-->

KINERJA PERUSAHAAN PUBLIK PETERNAKAN 2023 DAN PREDIKSI 2024

Pergerakan saham sektor perunggasan
Pergerakan saham sektor perunggasan (Bloomberg, BRIDS)

Kinerja perusahaan publik peternakan dapat menjadi gambaran kinerja bisnis peternakan secara keseluruhan. Pada 28 Mei 2024 Infovet mengadakan webinar Membedah Kinerja Perusahaan Publik Peternakan 2023 dan Prediksi 2024, dengan nara sumber Victor Stefano, Analis Emiten Agribisnis, Research Analyst BRI Danareksa Sekuritas.

Narasumber
Victor Stefano dan Bambang Suharno (host)
Peserta
Peserta webinar

Share Price dan Performa Finansial Sektor Perunggasan

Pergerakan saham di industri unggas cukup fluktuatif. Dari 2010 sampai 2013 terjadi commodity boom yang menyebabkan harga saham emiten-emiten perunggasan mengalami kenaikan yang cukup signifikan saat itu yaitu hampir tiga kali lipat. Namun kemudian pada 2013 terjadi triple deficit, harga komoditas mulai turun, dan terjadi over supply. Sehingga harga saham tertekan cukup dalam dari 2014 sampai 2015.

Belum begitu lama pada 2020 terjadi wabah Covid-19 yang juga menyebabkan penurunan harga saham yang cukup signifikan. Meski demikian dalam beberapa bulan berikutnya harga saham sudah mengalami kenaikan kembali.

Kondisi terakhir, dari 2022 sampai 2023 emiten peternakan mengalami tekanan yang diakibatkan kenaikan harga bahan baku pakan, yaitu jagung dan soybean meal (SBM). Penyebabnya ada banyak faktor contohnya geopolitik dimana terjadi perang Ukraina dengan Rusia. Naiknya harga bahan baku pakan berakibat kepada rendahnya margin dari perusahaan-perusahaan integrator yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI).

“Jadi kondisi sekarang memang masih belum pulih dari tekanan raw material, harga saham masih belum pulih masih ada relatively di bawah,” kata Victor.

Pendapatan perusahaan emiten peternakan sendiri dari 2013 sampai 2023 terlihat ada kenaikan. Memang ada periode dimana mengalami penurunan yaitu dari 2018 ke 2020. Diakibatkan over supply sehingga pada 2019 mulai banyak dilakukan afkir dini, yang mengakibatkan penjualan turun. Pada 2020 ada Covid-19 yang menyebabkan pelemahan daya beli yang cukup signifikan.

Namun dari 2020 sampai 2023 pendapatan mengalami kenaikan yang cukup stabil. Diperkirakan pendapatan perusahaan-perusahaan emiten peternakan akan terus naik di 2024 dan juga 2025.

“Pendapatannya kecenderungannya naik, tapi untuk keuntungan atau net profit yang didapatkan perusahaan ternyata fluktuasinya lebih tinggi dibanding pendapatannya,” jelas Victor. “Karena di bisnis peternakan ini ternyata marginnya cukup kecil. Jadi pergeseran atau perubahan sedikit dari margin keuntungan akan mengakibatkan net profit atau keuntungan perusahan menjadi fluktuatif.”

Belanja modal perusahaan ke depannya tidak akan terlalu tinggi dan akan lebih diarahkan ke downstream seperti RPA, cold storage, dan processing plant. Sehingga aktivitas di breeding farm akan lebih pelan.

Kinerja Tiga Perusahaan Integrator Terbesar

Quarterly margin sektor perunggasan
Quarterly margin sektor perunggasan (Perusahaan, BRIDS)

Perusahaan integrator perunggasan terbesar di Indonesia antara lain Charoen Pokphand, Japfa Comfeed Indonesia, dan Malindo Feedmill. Ketiganya mempunyai saham yang listed di BEI. Pendapatan ketiga perusahaan tersebut sekitar 40-60% dari penjualan pakan ternak, 20-30% dari broiler atau commercial farming, dari DOC 8-16%, dan sisanya dari bisnis-bisnis lain termasuk makanan olahan.

