Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Fiber Cracking Technology: Solusi Tingkatkan Kualitas PDS untuk Pakan Ternak | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Fiber Cracking Technology: Solusi Tingkatkan Kualitas PDS untuk Pakan Ternak

Pelepah Daun Sawit yang bisa dimanfaatkan lebih baik menggunakan mesin FCT.
Indonesia harusnya bisa lebih kaya dan makmur jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya di dunia. Betapa tidak, kekayaan alam yang melimpah-ruah ditambah lagi dengan bentangan perkebunan kelapa sawit, perkebunan karet dan beragam macam produk alam yang didapat dari perut bumi. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa jika berbicara soal kekayaan Indonesia maka bisa diurai sumbernya, perut bumi menghasilkan beraneka ragam produk tambang, seperti minyak bumi, emas, perak, perunggu dan lainnya. Lalu dari permukaan bumi yang ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan yang dapat dimanfaatkan dan dari angkasa raya dengan sinar mataharinya yang disebut sebagai sumber energi dapat mengalahkan sumber energi yang ada saat ini. Nah, yang menjadi pertanyaan adalah apakah semua aset yang dimiliki tersebut telah dinikmati oleh hampir 250 juta jiwa penghuni bumi pertiwi ini?

Kelapa sawit (Elaeis) merupakan satu dari sekian banyak aset yang dimiliki Indonesia. Tumbuhan industri ini penting keberadaannya karena sebagai penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar atau biodiesel. Perkebunan kelapa sawit menghasilkan keuntungan besar, baik yang dikelola oleh Pemerintah melalui PTPN, swasta maupun individual, sehingga banyak hutan dan perkebunan lama yang dikonversikan menjadi perkebunan kelapa sawit.

Perkebunan kelapa sawit Indonesia terbentang luas di sepanjang Pulau Sumatera. Populasi pohon kelapa sawit terbanyak ditemui di Provinsi Nanggroe Aceh Darrussalam, Sumatera Utara, Riau dan Jambi. Perkebunan kelapa sawit juga menyebar ke beberapa daerah di luar Pulau Sumatera, seperti Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Produk utama dari kelapa sawit adalah minyak dan sederetan produk turunannya.

Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang peternakan, bagian dari kelapa sawit, yakni Pelepah Daun Sawit (PDS) banyak dilirik untuk dijadikan sebagai bahan pakan ternak ruminansia. Pemanfaatan PDS sebagai bahan pakan ternak ruminansia memiliki alasan yang kuat, yakni PDS masih digolongkan ke dalam kelompok hijauan berserat. Namun, sejauh ini penggunaannya masih terkendala dengan adanya ikatan karbohidrat kompleks berupa lignoselulose dan lignohemiselulose, sehingga pemanfaatannya sebagai sumber energi masih belum maksimal. Hal tersebut seperti disampaikan Rakhmad Perkasa Harahap, salah satu peserta Seminar Internasional The 8th Annual Basic Science yang diselenggarakan oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Brawijaya, di Ijen Suites Resort & Convention Malang, Jawa Timur, 6-7 Maret 2018.

Rakhmad Perkasa Harahap bersama mesin FCT.
“Pelepah Daun Sawit sejatinya telah dimanfaatkan sebagai pakan sapi dan ternak ruminansia lainnya, baik yang diolah terlebih dahulu maupun diberikan langsung setelah dicacah atau dipotong-potong agar mudah dikonsumsi oleh ternak,” ujar Rakhmad kepada awak Infovet.

Menurut mahasiswa semester akhir Sekolah Pascasarjana (SPs) IPB Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan ini, pemberian PDS pada ternak ruminansia sebaiknya dilakukan setelah melalui proses, misalnya amoniasi. Namun sejauh ini banyak peternak yang mengeluhkan dalam proses pembuatan amoniasi tersebut, terutama terkait waktu pembuatan dari awal hingga panen. “Selain amoniasi, penambahan enzim selulase, pengolahan dalam bentuk silase dan penggunaan white root fungi dapat dilakukan, namun proses pengolahan tersebut membutuhkan waktu lama, yakni sekitar 30 hari,” ucapnya. Ia pun menawarkan solusinya dengan penggunaan Fiber Cracking Technology (FCT).

FCT merupakan mesin pengolahan pakan yang berfungsi memecah ikatan karbohidrat kompleks, yaitu lignoselulose dan lignohemiselulose, sehingga selulose dan hemiselulose dapat digunakan sebagai sumber energi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak ruminansia. FCT pertama kalinya diperkenalkan oleh Dr Anuraga Jayanegara, Dosen Fakultas Peternakan IPB. Alat ini ditujukan untuk mengolah bahan pakan berserat tinggi sehingga edible untuk ternak ruminansia. “PDS dapat digunakan sebagai bahan pakan yang berpotensi secara kuantitas, namun persentase penggunaannya masih rendah, yakni sekitar 30% di dalam formulasi pakan ternak ruminansia, sehingga dibutuhkan proses pengolahan untuk meningkatkan utilitas PDS tersebut,” kata Rakhmad.

Penggunaan FCT untuk mengolah PDS menjadi bahan pakan yang disukai dan berkualitas tinggi dapat disukai oleh peternak. Hal ini dikarenakan durasi pengolahannya jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan jenis pengolahan lainnya. Hanya membutuhkan 2,5-3 jam, PDS sudah dapat disajikan pada sapi atau ternak ruminansia lainnya.

Mekanisme kerjanya pun sangat sederhana, Rakhmad menjelaskan, sama halnya dalam proses amoniasi, proses pemanfaatan urea untuk memecah fraksi serat. Prinsip kerja FCT itu sendiri adalah memanfaatkan suhu dan tekanan tinggi. PDS ditambah dengan larutan urea 3% BK dimasukkan ke dalam FCT, lalu suhu diatur sampai dengan 135°C dengan tekanan 2,5 atm selama 2,5-3 jam, suhu dan tekanan tinggi tersebut dapat merusak jaringan sel tanaman tempat ikatan lignohemiselulose dan lignoselulose, kemudian larutan urea kimia berperan dalam memecah ikatan tersebut.

Dari hasil penelitian FCT yang dipaparkannya di Seminar Internasional The 8th Annual Basic Science, terlihat bahwa kandungan lignin mengalami penurunan yang berdampak pada penurunan serat kasar, sehingga penggunaan PDS dalam formulasi pakan ternak ruminansia dapat mencapai 60% lebih tinggi dari model pengolahan lainnya. Rakhmad pun merekomendasikan penggunaan PDS hasil FCT 60% ditambah konsentrat mix 20% dan Indigofera sp. 20%, karena menggambarkan hasil yang terbaik dalam meningkatkan produktivitas ternak. (Sadarman)

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer