-->

STRAIN VAKSIN GENETIK REVERSE UNTUK MASA DEPAN

Infovet Edisi 169 Agustus 2008


STRAIN VAKSIN GENETIK REVERSE UNTUK MASA DEPAN

(( Mengapa menggunakan teknologi genetik reverse untuk jenis bibit vaksin masa depan? ))

Secara historis strain lapangan virus LPAI dengan sub tipe yang cocok HA ditumbuhkan pada telur ayam berembrio atau perusahaan yang memenuhi kaidah BSL2; memberikan proteksi yang luas terhadap tantangan virus LPAI dan HPAI; mempunyai potensi keamanan yang rendah untuk infeksi manusia dan konsekuensi yang rendah dengan pengaruh lingkungan.

Secara kekinian strain virus benih HPAI di antaranya strain Legok tahun 2003 dan strain Rusia tahun 2005; membutuhkan fasilitas penyimpanan biologik yang tinggi di mana resiko keamanan ditingkatkan dan kesalahan dapat dikurangi.

Genetik yang berubah dan kekayaan antigenik yang berbeda dari virus antara lain virus AI tipe H5 mengalami perubahan HA yang merupakan versi Eurasian dan variasi genetik didalam kelompok; virus H5N1 Eurasia/Afrika bukanlah sebuah virus tunggal tetapi masih satu garis dalam famili virus; sejak 1996 telah dibentuk secara genetik berdasar pada isolasi geografis dan infeksi spesies kedalam 10 garis.

Demikian disampaikan dalam pertemuan perkembangan dari Proyek OFFLU (OIE/FAO Animal Influenza Network) kerjasama Pemerintah Indonesia dengan FAO/OIE belum lama ini di Jakarta oleh Frank Wong, Anna Axel, Pater Daniels dari AAHL, Geelong, Indi Dharmayanti dari Bbalitvet Bogor, Johannes Oritomo, Dr Andeena dari JAPFA Comfeed, Bhudipa Choudhury dari OOFLU dan Mia Kim dari FAO Roma.

Kesamaan subtipe proteksi HA dengan vaksin AI menunjukkan bahwa khususnya pada tahun 2006 vaksin virus AI yang inaktif digunakan pada ayam melawan HPAI subtype H5N1 bermanfaat untuk mencegah ayam sakit dan mencegah kematian; lalu menurunkan replikasi dan perluasan virus dari sistem pernapasan dan saluran usus. Sifat vaksin HPAI tipe H5N1 melawan virus yang sama ini merupakan satu keunikan yang dapat diidentifikasi secara lengkap resisten terhadap vaksin-vaksin dengan strain tertentu.

Hal tersebut memberi penekanan bahwa kebutuhan untuk mendapatkan strain varian yang dimodifikasi dan aplikasi untuk jenis strain masa depan. Jalan keluar dari berbagai permasalahan tersebut, dibutuhkan vaksin yang secara antigenik lebih baik dan cocok untuk hemaglutinin, secara periodik meningkatkan strain vaksin yang cocok dengan virus lapangan yang cukup mendominasi; diperlukan penggunaan teknologi yang lebih baru seperti genetik reverse untuk strain AI atau teknologi rekombinan untuk vaksin diperantarai virus.

Vaksin AI genetik versi ulang tersebut menggunakan 8 atau 12 sistem plasmid untuk memproduksi virus dengan subtipe HA dan NA yang spesifik; menggunakan genetik internal yang mengijinkan pertumbuhan yang tinggi pada telur ayam.

Di masa depan konsep yang dibutuhkan untuk perijinan dan penggunaan vektor virus adalah virus cacar unggas rekombinan atau strain vaksin penyakit ND; kebutuhan yang dapat diletakkan ulang untuk virus AI yang genetik terkini HA nya.

Persyaratan OIE tentang manual uji diagnostik dan vaksin untuk ternak menyatakan setiap subtype hanya virus AI yang karakterisasinya baik dari tingkat keganasan rendah dianjurkan dari pengujian internasional dan nasional dapat digunakan untuk benih utama yang stabil guna vaksin yang di inaktifkan.

Kebijakan di atas disebabkan oleh karena beberapa alasan yaitu lebih aman untuk bekerja dengan lingkungan LPAI dan ketelitian kerja; manipulasi dari virus HPAI diijinkan hanya pada fasilitas yang ditemukan pemenuhan persyaratan lebih tinggi untuk penyimpanan dan keamanan contohnya divalidasi untuk agen infeksi secara lebih tinggi; umumnya virus LPAI adalah kurang ganas pada embrio sehingga pertumbuhannya lebih baik dan mengijinkan produksi titer tinggi dari virus aktif secara umum.