Kinerja Charoen Pokphand di kuartal pertama 2024 membukukan keuntungan 711 miliar. Kuartal sebelumnya, yaitu kuartal keempat tahun 2023 mengalami kerugian sebesar 357 miliar. Sedangkan kuartal pertama 2023 net profit-nya 241 miliar. Kenaikan keuntungan disebabkan oleh margin yang naik terutama dari DOC dan live bird yang harganya naik cukup tinggi.

Japfa membukukan keuntungan 665 miliar di kuartal pertama 2024. Kuartal keempat 2023 rugi 8 miliar dan kuartal pertama 2023 rugi 250 miliar. Naiknya keuntungan Japfa juga disebabkan kenaikan margin dari kenaikan harga DOC dan live bird.

Malindo membukukan keuntungan 88 miliar pada kuartal pertama 2024. Sebelumnya pada kuartal keempat 2023 keuntungannya hanya 18 miliar. Sedangkan pada kuartal pertama 2023 rugi sebesar 173 miliar. Margin Malindo juga naik karena harga DOC dan live bird yang naik.

Victor mengatakan, “Jadi memang salah satu yang membuat industri poultry ini profitnya naik di first quarter itu karena supply demand yang cukup bagus. Mungkin selain karena ada bansos juga ada efek dari pengurangan produksi, dan juga ada demand yang cukup baik selama bulan puasa di Maret 2024 kemarin.”

Keseimbangan Supply Demand yang Lebih Baik

Korelasi GDP dengan industri perunggasan (BI, perusahaan, BRIDS, berbagai sumber)
Korelasi GDP dengan industri perunggasan (BI, perusahaan, BRIDS, berbagai sumber)

Ke depannya industri perunggasan masih mempunyai prospek yang cukup bagus. Secara ekonomi korelasi antara GDP dengan pendapatan industri perunggasan cukup kuat. Dimana biasanya sekitar 2 sampai 3 kali dari GDP growth akan diterjemahkan menjadi pendapatan.

Diperkirakan GDP growth Indonesia akan ada di sekitar 5-5,1% di 2024 dan di tahun 2025 masih berada di sekitar 5%. GDP growth yang positif akan berdampak positif pula untuk emiten industri peternakan, dimana ekspektasinya pendapatan akan terus tumbuh mengikuti pertumbuhan GDP ke depannya.

Inflasi juga masih relatif cukup stabil di sekitar 2,5-3,5% baik di 2024 maupun 2025. Tidak terlalu tinggi sehingga tidak menyebabkan tekanan di daya beli.

“Belanja modal akan lebih turun di 2 tahun ke depan, karena pemerintah sendiri menurut info yang saya dapatkan akan menurunkan kuota dari impor GPS,” Victor memperkirakan. “Karena pemerintah melihat bahwa kondisi sekarang masih over supply di broiler, jadi permintaan itu ternyata masih cukup lemah.”

Penurunan kuota impor GPS dampaknya tidak langsung tapi baru akan terasa 1 sampai 2 tahun ke depan. Belanja modal perusahaan-perusahaan akan diturunkan juga, karena kapasitas produksi yang mereka miliki saat ini masih cukup untuk memenuhi produksi di 2 sampai 3 tahun ke depan. Efeknya akan positif karena dengan supply yang lebih sedikit akan menyebabkan harga live bird lebih stabil dan memberikan profit untuk perusahaan.

Karena yang menyebabkan perusahaan sering merugi adalah harga live bird yang sering dijual di bawah harga pokok produksi. Sehingga keuntungan perusahaan sering sekali terpakai untuk menutupi kerugian di bisnis commercial farming. Sehingga dengan harga yang lebih stabil ke depan diharapkan profit perusahaan bisa tumbuh, didukung oleh harga broiler yang bagus dan harga bahan baku pakan yang akan turun.

