Indonesian Poultry Business Forum, Rabu (8/6). |
Produksi
daging ayam ras pada tahun 2022 diperkirakan mencapai 3,88 juta ton sementara
total kebutuhan mencapai 3,19 juta ton, maka diperkirakan terjadi surplus
produksi sebesar 689 ribu ton.
Komoditas
telur ayam ras, produksi pada tahun 2022 diperkirakan mencapai 5,92 juta ton
sementara total kebutuhan mencapai 5,31 juta ton. Perkiraan terjadi surplus
sebesar 615 ribu ton.
Hal
tersebut mengemukaka dalam Indonesian Poultry Business Forum (IPBF) mengusung tema “Mitigasi, Penguatan dan Pemerataan Industri Perunggasan
Nasional : Harga Pakan Menggila, dan Masih Perlukah SE Cutting?”. Acara diadakan
secara daring pada Rabu (8/6).
Deputi
Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,
Dr Ir Musdhalifah Machmud MT mengatakan Indonesia ke depan memiliki peluang
untuk dapat melakukan ekspor ke Singapura pasca Malaysia menghentikan sementara
pasokan livebird ke Singapura karena penataaan perunggasan dalam negeri.
Indonesia
ke depan memiliki peluang untuk dapat melakukan ekspor ke Singapura pasca
Malaysia menghentikan sementara pasokan livebird ke Singapura karena penataaan
perunggasan dalam negeri.
Menurut
Musdhalifah, beberapa peluang Indonesia diantaranya ketentuan untuk ekspor ayam
hidup adalah barang bebas kecuali DOC (anak ayam/bibit).
“Selain
itu Indonesia belum pernah ekspor ayam hidup ke Singapura. Saat ini masih
menunggu proses approval-nya Phytosanitary di Singapura,” jelasnya.
Sementara
itu melambungnya harga pakan yang disebabkan oleh kenaikan bahan pakan, menurut
Ketua Umum GMPT, Desianto Budi Utomo PhD setiap perusahaan berbeda tergantung
dari aspek, manajemen bahan pakan dan formulasi serta marketing strategy
dan pricing policy.
Ketua
Komtap Peternakan KADIN, Tri Hardiyanto, dalam acara yang sama menyatakan bahwa
KADIN akan fokus dalam membantu dan mengawal para stakeholder baik dari asosiasi,
peternak dan perusahaan untuk bersama-sama menguatkan perunggasan Tanah Air.
Menanggapi
harga pakan yang begitu tinggi, menurut Tri, tentunya harus menjalankan stratregi
supaya jagung surplus setiap tahunnya. “Kalau jagung sudah surplus, bahkan mau
ekspor ke Malaysia bisa saja. Karena peluang Indonesia sangat besar,” tandasnya.
(NDV)
0 Comments:
Posting Komentar