Beberapa isu yang berkembang antara lain apakah PT. Shigetta IPB merupakan pemilik paten eksklusif untuk H5N1 genetik reverse? Lalu, tentang lisensi untuk medimmune berupa royalti atau biaya per dosis?

Kesimpulannya, vaksin genetik reverse mempunyai tingkat keamanan yang lebih tinggi, keampuhan atau kecocokan, lapangan produksi yang lebih tinggi dan peningkatan yang lebih mudah. Tetapi, soal royalti, paten, dan lisensi butuh untuk dipertimbangkan. (YR/Fj)

38 Lokasi Pabrik Mini Pakan Ternak Dikembangkan Deptan

Edisi 168 Juli



(( Saat ini Indonesia punya 56 pabrik pakan skala besar dan 14 lokasi pabrik mini pakan ternak.))

Pada tahun lalu, Departemen Pertanian (Deptan) telah mengembangkan pabrik mini pakan ternak mini di 14 lokasi yaitu di Kabupaten Ciamis, Cirebon, Sukabumi, Subang, dan Bekasi (Jawa Barat), Kabupaten Magelang, dan Banjarnegara (Jawa Tengah), serta Blitar (Jawa Timur).

Selain itu, di Kabupaten Bangli dan Tabanan (Bali), Sawah Lunto (Sumatera Barat), Bengkulu Utara, Kapuas, dan Hulu Sungai Utara.

Saat ini di Indonesia terdapat 56 pabrik pakan skala besar yang tersebar di delapan provinsi, yaitu Sumatera Utara delapan pabrik, Lampung, empat pabrik, Banten 10 pabrik, DKI Jakarta empat pabrik.

Di Jawa Barat terdapat empat pabrik, Jawa Tengah tiga pabrik, 17 pabrik di Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan dua pabrik.

Kapasitas produksi dari seluruh pabrik terpasang sebesar 11,03 juta ton per tahun.

Guna mengantisipasi melonjakan harga pakan ternak, kini, Deptan pun merencanakan pengembangan pabrik pakan ternak skala kecil ("mini feedmill") lagi pada 38 lokasi di tanah air tahun ini.

Dirjen Peternakan Deptan, Tjeppy D Soedjana, di Jakarta belum lama ini menyatakan, pabrik pakan mini tersebut dibangun di wilayah-wilayah sentra produksi bahan baku pakan seperti jagung dan kelapa sawit.

"Pembangunan pabrik pakan ternak skala mini tersebut untuk melengkapi pabrik yang sudah ada saat ini," katanya.

Pabrik pakan mini tersebut memiliki kapasitas produksi sekitar 3-5 ton per hari, serta investasi sebesar Rp250 juta per unit.

Menurut dia, 38 pabrik pakan mini yang akan dikembangkan tersebut untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak maupun unggas lokal, sedangkan 14 yang telah ada saat ini untuk pakan unggas lokal.

Sementara untuk pabrik pakan besar yang akan dikembangkan di Kabupaten Subang dan Bekasi untuk mencukupi kebutuhan pakan ayam ras dan petelur.

Ketika ditanyakan investasi yang diperlukan untuk pengembangan 38 pabrik pakan mini tersebut, Tjeppy mengatakan, hal itu menjadi kewenangan Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Deptan.

Menyinggung populasi ayam pedaging, tambahnya, tahun 2008 diprediksi naik sebesar 1,5 miliar ekor dari 2007 yang hanya sebesar 1,2 miliar ekor.

Sedangkan produksi pakan ternak diperkirakan mencapai 8,23 juta ton atau naik sekitar tujuh persen dibandingkan tahun 2007 sebesar 7,7 juta ton.

Walaupun Indonesia telah mampu mencapai swasembada daging dan telur, lanjut dia, namun ketergantungan impornya masih tinggi, karena sekitar 70 persen bahan baku masih diimpor, baik pakan, obat, dan teknologi lainnya.

Hal itu menyebabkan peternakan ayam masih tergolong industri yang akan tenggelam karena tidak mengakar pada pasokan bahan baku dalam negeri.

Saat ini peternakan unggas menyerap 83 persen produksi pakan nasional, peternakan babi menyerap enam persen, ruminansia tiga persen, perikanan budidaya tujuh persen, dan lainnya sekitar satu persen.

Dalam budidaya unggas, biaya pakan menempati porsi terbesar atau mencapai 70-80 persen dari total biaya.