Victor mencontohkan harga live bird di Jawa Barat dari 2020 sampai 2024. Dimana sebelum Covid-19 ada di level sekitar 16-19.000, tapi di awal Covid-19 di 2020 harga jatuh cukup rendah bisa di bawah 15.000.

Setelah Covid-19 ada beberapa kali supply adjustment dengan dilakukannya program culling meski tidak terus-menerus. Hasilnya harga cukup membaik.

Pada Juli 2021 (masa-masa Covid Delta) harga live bird sempat turun cukup dalam namun setelah supply adjusment ada perbaikan. Pada akhir 2023 ada kekosongan supply adjusment sehingga harga cenderung turun lagi. Baru pada 2024 kembali dilakukan supply adjusment, karena perusahaan melihat kondisi demand yang buruk sehingga produksi dikurangi untuk mengurangi kerugian.

“Jadi dengan adaanya supply adjustment di 2024 ini ternyata harga live bird jadi lebih tinggi bisa di atas 20.000. Bahkan sekarang kondisinya masih di sekitar 21.000. Jadi posisi harga yang masih tinggi ini bakal membuat keuntungan dari perusahaan-perusahaan masih cukup tinggi diperkirakan di kuartal kedua tahun ini.” Victor menjelaskan.

Harga Raw Material yang Lebih Rendah Mendukung Margin

Harga jagung lokal 2022-2024 (BRIDS, Kementan, berbagai sumber)
Harga jagung lokal 2022-2024 (BRIDS, Kementan, berbagai sumber)

Harga bahan baku pakan kedudukannya penting karena pakan ternak merupakan salah satu bahan baku utama dari seluruh bisnis perunggasan. Penurunan harga bahan baku pakan akan berdampak positif dan cukup signifikan untuk margin keuntungan perusahaan-perusahaan.

Margin pakan ternak sendiri sebelum Covid-19 perusahaan-perusahaan bisa membukukan rata-rata sekitar 10,4%. Tapi setelah Covid-19 karena kenaikan harga bahan baku pakan menyebabkan rata-rata margin pakan ternak turun ke 8,9%.

Untuk margin breeding farm rata-rata sebelum Covid-19 2,7% dan setelah Covid-19 turun di angka 0,6%. Commercial farming atau broiler, yang memberikan keuntungan paling signifikan untuk perusahaan, sebelum Covid-19 marginnya kurang lebih hampir break event kadang untung kadang rugi, dengan membukukan keuntungan rata-rata 0,2%. Setelah Covid-19 karena rendahnya daya beli masyarakat rata-rata margin keuntungan selama 4 tahun terakhir -2,2%.

Victor memperkirakan harga bahan baku pakan akan turun. Pada 2022 dan 2023 memang terjadi kenaikan harga bahan baku pakan. Dimana harga pembelian jagung rata-rata dari 5.281 naik ke 6.000 di tahun 2023. Karena adanya El Nino yang menyebabkan kemarau ekstrim sehingga jagung banyak mengalami gagal panen.

Pada 3 bulan pertama 2024 harga jagung bertambah parah dengan harga pembelian rata-rata naik ke 7.300 bahkan sempat sempat menyentuh angka 9.000 di bulan Januari.

Victor mengatakan kenaikan harga jagung tersebut masih disebabkan oleh El Nino yang mengakibatkan gagal panen dan juga banyak panen yang mundur. Sehingga di bulan Januari dan Februari jagung lokal produksinya cukup terbatas. Perusahaan-perusahaan peternakan akan membeli jagung di harga berapapun di waktu itu, karena mereka membutuhkan jagung untuk memproduksi pakan ternak baik untuk dijual maupun memberi makan ternak sendiri.

