![]() |
Ilustrasi susu sapi (Foto: Pixabay) |
Menteri
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki menyebutkan tiga masalah
yang menghambat produksi susu sapi Indonesia. Kondisi tersebut membuat
kebutuhan susu masih didominasi oleh produk impor.
Teten mengatakan tiga masalah tersebut adalah bibit sapi yang tidak produktif,
minimnya ketersediaan lahan untuk pakan, serta permodalan. Hal ini yang membuat
selisih antara konsumsi dan produksi susu masih tidak seimbang.
Imbuhnya, konsumsi susu mencapai 9 juta ton per tahun. Sedangkan dari data
Badan Pusat Statistik, produksi susu sapi 2018 hanya 909 ribu ton. "Mereka
(peternak) pernah jaya, tahun 1998 kemudian turun karena ada beberapa problem,”
kata Teten di Jakarta, Kamis (26/12/2019).
Guna meningkatkan produktivitas, sambung Teten, perlu peremajaan bibit agar
menghasilkan sapi yang produktif. Selain bibit, pemerintah juga membuka kans
impor sperma sapi untuk mendapatkan jenis yang bagus.
Lebih
lanjut, Teten menjelaskan saat ini mayoritas peternak kecil telah memiliki
koperasi sehingga semakin memudahkan untuk mendapatkan bantuan modal.
“Kelembagaannya sudah bagus tinggal genjot produksi,” kata dia.
Menurut
Teten, masih ada ruang besar bagi peternak untuk memacu produksi lantaran konsumsi
masyarakat terus bertambah. Dia juga akan menggandeng Kementerian Pertanian
untuk terus mencari cara manambah pasokan komoditas pangan.
“Kalau permintaannya masih tinggi karena
industri susu ini tumbuh 15% setahun,” ujar Teten.
Dari
data BPS, produksi susu segar nasional pada 2018 turun 2% menjadi 909,6 ribu
ton dari 928,1 ribu ton pada 2017. Padahal sejak tahun 2014 produksi susu segar nasional selalu
meningkat. (Sumber: katadata.co.id)