Komposisi pakan ternak sendiri terdiri dari 51,4 persen jagung, 18 persen bungkil kedelai, 5,0 persen tepung ikan/MBM, 7,0 persen "corn gluten meal", premiks 0,6 persen, CPO (Crude Palm Oil) dua persen dan selebihnya dedak (limbah penggilingan padi).(Ant/Infovet/YR)

ANTIBIOTIK DALAM PAKAN TERNAK

Edisi 168 Juli


(( Dengan klasifikasi jenis mikro-organisma dalam saluran pencernaan manusia, diketahui peranan penting berbagai genera mikroflora bagi kehidupan makhluk hidup yang dapat diseimbangkan dengan antibiotika. Lalu, mengapa ada pelarangan penggunaan Antibiotik pada pakan ternak? ))


Sejujurnya, dengan berbagai kasus mutu yang kita jumpai di lapangan, Indonesia masih bermasalah dalam soal jaminan pasti bagi konsumen untuk mengkonsumsi produk-produk ternak yang terbebas dari pencemaran?

Makanan sebagai salah satu faktor yang bisa meningkatkan angka harapan hidup suatu negara, masih acap dibelit persoalan kesadaran yang kurang dari para konsumen terhadap produk ternak yang terbebas dari residu kimia (antibiotik, alfatoksin, dioxin) dan mikrobiologi berbahaya (salmonella, enterobacteriaceae dan BSE-carriers).

Acapkali kita mesti menengok dengan apa yang terjadi di negara-negara maju, di mana di sini kualitas kontrol bahan pakan terus dilakukan oleh pemerintah secara berkala melalui system HACCP (hazard analyis and critical control points) sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah tersusun secara sistematis dan disepakati bersama.


Antibiotik dalam Pakan Ternak

Sejak ilmuan berkebangsaan Rusia Metchnikoff (1908) berhasil mengklasifikasi jenis mikro-organisma yang terdapat dalam saluran pencernaan manusia, makin terkuak lebar peranan penting akan berbagai genera mikroflora bagi kehidupan makhluk hidup.

Keseimbangan antara bakteri-bakteri yang menguntungkan dan merugikan dalam saluran pencernaan sepatutnya menjadi perhatian lebih demi terciptanya hidup yang sehat bagi manusia dan produksi yang tinggi bagi ternak.

Keseimbangan populasi bakteri dalam saluran pencernaan
(eubiosis) hanya dapat diraih apabila komposisi antara bakteri yang menguntungkan seperti Bifidobacteria dan Lactobacilli dan yang merugikan seperti Clostridia setidaknya 85% berbanding 15%.

Dengan komposisi tersebut fungsi “barrier effect“ mikroflora yang menguntungkan dalam tubuh makhluk hidup dengan cara mencegah terbentuknya koloni bakteri phatogen (colonisation resistence) bisa teroptimalkan.

Ketidakseimbangan populasi antara bakteri yang menguntungkan dan merugikan (dysbiosis) berakibat turunnya produksi ternak.

Salah satu cara memodifikasi keseimbangan bakteri di dalam saluran pencernaan adalah dengan pemberian antibiotik. Antibiotik dipercayakan dapat menekan pertumbuhan bakteri-bakteri phatogen yang berakibat melambungnya populasi bakteri menguntungkan dalam saluran pencernaan.

Tingginya mikroflora menguntungkan tersebut dapat merangsang terbentuknya senyawa-senyawa antimikrobial, asam lemak bebas dan zat-zat asam sehingga terciptanya lingkungan kurang nyaman bagi pertumbuhan bakteri phatogen.

Namun disayangkan penggunaan antibiotik berakibat buruk bagi ternak dikarenakan resistensi ternak terhadap jenis-jenis mikro-organisme phatogen tertentu. Hal ini telah terjadi pada peternakan unggas di North Carolina (Amerika Serikat) akibat pemberian antibiotik tertentu, ternak resisten terhadap Enrofloxacin yang berfungsi untuk membasmi bakteri Escherichia coli.

Di bagian lain residu dari antibiotik akan terbawa dalam produk-produk ternak seperti daging, telur dan susu dan akan berbahaya bagi konsumen yang mengkonsumsinya.

Seperti dilaporkan oleh Rusiana dengan meneliti 80 ekor ayam broiler di Jabotabek menemukan 85% daging ayam broiler dan 37% hati ayam tercemar residu antibiotik tylosin, penicilin, oxytetracycline dan kanamycin.