Saat ini El Nino sudah memudar dan harga jagung mulai membaik, sempat turun ke 6.000 di bulan Maret dan bahkan di bawah 5.000 di bulan April dan Mei. BMKG sendiri memprediksi bahwa El Nino akan digantikan La Nina yang tidak seekstrim El Nino. Produksi jagung akan bisa stabil karena kemarau tidak akan terlalu kering dan hujan juga tidak terlalu basah. Harga jagung kalau bisa stabil 5.000 atau di bawah 5.000 akan memberikan margin keuntungan yang lebih bagus untuk perusahaan-perusahaan peternakan.

Untuk soybean meal (SBM) harganya di 5 bulan pertama 2024 cenderung di bawah harga 2 tahun terakhir. Dimana pada 2 tahun terakhir harganya di atas $400 bahkan sempat sampai $500 per tonnya.

“SBM ini kan sekitar 25% atau seperempat dari komposisi pakan ternak di broiler. Sehingga dengan rendahnya harga SBM yang terlihat di 5 bulan pertama ini juga akan memberikan margin keuntungan, karena biaya pakan ternak akan turun sehingga biaya produksi untuk DOC dan broiler juga akan turun.” Victor menyampaikan.

Argentina 2 tahun terakhir ini mengalami cukup banyak gagal panen kedelai. Namun saat ini produksi kedelainya sedang recovery dan produksinya naik. Sedangkan di Amerika Serikat, salah satu eksportir terbesar jagung dan SBM, penanaman kedelai lebih cepat dari jadwal sudah mencapai sekitar 25%. Kedua hal tersebut akan menurunkan harga SBM ke depannya.

Valuasi Saham

“Kalau dari saham sendiri yang penting dilihat itu valuasi,” jelas Victor. “Dimana valuasi ini membandingkan antara harga saham dengan kinerja perusahaan.”

Rata-rata di 5 tahun terkahir untuk price earnings ratio (PE ratio), atau harga saham dibandingkan keuntungan, dari Charoen Pokphand sendiri mempunyai valuasi 30,4 kali. Sedangkan saat ini valuasinya 26 kali.

PE ratio Japfa untuk 5 tahun terakhir adalah 12,4. Sedangkan posisi sekarang ada di sekitar 10.

Untuk Malindo, Victor menggunakan EV/EBITDA ratio, enterprise value to EBITDA (earning before interest, tax, depreciation, and amortization). Yaitu rasio valuasi yang digunakan untuk menilai mahal murahnya suatu perusahaan berdasarkan kemampuannya menghasilkan laba usaha atau kas operasi. Di 5 tahun terakhir terlihat valuasi Malindo adalah 7,4. Sedangkan kondisi saat ini berada di posisi lebih bawah.

Kesimpulannya bisa dikatakan untuk ketiga perusahaan tersebut saat ini masih under value.

“Untuk heatmap-nya sendiri tahun ini kinerja dari perusahaan-perusahaan emiten perunggasan cukup bagus dibandingkan dengan JCI. Dimana sektor perunggasan sudah naik 12% year to date sedangkan JCI negatif 3%, sehingga ada performance sekitar 14% dibandingkan dengan JCI,” jelas Victor.

Namun memang pada 3 tahun atau 5 tahun terakhir, bahkan dari 2014, heatmap emiten perunggasan cenderung banyak merahnya. Tapi ke depan dengan adanya penurukan kuota impor GPS akan mengakibatkan keseimbangan yang lebih baik. Ditambah dengan produksi jagung yang sudah lepas dari belenggu El Nino, recovery produksi SBM di Argentina, dan produksi SBM di Amerika Serikat. Maka diperkirakan keuntungan perusahaan untuk 2 tahun ke depan bisa meningkat signifikan dan hal ini seharusnya juga diikuti dengan pergerakan harga saham yang naik.

“Sehingga memang untuk year to date performance ini menurut kita masih bisa dilanjutkan karena performa yang membaik selama 2 tahun ke depan,” demikian Victor di akhir presentasinya. (NDV)

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer