masa pertumbuhan dan masa panen, penerapan di lapangan, “Lebih membutuhkan kemampuan manajerial dari peternak,” tegasnya.
Lebih baik pada aplikasi di lapangan ini berarti peternak lebih disiplin. Di sisi lain hal ini butuh biaya yang berarti segala penyesuaian di lapangan butuh dana tambahan. Soal penyesuaian di lapangan ini, di antaranya adalah kondisi kandang dan lingkungan kandang yang berpengaruh sebesar 70 persen bagi keseluruhan pemeliharaan hingga produksi atau panen.
Hanya dengan cara ‘improve’ yang berarti memperbaiki, memajukan, mengembangkan, memanfaatkan semua hal yang baik guna perbaikan dan pengembangan seperti yang demikian, peternak dapat mengimbangi upaya-upaya perbaikan genetik ayam pedaging yang telah dilakukan para ahli guna menghasilkan produksi terbaik. (selengkapnya baca majalah infovet edisi 193/Agustus 2010)
MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM PEDAGING DARI A-Z
Karena sekarang genetik ayam pedaging dipaksa harus tumbuh sesuai dengan keinginan peternak, mau tak mau kita jangan memberi fasilitas yang tidak memadai. Fasilitas harus memadai, antara lain, bibit sudah bagus, pakan harus bagus, dan manajemen juga harus bagus. Semua merupakan benang merah tebal, yang patut dipegang keteguhannya dalam manajemen pemeliharaan ayam pedaging dari A-Z.
Adalah Drh A Syaiful Hadi Research & Development PT Sierad Produce Tbk Sidoarjo yang menegaskan kembali tentang kondisi terkini ayam pedaging. Menurutnya, ayam pedaging modern mengalami perkembangan yang sangat signifikan dibanding masa sebelumnya.
Ambillah salah satu tolok ukurnya adalah angka konversi pakan (FCR, Feed Conversion Rate) alias angka daya kecernaan pakan. Diungkap oleh Drh Syaiful Hadi, FCR ayam pedaging yang dulu 2,2 kemudian menjadi 2,1, selanjutnya menjadi 1,9 bahkan saat ini mencapai 1,7. Perkembangan yang sangat drastis di bidang angka kecernakan pakan.
Pertumbuhan ayam pedaging yang berkembang dengan cepat sendiri memang selalu membutuhkan kecukupan zat gizi. Namun sebaliknya, bila zat gizi untuk pembentukan otot dan tulang tidak terpenuhi niscaya akan muncul gejala-gejala kelumpuhan. Maka, perubahan angka kecukupan beberapa mineral dan vitamin selalu mesti diperhatikan. Tak mengherankan, perusahaan pembibitan selalu membuat pencatatan pemberian pakan dan hasilnya pada penampilan ayam, untuk perbandingan penampilan ayam dengan standar penampilan ayam pedaging yang ada.
Manajemen pemeliharaan ayam pedaging dari A-Z berarti manajemen pemeliharaan dari masa DOC dalam pemanasan atau pengindukan buatan sampai masa panen. “Sebaik-baiknya kualitas DOC maupun pakan jika tidak disertai dengan manajemen pemeliharaan yang baik maka penampilan yang dicapai akan tidak optimal dan maksimal,” tegas Drh A Syaiful Hadi.(selengkapnya baca majalah infovet edisi 193/Agustus 2010)
BERHASIL DI PEMELIHARAAN AYAM PEDAGING DENGAN STRATEGI 4-4-3
Empat kunci sukses yang dimaksud adalah indikator bagi indeks prestasi pemeliharaan ayam pedaging yang baik yaitu bila angka konversi pakan (FCR) rendah, berat badan bagus, umur panen pendek, dan kematian kecil. Sementara 4 elemen strategis itu adalah bibit DOC (Day Old Chicken) yang baik, pola manajemen yang terukur dan teratur, pola pakan yang baik, dan program medikasi yang produktif. Ditambah lagi perhatian ekstra untuk 3 fase kritis kehidupan broiler yaitu fase saat ayam umur 0-12 hari, 12-21 hari dan 21 hari sampai panen.
Demikian diungkapkan Aria Bimateja SPt Sales Supervisor PT Sierad Produce Area Pare Kediri Jawa Timur saat ditemui Infovet disela customer gathering Sierad di Blitar.
Menurut Bima, demikian ia akrab disapa, kunci utama kesuksesan peternakan ayam pedaging ditunjukkan oleh kesuksesan di Indeks Prestasi atau Indeks Penampilan (Index Performance, IP). IP yang baik ini ditunjukkan oleh 4 indikator sebagai tolok ukur kesuksesan. 4 indikator bagi IP yang baik adalah bila angka konversi pakan (Feed Conversion Ratio, FCR) rendah, berat badan bagus, umur panen pendek, dan kematian kecil.
“Bagaimana mencapai 4 hal indikator itu semua secara baik? Dibutuhkan 4 elemen strategis,” ujar pria kelahiran 15 Desember 1980 ini. Menurutnya 4 elemen yang strategis itu adalah bibit DOC yang baik, pola manajemen yang terukur dan teratur, pola pakan yang baik, dan program medikasi yang produktif.
Aria Bimateja SPt memberi jaminan bila 4 elemen strategis tersebut dipenuhi secara disiplin, niscaya masalah penyakit ini dapat dieliminir, tertanggulangi dan dicegah. Dan lebih dari itu, 4 kunci sukses pemeliharaan ayam pedaging dapat dipenuhi guna produksi terbaik.