Penggunaan senyawa antibiotik dalam ransum ternak pun menjadi perdebatan sengit oleh para ilmuan akibat efek buruk yang ditimbulkan tidak hanya bagi ternak tetapi juga bagi konsumen yang mengkonsumsi produk ternak tersebut melalui residu yang ditinggalkan baik pada daging, susu maupun telur.

Beberapa negara tertentu telah membatasi penggunaan zat aditif tersebut dalam pakan ternak seperti di Swedia tahun 1986, Denmark tahun 1995, Jerman tahun
1996 dan Swiss tahun 1999.

Selanjutnya pada 1 Januari 2006 Masyarakat Uni Eropa berdasar regulasi nomor 1831/2003 menetapkan tonggak pemusnahan berbagai macam antibiotik di mana selama beberapa dekade belakang merupakan substans yang kerap digunakan oleh peternak di berbagai belahan dunia.

Tidak dapat dipungkiri sejak digunakannya antibiotik sebagai senyawa promotor pertumbuhan dalam pakan ternak, telah terjadinya peningkatan pendapatan peternak berkat kemampuan senyawa tersebut mengkonversikan nutrisi dalam pakan secara efisien dan efektif.

Akan tetapi, pelarangan tersebut tidak menyeluruh hanya terbatas pada jenis antibiotik tertentu misalnya avoparcin (Denmark), vancomycin (Jerman), spiramycin, tylosin, virginiamycin dan chinoxalins (Uni Eropa).

Hingga kini, hanya tersisa empat antibiotik yang masih diizinkan penggunaannya dalam ransum ternak pada masyarakat Eropa yaitu flavophospholipol, avilamycin, monensin-Na dan salinomycin-Na.

Berbagai upaya telah dilakukan bertahun-tahun untuk mencari bahan tambahan dalam pakan ternak sebagai pengganti antibiotik yang berbahaya tersebut.


Bahan Aditif Pengganti Antibiotik

Konsep pakan ternak berdasarkan kualitas semata (kebutuhan energi dan protein ternak) mulai ditinjau ulang oleh nutritionis akhir-akhir ini. Tuntutan konsumen akan produk ternak yang sehat, aman dan terbebas dari residu berbahaya telah mengajak ilmuan untuk mencari alternatif sumber-sumber pakan baru sekaligus zat aditif yang aman.

Konsumen rela membayar dengan biaya berlipat demi mendapat makanan yang sehat, aman dan terbebas dari residu kimia. Produk pertanian dan peternakan alami tanpa menggunakan secuilpun bahan kimia dalam bahasa Jerman dikenal “okologische produkte” mulai mempunyai pasar tersendiri. “Feed quality for food safety“ merupakan slogan yang acap di dengungkan dimana-mana pada masyarakat Eropa termasuk Jerman.

Kerja keras berbagai pihak dalam usaha menemukan zat aditif pengganti antibiotik telah membuahkan hasil yang tidak begitu mengecewakan. Senyawa-senyawa aditif tersebut terbukti mampu meningkatkan produksi ternak tampa mempunyai efek samping bagi ternak dan konsumen yang mengkonsumsinya.

Beberapa alternatif zat aditif pengganti antibiotik telah ditawarkan bagi peternak untuk memicu produksi dan reproduksi seperti pro- dan prebiotik, asam-asam organik, minyak esensial (essential oil) dan berbagai jenis enzim. (Samadi/ Inovasi/ YR)

