-->

ASIA TENGAH: MUNGKINKAH MENCAPAI SWASEMBADA SUSU?

Setelah bertahun-tahun mengalami gejolak, negara-negara Asia Tengah telah memulai rencana untuk meningkatkan pasokan domestik dengan meningkatkan produksi lokal. Tidak diragukan lagi, jalan menuju swasembada di kawasan ini akan penuh dengan tantangan.

Pada tahun-tahun sebelumnya, dari 2022 hingga 2023, pasar susu Asia Tengah dilanda gangguan pasokan, inflasi, dan akibatnya, pembatasan harga. Namun, dorongan untuk swasembada di pasar susu di kawasan ini semakin menguat.

Swasembada Susu Kazakhstan

Swasembada menjadi agenda utama di Kazakhstan, meskipun keanggotaan negara itu di Uni Ekonomi Eurasia (EEU), blok ekonomi yang dipimpin Rusia, telah memperlambat pertumbuhan industri tersebut. Selama 5 tahun terakhir, industri susu Kazakhstan mengalami pertumbuhan produksi, kata Vladimir Kozhevnikov, kepala Serikat Susu Kazakhstan. Sejak 2020, produksi mentega telah melonjak hingga 64%, keju sebesar 49%, dan produksi susu fermentasi sebesar 12%. Ada harapan bahwa tren peningkatan akan meningkat pesat di tahun-tahun mendatang.

Pada awal tahun 2024, otoritas di Kazakhstan meluncurkan rencana untuk meningkatkan jumlah sapi perah sebanyak 100.000 ekor dan produksi susu sebanyak 725.000 ton pada tahun 2029. Pada tahun 2023, Kazakhstan memproduksi 3,4 juta ton susu mentah. Berdasarkan rencana pemerintah, dalam 4 tahun ke depan, negara tersebut harus menggandakan pangsa susu mentah yang diproduksi di peternakan industri menjadi 1,2 juta ton per tahun.

Kirgistan Incar Pasar Baru

Secara historis, Kirgistan selalu menjadi produsen susu yang kuat. Akan tetapi, potensi ekspor di negara-negara tetangga di kawasan pasca-Soviet hampir habis, sehingga mendorong produsen lokal untuk melirik pasar baru yang menjanjikan. Dalam beberapa tahun mendatang, negara tersebut berencana untuk meningkatkan ekspor susu ke Tiongkok, UEA, dan Afghanistan, menurut laporan Persatuan Peternak Ternak Kirgistan, yang mengutip rencana pemerintah.

Sampai taraf tertentu, diversifikasi ekspor merupakan langkah yang dipaksakan. Pada tahun 2023, Rusia memberlakukan larangan sementara terhadap produk susu Kirgistan, dengan alasan masalah keamanan. Karena Rusia merupakan pasar penjualan terbesar, langkah tersebut menempatkan industri di ambang kehancuran. Larangan tersebut dicabut beberapa bulan kemudian, tetapi kebutuhan akan ekspor yang beragam menjadi jelas.

Kualitas Susu Menjadi Sorotan di Uzbekistan

Penggantian impor kemungkinan akan menjadi tren utama dalam industri susu Uzbekistan di tahun-tahun mendatang, sebagaimana diuraikan oleh Akram Talibov, konsultan susu independen, selama konferensi AqAltyn 2024, sebuah acara industri terkemuka yang diadakan pada akhir tahun 2024. Namun, masalahnya adalah negara tersebut tidak membagikan data statistik tentang produksi susu, ungkapnya. Selain itu, pasar Uzbekistan, yang terutama diwakili oleh produk susu nasional seperti kaymak dan airan, masih jauh dari matang.

Talibov mengklaim bahwa ada kekurangan konstan produk susu berkualitas tinggi di pasaran. Industri ini juga menderita kekurangan fasilitas produksi modern dan kebutuhan untuk pengembangan infrastruktur, tambahnya. Pada tahun 2023, Uzbekistan memproduksi 11,97 juta ton susu mentah, yang 2,5% lebih banyak dibandingkan dengan tahun sebelumnya, ungkap kantor kepresidenan Uzbekistan.

Meskipun ada beberapa kemajuan dalam penggantian impor, Talibov mengatakan impor masih memenuhi sebagian besar permintaan di pasar susu Uzbekistan. Pemasok utama adalah Rusia (dengan pangsa 35,8%), Belarus (24,7%) dan Iran (8,4%), menurut estimasinya. Kategori produk impor terbesar adalah keju, produk susu fermentasi, dan susu bubuk.

Penggantian impor di Uzbekistan masih terhambat oleh infrastruktur yang lemah. Selain itu, pertumbuhan produksi susu tertinggal dari pertumbuhan konsumsi. Seperti yang terungkap selama AqAltyn 2024, konsumsi produk susu di negara tersebut melonjak 10% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Turbulensi di Tajikistan dan Turkmenistan

Di Tajikistan dan Turkmenistan, yang merupakan negara terkecil dan termiskin di kawasan tersebut, turbulensi ekonomi terus berlanjut, yang berdampak buruk pada industri susu. Misalnya, di Tajikistan, produksi susu kemungkinan naik 5% pada tahun 2024 menjadi 1,1 juta. Namun, perubahan ini tidak mungkin membuat perbedaan besar karena pasar sedang mengalami depresi di tengah krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Menurut perkiraan Badan Statistik Negara, konsumsi susu di Tajikistan telah turun hingga 40% sejak 2016 dan kini setara dengan 42,3 liter per kapita. Meskipun demikian, pengeluaran rata-rata rumah tangga untuk produk susu melonjak hingga 300% selama 8 tahun terakhir. Sekitar 92% susu di negara ini diproduksi oleh peternakan di halaman belakang, biasanya untuk konsumsi pribadi.

Laporan sesekali menunjukkan bahwa gambaran serupa terjadi di Turkmenistan, meskipun perekonomiannya tertutup dan hampir tidak ada data yang dapat diandalkan tentang produksi dan konsumsi susu. Industri susu di kedua negara kekurangan investasi dalam beberapa tahun terakhir, dan situasinya tidak mungkin berubah dalam waktu dekat.

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer