Webinar Hari Rabies Se-dunia : 2030 Indonesia harus bisa bebas dari rabies |
Target Indonesia untuk terbebas dari rabies pada tahun 2030 dalam pelaksanaannya harus didukung perencanaan yang baik. Target per wilayah dan upaya pengendaliannya juga harus dibuat lebih jelas, sehingga dukungan anggaran untuk pengendalian dapat direncanakan dengan tepat.
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Kementan, Nasrullah pada saat
membuka acara Webinar Hari Rabies Sedunia dengan tema Vaksin Rabies Oral:
Inovasi dalam Pemberantasan Rabies.
Rabies atau penyakit anjing gila masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat dan kesehatan hewan di Indonesia. Tercatat
delapan provinsi dan beberapa kabupaten serta pulau di Indonesia bebas penyakit
ini, sedangkan sisanya masih merupakan wilayah tertular.
"Saya berharap, webinar ini dapat
memberikan masukan untuk upaya yang lebih baik dalam pemberantasan rabies di
Indonesia ke depan," ucapnya.
Dalam webinar yang dihadir sekitar 400 orang
peserta melalui aplikasi Zoom Cloud Meeting dan disiarkan langsung melalui
YouTube tersebut juga hadir Allaster Cox, Kuasa Usaha Kedutaan Besar Australia
di Jakarta. Allaster menyampaikan dukungannya untuk berbagai upaya
pemberantasan rabies di Indonesia. Ia berharap bahwa dengan program Australia
Indonesia Health Security Partnership (AIHSP), kerjasama di bidang ketahanan
kesehatan di antara kedua negara makin kuat.
Webinar yang diselenggarakan selama hampir
tiga jam tersebut menghadirkan berbagai ahli di bidang rabies dan penggunaan
vaksin oral rabies baik di tingkat nasional maupun internasional.
Fadjar Sumping Tjatur Rasa, Direktur
Kesehatan Hewan, Ditjen PKH, Kementan dalam paparannya menyampaikan program dan
strategi pengendalian rabies di Indonesia. Ia mengakui bahwa pengendalian
rabies di Indonesia masih berhadapan dengan berbagai macam tantangan, namun ia
mencatat juga bahwa ada banyak pembelajaran dan kisah sukses pelaksanaan
program ini.
"Beberapa wilayah berhasil kita nyatakan
bebas dari rabies dengan implementasi program pengendalian dan surveilans
intensif. Kita optimistis bahwa dengan dukungan berbagai pihak, khususnya
partisipasi masyarakat, target bebas rabies 2030 dapat kita capai" ungkapnya.
Potensi Penggunaan Vaksin Rabies Oral
Sementara itu, Katinka de Balogh, Senior
Animal Health and Production Officer, FAO Regional Office for Asia Pacific di
Bangkok, Thailand yang mewakili Tripartite FAO/OIE/WHO, menjelaskan tentang
situasi rabies dan tantangan yang dihadapi di kawasan Asia. Tidak jauh berbeda
dengan Indonesia, kawasan regional juga menghadapi permasalahan yang sama,
seperti anjing sebagai penyebab utama penyebaran rabies yang masih
dilepasliarkan, keterbatasan sumberdaya, dan masih rendahnya tingkat vaksinasi.
"Ada potensi penggunaan vaksin oral
rabies untuk meningkatkan tingkat vaksinasi pada anjing," tambahnya.
Karoon Chanachai, Development Assistance
Specialist, Regional Animal Health Advisor, USAID Regional Development Mission
Asia, menyampaikan pengalamannya saat masih bekerja di Pemerintah Thailand
dalam proyek percontohan pemanfaatan vaksin oral rabies untuk meningkatkan
jumlah dan cakupan vaksinasi pada anjing di beberapa wilayah di Thailand.
Karoon memastikan bahwa pelaksanaan vaksinasi
rabies dengan vaksin oral menunjukkan hasil yang menjanjikan.
Hal serupa disampaikan oleh Ad Vos,
Scientific Expert Rabies, Department of Veterinary Public Health, Ceva Sante
Animale, yang memiliki pengalaman puluhan tahun di bidang ini. Ia mencontohkan
beberapa percobaan lapangan yang telah dilakukan di beberapa negara selain
Thailand, yang menunjukkan bahwa dengan penanganan sesuai standar vaksin oral
ini aman dan dapat menimbulkan kekebalan yang diharapkan.
Catatan terkait kemanan vaksin oral rabies
juga disampaikan Gyanendra Gongal, Regional Advisor WHO Regional Office for
South East Asia (SEARO), yang menekankan pentingnya pemenuhan standar
internasional dalam penggunaan vaksin rabies oral.
Dalam ucapan penutupan, Fadjar yang mewakili
Dirjen PKH menegaskan komitmen Kementan dalam mendukung target bebas rabies di
Indonesia dan global pada tahun 2030, dan menekankan pentingnya mempertahankan
daerah bebas serta secara bertahap membebaskan daerah tertular. Ia yakin bahwa
masih banyak yang peduli dan mendukung pengendalian rabies, terbukti dengan
lebih dari 100 pertanyaan/tanggapan pada dua platform yang digunakan.
"Kita akan gaungkan PReSTaSIndonesia
2030, yakni pemberantasan rabies secara bertahap di seluruh Indonesia dengan
target bebas pada tahun 2030," pungkasnya. (INF/CR)
0 Comments:
Posting Komentar