Kehidupan Tanpa Oksigen

Edisi 168 Juli


Seandainya kita bisa masuk ke dalam sebuah kehidupan seperti yang ada di dalam rumen, kita pasti tidak akan bisa bertahan lama. Dalam beberapa detik saja, mungkin kita akan segera merasa lemas karena oksigen yang kita butuhkan untuk bernafas normal tidak tersedia dalam jumlah yang cukup. Justru yang ada melimpah di dalam sana adalah karbondioksida, yang bagi kita adalah racun.
Tetapi tidak demikian halnya dengan makhluk kecil yang bernama mikroba. Rumen, bagian dari lambung depan ternak ruminansia itu, adalah dunia mereka, tempat mereka hidup dan berkembang. Bagi sebagian besar mereka, oksigen tidak perlu. Bahkan sebaliknya, oksigen bagi kebanyakan mereka adalah racun kehidupan. Itu lah kehidupan mikroba di dalam rumen, sebuah kehidupan tanpa oksigen atau anaerob.
Keberadaan makhluk kecil ini menjadi keharusan bagi kehidupan ternak ruminansia seperti sapi, kambing, domba, kerbau, rusa, gajah, unta, dan sebagainya. Makhluk kecil itu hidup dan berkembangan di dalam rumen, dan kehidupan ternak ruminansia hampir tidak mungkin tanpa adanya mikroba rumen. Betapa tidak, karena mikroba ini lah yang menyebabkan sehingga ternak ruminansia dapat memakan rumput seperti yang kita saksikan sehari-hari.
Rumput dan bahan-bahan keras lainnya seperti jerami padi atau dedaunan pohon adalah bahan yang tidak bernilai nutrisi bagi kita, tetapi merupakan makanan yang akan disantap dengan lahap oleh ruminansia. Kita tidak bisa memakan bahan seperti itu, karena sistem pencernaan kita tidak mampu mengolahnya.
Bagi ruminansia, hal itu bukan lah masalah karena adanya bantuan makhluk kecil tadi. Mereka ini lah yang membuat berbagai jenis enzim yang dapat memecah komponen-komponen keras bahan-bahan tadi sedemikian rupa sehingga nutrien yang terkandung di dalamnya bisa tersedia untuk dipakai oleh ternak ruminansia.
Sesungguhnya mikroba rumen dan ternak ruminansia membangun sebuah kolaborasi yang saling menguntungkan dalam kehidupan keduanya. Meskipun mungkin makhluk kecil itu tidak pernah tahu bahwa dunia rumen tempat mereka hidup adalah bagian dari sebuah dunia yang lebih besar, tetapi mereka bisa merasakan bahwa mereka cocok hidup dan berkembang di dalamnya.
Lingkungan yang ada di dalam rumen, seperti temperatur yang hangat, suplai pakan yang teratur, dan ketiadaan oksigen adalah kondisi ideal yang mereka harapkan. Keuntungan ini lah yang disediakan oleh ternak ruminansia bagi mereka.
Demikian pula, ternak ruminansia mungkin tidak pernah tahu bahwa sebuah kehidupan lain yang anaerobik berada di dalam organ tubuhnya, tetapi mereka mendapatkan beberapa keuntungan dari mikroba rumen. Di samping membantu dalam proses pencernaan makanan yang dikonsumsi oleh ternak ruminansia, mikroba itu sendiri merupakan sumber nutrien yang bergizi tinggi bagi ternak ruminansia.
Mikroba rumen menjalankan tugasnya di dalam rumen pada suatu saat, namun pada saat yang lain mereka merelakan tubuhnya untuk menjadi sumber nutrien bagi ternak ruminansia. Pada saat itu mereka harus keluar dari rumen, masuk ke saluran pencernaan setelah rumen hingga kemudian sampai ke usus halus. Sebelumnya, mereka mungkin sudah mati ketika berada di dalam abomasum, yaitu lambung sejati ruminansia, akibat kondisi asam yang tertahankan di sana.
Ketika sampai di dalam usus halus, tubuh yang sudah mati itu diserang lagi oleh enzim pencernaan usus halus sehingga nutrien yang terkandung olehnya kemudian bisa diserap masuk ke dalam jaringan ternak ruminansia. Ternak ruminansia memenuhi sebagian besar kebutuhannya akan protein dan vitamin dari tubuh mikroba rumen.
Kehidupan tanpa oksigen mikroba di dalam rumen, adalah unik dan mengagumkan. Dari luar kehidupan itu tak tampak, tetapi di dalam rumen mikroba juga merupakan komunitas yang sibuk dan hirup pikuk. Jumlah mereka sangat banyak, mencapai ratusan juta. Setiap anggota komunitas itu yang terdiri dari bakteri, protozoa, dan jamur, mempunyai banyak jumlah spesies.
Masing-masing spesies tersebut memainkan peran sendiri-sendiri dalam proses pencernaan. Ada yang bertugas mengurusi karbohidrat serat pakan, ada yang mengkhususkan diri untuk karbohidrat pati, ada yang hanya mau mengurus protein, dan sebagainya. Sering disebut bahwa komunitas mikroba rumen adalah buah konsorsium besar dengan berbagai tugas kompleks dalam proses pencernaan.
Keberadaan mereka di dalam rumen adalah sebuah anugerah yang patut disyukuri. Keberadaan mereka di dalam rumen yang mampu memproses bahan-bahan keras seperti rumput dan dedaunan menjadi salah satu sebab mengapa kita tidak harus berkompetisi dengan ruminansia dalam memperoleh makanan.

