![]() |
Foto: Dok. Kementan |
Sukarman,
pengurus PPRN (Paguyuban Peternak Rakyat Nasional) sekaligus Ketua Koperasi
Putra (Koperasi Peternak Unggas Sejahtera) Blitar menuturkan, kebijakan
Kementerian Pertanian saat ini dirasakannya berdampak terhadap keberlangsungan
usahanya.
“Blitar
memiliki 4.200 peternak dengan populasi ayam layer sekitar 19 juta ekor dan
produksi telur mencapai 650 ton per hari,” demikian disebutkan Sukarman, Selasa
(27/11/2018) di Blitar.
Menurutnya
selama ini peternak di Blitar merasa banyak dibantu oleh Kementerian Pertanian
(Kementan), dalam hal ini Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH).
"Saat
harga telur jatuh pada tahun 2017 hingga mencapai Rp.13.500,- Kementan langsung
datang, bahkan Dirjen PKH atas instruksi Bapak Mentan datang sendiri sampai 3
kali ke Blitar", sebutnya.
Lanjut
dia, Sukarman menjelaskan bahwa untuk mengatasi penurunan harga telur tersebut,
Kementan mengundangnya ke Jakarta dan dilibatkan dalam penyusunan kebijakan
perunggasan di sektor hulu hingga terbit Permentan 32 tahun 2017.
"Untuk
mengakomodir suara kami, Kementan merevisi Permentan sebelumnya menjadi
Permentan No. 32 tahun 2017, dimana dalam Permentan tersebut diatur pembagian
DOC layer, dimana peternak mandiri mendapatkan DOC 98% dan integrator cuma 2%,
bahkan integrator tidak boleh menjual telur di pasar becek", ungkap
Sukarman.
Imbuhnya, produksi telur sebelumnya agak jelek karena banyak
ayam yang afkir, hingga harga telur setelah lebaran kembali mengalami penurunan
sekitar Rp.15.500 - Rp. 16.000,-.
Menyikapi
hal ini Dirjen PKH kembali turun ke lapangan dan menghimbau agar ayam yang
sudah tidak berproduksi untuk diafkir. "Saat ini yang berproduksi adalah
ayam-ayam muda dan sudah berproduksi maksimal", ungkap Sukarman.
Dalam dua minggu ini, kata Sukarman, harga telur ayam telah membaik yaitu berkisar antara Rp 19.500-Rp 20.000, sebelumnya sekitar Rp 16.000,-.
"Harga
saat ini sudah sesuai dengan harga acuan yang ditetapkan oleh Pemerintah
melalui Permendag No 96 Tahun 2018 yakni Rp 18.000,- hingga Rp 20.000,-",
ucap Sukarman.
Menambahkan, jika jumlah anggota koperasinya saat ini ada 350 peternak,
sedangkan anggota dari assosiasi PPRN banyak sekali. Rata-rata kepemilikan
ayamnya 3.000 - 10.000, bahkan ada yang ratusan ribu.
Saat
ini, PPRN juga bekerjasama dengan DKI Jakarta melalui MoU yang ditandatangani
antara Bupati Blitar dan Gubernur DKI Jakarta.
"Kami
akan mensuplai telur ayam ke Food Station
sebanyak 150.000 ton hingga 200.000 ton per bulan", terangnya.
![]() |
Foto: Dok. Kementan |
Selain
itu juga Blitar saat ini sedang membangun kerjasama dengan Kabupaten Majene
untuk mensuplai telur, dan sebaliknya Kabupaten Majene akan mensuplai jagung ke
Blitar.
Blitar
merupakan basis terbesar produksi unggas dan produk turunannya di tingkat
nasional. Sebanyak 4.321 keluarga di sana terlibat aktif dalam peternakan
unggas layer (petelur). Di sana mereka memenuhi kebutuhan pakan unggas berupa
jagung dan tanaman pangan lainnya secara mandiri dari pertanian lokal. Dari
7.600 ton produksi telur nasional, 40 persennya dihasilkan dari Jawa Timur. (Sumber:
Rilis Kementerian Pertanian)