![]() |
Oleh :
Rochadi Tawaf
Dewan Pakar
PB ISPI dan Penasehat PP PERSEPSI
Beberapa hari lalu hari raya kurban dengan tiga hari tasrik,
telah dilakukan pemotongan hewan yang dilakukan oleh orang-orang muslim yang
mampu. Tahun ini, pemotongan hewan kurban berbeda dengan tahun-tahun lalu. Situasi
saat ini, orang menyebutnya sebagai era baru pandemic covid-19 (C-19).
Di era ini, semua sector tanpa kecuali mulai menyesuaikan
diri dengan protocol C-19. Demikian halnya dengan ritual pemotongan ternak pada
saat idul kurban tahun ini. Sesuai dengan Surat Edaran kementrian Agama No. 18 Tahun 2020 dan Surat Edaran Ditjen Peternakan
dan Kesehatan Hewan, No. 00008/SE/PK.320/F/06/2020 Tentang
Pelaksanaan Kegiatan Kurban dalam Situasi Wabah Bencana Non Alam C-19. Keputusan Gubernur Jabar No.
443/Kep.376-Hukham/2020 tentang Protokol Pemeriksaan Penjualan dan
Penyembelihan Hewan Kurban serta Distribusi Hewan Kurban selama Pandemi C-19. Semua
kebijakan tersebut utamanya ditujukan untuk mengendalikan perkembangan virus C-19.
Beberapa fenomena yang terjadi saat ini berkaitan dengan
ritual idul kurban, telah menjadi kendala namun sekaligus merupakan peluang
adalah sebagai berikut:
Pertama, bagi masyarakat yang biasa menyelenggarakan dan
menerima titipan hewan Kurban, khususnya Masjid-masjid yang tidak mememiliki
kemampuan melaksanakan syarat ketentuan potokol C-19 sesuai kebijakan
pemerintah, memilih untuk tidak menerima titipan hewan kurban, karena mereka
menyadari akan resiko yang mungkin terjadi.
Kedua, bahwa dampak pandemic C-19 ternyata telah menurunkan
daya beli Mudhohi (pekurban). Hal ini ditunjukan dengan menurunnya transaksi
jual beli ternak kurban, pada tahun ini dibandingkan tahun lalu. Selain hal
tersebut, menurut informasi dari beberapa pedagang ternak kurban, bahwa omzet
penjualannya tahun ini menurun sekitar 30-50%. Selain itu, telah terjadi pula
fenomena pergeseran pembelian hewan kurban dari yang berukuran besar (mahal) ke
yang lebih kecil (murah). Sesungguhnya,
kebijakan pemerintah mengenai tidak adanya pemberangkatan ibadah haji,
disertai himbauan melakukan ibadah kurban di dalam negeri, merupakan peluang
peningkatan permintaan akan hewan kurban.
Ketiga, bertepatan hari raya kurban jatuh pada hari Jumat. Selain itu pemerintah menghimbau bahwa pemotong
ternak sebaiknya dilakukan di RPH. Kondisi ini menimbulkan jumlah ternak yang
disembelih akan bertumpuk pada hari sabtu dan minggu. kondisi ini, ternyata
dilapangan tidak didukung oleh infra struktur RPH yang memadai, sehingga
lagi-lagi menyulitkan para mudhohi yang
berkeinginan untuk berkurban.
Berdasarkan berbagai fenomena yang terjadi tersebut, kini bermunculan
sistem perdagangan, maupun pelaksanaan dan distribusi hewan Kurban yang
dilakukan secara daring. Sebut saja beberapa perusahaan yang berbasis daring
seperti marketplace nya di Tokopedia,
Bukalapak, Bli-Bli dsb, yang hanya menjual ternak milik orang lain. Selain itu
ada juga perusahaan peternakan yang memiliki budi daya ternak, menyelenggarakan
pemotongan dan juga mendistribusikannya. Kegiatan ini dilakukan secara daring,
oleh perusahaan tersebut.