Selengkapnya mengenai materi pembahasan diatas silahkan baca majalah infovet edisi 193/Agustus 2010, info pemesanan dan berlangganan klik disini
ARTIKEL POPULER MINGGU INI
-
Cara Menghitung FCR Ayam Broiler FCR adalah singkatan dari feed convertion ratio, yaitu konversi pakan terhadap daging. FCR digunakan untuk ...
-
Salah satu ciri telur asin yang berkualitas adalah bagian kuning telurnya yang tampak masir. (Foto: Istimewa) Bukan hanya cara menyimpannya,...
-
Sumber: Balitbangtan Kementan Ayam KUB adalah ayam kampung galur (strain) baru, merupakan singkatan dari Ayam Kampung Unggul Balitbangtan. A...
-
Salah satu komponen penting beternak bebek petelur adalah memilih jenis bebek petelur yang tepat. Tingginya produktivitas bukan satu-satunya...
-
Di dunia ini terdapat beberapa jenis ayam terbesar di dunia. Baik dari segi tinggi badannya, ukuran badannya, maupun berat badannya. Di anta...
-
Prof Dr Ismoyowati SPt MP, dari Unsoed, membawakan materi Mekanisme Kemitraan dalam Budidaya Ayam Broiler, dalam webinar Charoen Pokphand In...
-
Artikel ini membahas secara singkat anatomi ayam (struktur tubuh ayam) meliputi bagian tubuh ayam dan fungsinya. Juga organ tubuh ayam dan f...
-
Dalam dunia peternakan bebek, proses penetasan telur menjadi salah satu kunci utama keberhasilan produksi Day Old Duck (DOD). Terdapat dua c...
-
Cara menjadi mitra JAPFA untuk kemitraan ayam pedaging adalah dengan melalui PT Ciomas Adisatwa, yang merupakan anak perusahaan dari PT JAPF...
-
Ayam abang adalah ayam ras petelur yang sudah memasuki masa “pensiun” bertelur. (Foto: Dok. Infovet) Ayam abang menjadi salah satu bisnis “s...
ARTIKEL POPULER BULAN INI
-
Cara Menghitung FCR Ayam Broiler FCR adalah singkatan dari feed convertion ratio, yaitu konversi pakan terhadap daging. FCR digunakan untuk ...
-
Di dunia ini terdapat beberapa jenis ayam terbesar di dunia. Baik dari segi tinggi badannya, ukuran badannya, maupun berat badannya. Di anta...
-
Salah satu komponen penting beternak bebek petelur adalah memilih jenis bebek petelur yang tepat. Tingginya produktivitas bukan satu-satunya...
-
Salah satu ciri telur asin yang berkualitas adalah bagian kuning telurnya yang tampak masir. (Foto: Istimewa) Bukan hanya cara menyimpannya,...
-
Sumber: Balitbangtan Kementan Ayam KUB adalah ayam kampung galur (strain) baru, merupakan singkatan dari Ayam Kampung Unggul Balitbangtan. A...
-
Prof Dr Ismoyowati SPt MP, dari Unsoed, membawakan materi Mekanisme Kemitraan dalam Budidaya Ayam Broiler, dalam webinar Charoen Pokphand In...
-
Artikel ini membahas secara singkat anatomi ayam (struktur tubuh ayam) meliputi bagian tubuh ayam dan fungsinya. Juga organ tubuh ayam dan f...
-
Dalam dunia peternakan bebek, proses penetasan telur menjadi salah satu kunci utama keberhasilan produksi Day Old Duck (DOD). Terdapat dua c...
-
Manajemen pemberian pakan ayam petelur sangat penting. Mengingat biaya operasional terbesar adalah pakan (70-80%). Jika manajemen pakan buru...
-
Cara menjadi mitra JAPFA untuk kemitraan ayam pedaging adalah dengan melalui PT Ciomas Adisatwa, yang merupakan anak perusahaan dari PT JAPF...
ARTIKEL POPULER TAHUN INI
-
Cara Menghitung FCR Ayam Broiler FCR adalah singkatan dari feed convertion ratio, yaitu konversi pakan terhadap daging. FCR digunakan untuk ...
-
Salah satu ciri telur asin yang berkualitas adalah bagian kuning telurnya yang tampak masir. (Foto: Istimewa) Bukan hanya cara menyimpannya,...
-
Prof Dr Ismoyowati SPt MP, dari Unsoed, membawakan materi Mekanisme Kemitraan dalam Budidaya Ayam Broiler, dalam webinar Charoen Pokphand In...
-
Salah satu komponen penting beternak bebek petelur adalah memilih jenis bebek petelur yang tepat. Tingginya produktivitas bukan satu-satunya...
-
Di dunia ini terdapat beberapa jenis ayam terbesar di dunia. Baik dari segi tinggi badannya, ukuran badannya, maupun berat badannya. Di anta...
-
Manajemen pemberian pakan ayam petelur sangat penting. Mengingat biaya operasional terbesar adalah pakan (70-80%). Jika manajemen pakan buru...
-
Sumber: Balitbangtan Kementan Ayam KUB adalah ayam kampung galur (strain) baru, merupakan singkatan dari Ayam Kampung Unggul Balitbangtan. A...
-
Cara menjadi mitra JAPFA untuk kemitraan ayam pedaging adalah dengan melalui PT Ciomas Adisatwa, yang merupakan anak perusahaan dari PT JAPF...
-
Ayam abang adalah ayam ras petelur yang sudah memasuki masa “pensiun” bertelur. (Foto: Dok. Infovet) Ayam abang menjadi salah satu bisnis “s...
-
Di rumah makan Padang, gulai kikil sapi atau yang disebut tunjang, biasanya jadi rebutan pembeli. (Sumber: Detikfood) Olahan kulit sapi dipe...