Damry (Dosen Jurusan Peternakan Universitas Tadulako, damry_01@yahoo.com)

PRO/PREBIOTIK, ASAM ORGANIK DAN ENZIM

Edisi 168 Juli


(( Penciptaan produk-produk zat aditif baru dengan nilai ekonomis tinggi serta mampu bersaing di pasar masih terbuka lebar bagi industri pakan dengan nilai bisnis yang cukup besar. ))

Beberapa alternatif zat aditif pengganti antibiotik telah ditawarkan bagi peternak untuk memicu produksi dan reproduksi seperti pro- dan prebiotik, asam-asam organik, minyak esensial (essential oil) dan berbagai jenis enzim.

Senyawa-senyawa aditif tersebut terbukti mampu meningkatkan produksi ternak tanpa mempunyai efek samping bagi ternak dan konsumen yang mengkonsumsinya.
Bagaimana menjelaskan masing-masing?


Pro- dan Pre-biotik

Lingkungan menyenangkan untuk pertumbuhan bakteri menguntungkan (penurunan pH dengan memproduksi asam laktat) akan tercipta dengan mensuplai probiotik pada ransum ternak.

Bakteri asam laktat seperti Lactobacillus bulgaricus, Lactobacilus acidophilus, Bifidobacteria thermophilum dan jenis fungi seperti Saccharomyces cerevisiae adalah contoh-contoh probiotik yang telah diproduksi secara komersial.

Probiotik pun dapat mengurangi produksi racun dan menurunkan produksi amonium dalam saluran pencernaan. Fungsi zat aditif ini tidak jauh berbeda dengan antibiotik yaitu mengatur komposisi mikroflora dalam saluran pencernaan.

Adapun prebiotik adalah oligosakarida yang tidak dapat dicerna oleh hewan monogastrik (ayam dan babi). Senyawa ini digunakan sebagai substrat untuk merangsang pertumbuhan bakteri yang menguntungkan seperti Bifidobacteria dan Lactobacilli.

Pemberian 0,1 – 0,5% dalam ransum dapat meningkatkan bakteri yang menguntungkan dan menurunkan populasi bakteri yang merugikan.

Dalam penerapannya, penggunaan pro- dan prebiotik bukan merupakan hal baru dalam dunia peternakan.


Asam-asam Organik

Perkembangan biotekhnologi yang begitu pesat mengilhami industri-industri pakan ternak untuk memproduksi asam-asam organik dalam bentuk komersial seperti asam asetat, propionat laktat dan citrat yang dikemas dalam bentuk cair.

Asam-asam organik sebenarnya diproduksi secara otomatis dalam tubuh ternak melalui proses fermentasi selanjutnya digunakan sebagai sumber energi.

Penambahan asam-asam organik dalam pakan ternak dapat meningkatkan produktifitas ternak. Peningkatan performance ternak terjadi melalui penciptaan lingkungan yang serasi bagi perkembangan mikroflora menguntungkan.

Dengan lingkungan yang menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri tertentu (melalui penurunan keasaman) dapat mengaktifkan serta merangsang produksi enzim-enzim endegenous dan berakibat meningkatnya absorbsi nutrisi dan konsumsi pakan untuk pertumbuhan, produksi dan reproduksi.


Minyak Esensial (Essential oil)

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan keaneka ragaman sumber daya alam hayati. Berbagai hasil penelitian menunjukkan potensi Indonesia melalui penambahan minyak esensial dalam pakan ternak.

Penambahan minyak esensial dalam pakan ternak ini dapat memperbaiki performance ternak melalui meningkatnya nafsu makan ternak, meningginya produksi enzim-enzim pencernaan serta stimulasi antiseptik dan antioksidan dari minyak atsiri tersebut.

Saat ini dikenal lebih kurang 2600 jenis minyak esensial yang dihasilkan melalui ekstraksi berbagai jenis tanaman. Jamak diketahui bahwa setiap tanaman mempunyai komponen bioaktif yang spesifik.

Di dalam tubuh makhluk hidup senyawa bioaktif tersebut mempunyai aktifitas microbial, sebagai antioksidan, bersifat antibotik dan juga meningkatkan kekebalan tubuh.

Beberapa contoh minyak esensial yang terdapat pada tanaman misalnya cinnamaldehyde (cinnamon), eugenol (clove), allicin (garlic) dan methol (peppermint).


Enzim

Walaupun dalam tubuh makhluk hidup enzim dapat diproduksi sendiri sesuai dengan kebutuhan, penambahan enzim pada ransum kadang kala masih dibutuhkan. Saat ini telah terindentifikasi lebih kurang 3000 enzim.

Enzim sendiri merupakan senyawa protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi pemecahan senyawa-senyawa yang komplek menjadi sederhana.

Beberapa faktor menjadi pemicu munculnya kebutuhan ini. Misalnya, antinutrisi faktor pada bahan pakan (lekctins dan trypsin inhibitor), rendahnya efesiensi kecernaan bahan pakan, dan ketidak tersediaan enzim tertentu dalam tubuh ternak.

Xylanase dan ß-glucanase adalah contoh-contoh enzym yang digunakan pada ternak monogastrik untuk meningkatkan daya cerna ternak.

Penambahan enzim protease dapat untuk mengatasi rendahnya kemampuan ternak muda untuk mencerna protein pada kacang kedele (glycin dan ß-conglycin).

Bahan-bahan baku pakan yang kaya karbohidrat seperti gandum, barley, jagung dan lainnya, mengikat unsur phosphor dalam bentuk asam phytat (myo-inositol hexaxy dihidrogen phosphat) sehingga tidak mampu dicerna oleh ternak. Phytase sebagai enzim yang mampu meningkatkan penyerapan posphor dapat dipikirkan sebagai alternatif.

Dengan mensuplai phytase yang berasal dari Aspergillus atau Trichoderma strains dalam ransum ternak dapat meningkatkan ketersediaan phospor, Ca, Zn dan asam amino bagi ternak. Polusi lingkungan melalui Eutropication juga dapat dicegah dengan penambahan phytase dalam pakan ternak.

Penciptaan produk-produk zat aditif baru dengan nilai ekonomis tinggi serta mampu bersaing di pasar masih terbuka lebar bagi industri pakan dengan nilai bisnis yang cukup besar. (Samadi/Inovasi/YR)

PROBIOTIK DALAM PAKAN RANGSANG KEKEBALAN AYAM?

Edisi 168 Juli



(( Sering ada pakar yang benar-benar tidak tahu kondisi lapangan pemakaian Probiotik akan tetapi mengecam produsen Probiotik yang dianggap kurang bermanfaat dan justru membuat bingung peternak. ))