Era Disruption
Di era pandemic C-19 saat ini, yang bertepatan dengan era
revolusi industry 4.0, disebut juga sebagai era disrupsi. Di era ini, dicirikan
dengan berkembangnya teknologi robotic, dimana berbagai teknologi yang
dihubungkan dengan jaringan internet yang dikenal konsep IoT (semuanya serba
internet atau internet untuk semua). Era ini, sesungguhnya merupakan momentum
strategis bagi setiap sector untuk berinovasi dan berubah guna menyongsong masa
depan. Jika saja kegiatan usaha di sector peternakan tidak berubah atau tidak mengubah
dirinya atau tidak mampu menyesuaikan diri dengan teknologi yang tengah
berkembang, maka dengan sendirinya sector tersebut akan tertinggal.
Konsep dasar yang digunakan dalam teknologi daring pada bisnis
daging sapi adalah transparansi. Dengan konsep transparansi maka akan muncul “kepercayaan”
baik bagi konsumen maupun produsen. Tingkat kepercayaan inilah sebagai titik
awal pertumbuhan dan perkembangan usaha bisnis daging sapi secara digital di
era ini.
Dalam perkembangannya, bisnis peternakan sapi potong telah
terjadi disrupsi pada susbsistem hilir. Perkembangan bisnis daring di subsistem hilir tumbuh sangat cepat
di bandingkan di hulunya. Di era pandemic C-19, beberapa bulan lalu (Bulan
maret sd Juli), telah terjadi pertumbuhan positif bisnis daring daging sapi di sub
sistem hilir yang cukup signifikan. Bahkan, omzetnya ada yang tumbuh mencapai
600%. Kecepatan pertumbuhan ini, tidak mampu diimbangi oleh pertumbuhan subsistem
hulu dan budidaya. Sehingga telah terjadi
disrupsi inovasi terhadap bisnis budidaya sapi potong di dalam negeri.
Ketidak mampuan produksi domestik untuk memenuhi kebutuhan konsumen
telah di manfaatkan dan di intervensi oleh daging impor yang
mendistorsi pasar daging domestik. Fakta ini merupakan bukti bahwa
negeri ini sudah berada di posisi kondisi
keterperangkapan pangan daging sapi. Yaitu, kondisi dimana ketergantungan terhadap
daging impor untuk memenuhi kebutuhan konsumen di dalam negeri semakin membesar.
Tebar Kurban
Tebar Kurban (istilah dari PT Agro Investama), merupakan
konsep bisnis pemasaran hewan kurban secar daring, yang terintegrasi dari subsistem
hulu ke hilir secara kaptif (closed loop
business). Dimana fungsi subsistem hilir sebagai lokomotif akan mampu
menarik dan menggerakan gerbong budidaya untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang
sangat transparan. Setiap pelaku bisnis sebagai aktor dalam system rantai pasok
nya telah mampu menjalankan fungsi dan perannya, sehingga melahirkan efisiensi
produksi, dan produk yang dihasilkan memiliki daya saing tinggi.
Konsep tebar kurban, mampu meyakinkan mudhohi (dimana saja
mereka berada tanpa batas ruang dan waktu) untuk membeli hewan kurban dengan
spesifikasi harga, kualitas dan kuantitasnya yang transparan. Pemotongan ternak
dapat disaksikan pula melalui jaringan internet dalam waktu yang ditentukan
atas kesepakatan. Demikian pula, pengelolaan pasca potong dan distribusi tepat
sasaran (sampai ke mustahik) dapat diketahui dengan sangat jelas melalui pemberdayaan
pola distribusi yang ada. Misalnya, memanfaat jaringan Go Send pada aplikasi ojek online. Kesemua program ini menggunakan sistem
aplikasi yang dirancang dan mampu meyakinkan mudhohi untuk mengetahui proses
ritual kurban, sejak membeli ternak,
penyembelihan hingga distribusinya sampai ke mustahik. Hal ini
dibuktikan dengan semakin banyaknya jumlah mudhohi dalam mengikuti program
tebar kurban secara daring dari tahun ke tahun.
Kiranya konsep tebar kurban secara daring dapat dijadikan
inspirasi pengembangan sistem bisnis masa depan di sector peternakan yang mampu
menggerakkan subsistem budidaya. Sehingga konsep ini merupakan salah satu solusi pengendalian disrupsi inovasi
seperti yang tengah terjadi pada kasus bisnis daging sapi saat ini…. Semoga.