Sebuah pertanyaan yang nakal, akan tetapi justru menjadi menarik oleh karena begitu gencarnya pemakaian probiotik pada peternak ayam sampai saat ini. Sebuah fakta lapangan khususnya di Jawa Tengah dan Yogyakarta bahwa Probiotik sangat akrab dengan paternak ayam dan sapi.
Setidaknya menurut penelusuran Tim Pemantau Lapangan Infovet ada lebih dari 30 merk Probiotik yang beredar di pasaran sampai tahun 2008 ini.
Dalam berbagai kesempatan seminar perunggasan, Infovet memperoleh informasi yang menarik tentang Probiotik. Banyak peternak, pemasar obat hewan, pakan dan vaksin, sering melemparkan pertanyaan kepada para pakar tentang arti, fungsi dan manfaat Probiotik pada ternak.
Sayangnya, jawaban pakar, kurang to the point, bahkan selalu berputar-putar. Akhirnya jawaban tegas tidak keluar dari pakar, dan para penanya menyimpulkan sendri berdasar interpretasi masing-masing.
Menjadi lebih menarik lagi, sering ada pakar yang benar-benar tidak tahu kondisi lapangan pemakaian Probiotik akan tetapi mengecam produsen Probiotik yang dianggap kurang bermanfaat dan justru membuat bingung peternak.
Padahal pakar itu sendiri yang tidak tahu dan kebingungan dengan pertanyaan spontan peserta seminar.”Wong jelas-jelas dia tidak tahu apa itu Probiotik, mbok sudah dengan gentle dan jujur dijawab tidak tahu. Titik. Eee…koq malah muter-muter gak jelas jawabannya. Jadinya kita semakin bingung dengan Probiotik dan kepada siapa kah kita bertanya yang lebih tepat,” ujar seorang TS yan diamini oleh para peternak unggas dalam suatu kesempatan seminar di Solo belum lama ini.
Mungkin hanya Ir Suharto MS seorang Dosen Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta yang dengan tegas menjawab dan menjelaskan apa itu Probiotik dan manfaat. Mengenai manfaatnya, maka Suharto disamping mencoba menjelaskan lebih jelas, sesederhana mungkin apa itu Probiotik, juga mengajak yang kurang jelas untuk melihat bukti dari pemakaian Probiotik itu di farm miliknya.
Selanjutnya kepada Infovet yang mewancarai secara khusus beberapa waktu yang lalu, ia menguraikan secara jelas, gambling dan rasional tentang berbagai tanya yang mengganggu praktisi peternakan salama ini.
“Sebetulnya para peternak tidak ada yang keberatan, bahkan merasa cocok dan diuntungkan dengan pemakaian Probiotik. Hanya terkadang beberapa pekerja kandang merasa memperoleh tambahan pekerjaan yaitu harus mencampur probiotik dengan pakan” ujar Suharto yang merintis pendirian PT Lembah Hijau Multifarm Surakarta sejak 1981.
Menurut Suharto yang juga Komisaris Utama PT LHM Surakarta bahwa fakta dan bukti nyata telah jelas bisa dilihat di LHM Research Station. Untuk sekedar diketahui bahwa LHM Research Station adalah Sebuah Kawasan pertanian terpadu yang dikelola oleh PT LHM.
Lokasi itu memang terbuka untuk umum, guna belajar dan membuktikan potensi pertanian terpadu termasuk juga pengaruh pemakaian Probiotik pada pertanian dan ternak.
Infovet yang sempat bertandang bersama rombongan mengunjungi kawasan pertanian terpadu (peternakan dan hortikultura) yang berlokasi di Sragen dan Sukoharjo itu memang harus mengakui dan harus berdecak kagum.
Apresiasi dan rasa kekaguman itu dirasakan oleh semua rombongan bahkan terus terbawa dalam perjalanan pulang bahkan sampai saat ini. Bagaimana tidak? Sebuah kawasan yang amat mengagumkan dan menjadi sumber inspirasi siapapun akan potensi alam Indonesia yang dahsyat, terutama jika dikelola dengan benar dan intensif.
Hamparan aneka sayuran, tanaman pangan jenis lain juga termasuk padi dan peternakan terpadu menjadikan seolah Indonesia bisa mempunyai ketahanan pangan luar biasa, jika saja ada seribu orang yang melakukan seperti Suharto.
Bukan berlebihan dan mengada-ada, bahwa karya nyata Suharto ini semestinya diikuti pakar yang lain dengan langkah nyata, tidak hanya sekedar bubar setelah seminar atau hanya jagoan di forum seminar semata.
Menurut Suharto, kaitan pemakaian Probiotik terhadap ternak adalah lahirnya efisiensi dan produktifitas ternak. Ia mengambil contoh pada ayam potong maupun petelur, akan menyebabkan konversi pakan membaik.
Artinya ada penghematan biaya. Di samping itu ada peningkatan kualitas produk. Misalnya pada ayam potong, kandungan lemaknya lebih rendah, sebab Probiotik dapat meningkatkan Metabolisme Energi (ME) dan Total Digestible Nutrien (TDN) sehinga imbangan antara portein dan energi lebih bagus.
Namun yang lebih penting lagi adalah aspek keserasian lingkungan dan kesehatan ayam.
Keserasian lingkungan yang dimaksud adalah, udara lingkungan menjadi lebih segar karena kotoran ayam relatif tidak berbau dan berarti tidak ada protes dan keluhan masyarakat.
Selain itu akan mempunyai dampak konservasi atau pelestarian lingkungan, karena kotoran ayam tidak menjadi pencemar lingkungan bahkan kotoran itu menjadi perawat lingkungan dan lebih siap digunakan sebagai pupuk organic.
Terkait khusus dengan manfaat Probiotik sebagai pendorong meningkatknya kekebalan pada ternak, barangkali penjelasan termudah adalah demikian. Seiring dengan udara segar, akibat rendahnya kandungan amoniak dalam kotoran, maka potensi ayam menderita gangguan kesehatan semakin kecil.
Khususnya penyakit pada sistem pernafasan akan dapat ditekan. Otomatis, pertumbuhannya ternak akan bergerak optimal. Termasuk dalam hal ini, tentunya adalah pertumbuhan organ-organ tubuh yang secara langsung maupun tidak langsung pada sistem kekebalan.
Selain itu dengan mekanisme kerja probiotik yang mampu mengefisienkan penggunaan pakan, maka tidak saja peternak menjadi irit, ekonomis dalam biaya produksi, namun sebenarnya telah mendorong ternak ayam memfungsikan seluruh organ tubuhnya secara efisien dan efektif.
Hasil akhirnya tentu saja, telah merangsang seluruh organ yang terkait dengan system kekebalan bekerja optimal. Dengan demikian, pakan yang dicampur dengan probiotik, akan memacu berfungsinya system kekebalan dalam tubuh ayam secara optimal.
Suharto telah membuktikan hal itu, tinggal anda para peternak untuk mengikuti mencari bukti atau puas dengan semakin melangitnya ongkos produksi, akibat lonjakan harga sapronak (pakan,obat dan vaksin,vitamin) dan barangkali upah tenaga kerja. (iyo)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer