Sepuluh tahun sudah pameran industri
agribisnis atau yang akrab disebut Agrinex Expo diselenggarakan pada 1-3 April
2016, di Jakarta Convention Center (JCC). Kali ini acara yang sukses berjalan
dari tahun ke tahun ini
mengambil tema “Agribisnis, Berkeadilan, Berdaulat
dan Berkelanjutan”.
![]() |
Pembukaan resmi pameran Agrinex Expo ke- 10 dengan penekanan sirene bersama. |
Seperti
diungkapkan oleh Ketua Panitia Penyelenggara, Rifda Ammarina, tema acara kali
ini bertujuan mewujudkan agribisnis yang berkeadilan
dalam arti petani bebas memilih tanaman apa yang mereka inginkan, karena
informasi potensi keuntungan dan pasar yang lebih baik, kemudian adanya
kemudahan akses kepada benih, pupuk, air, pembiayaan, infrastruktur dan pasar.
Lalu
berdaulat pangan, menurutnya, sebagai bangsa seyogianya tidak bergantung pada
impor pangan, terutama di saat iklim ekstrim bahkan peperangan sekalipun.
Sedangkan berkelanjutan, lanjut dia, merupakan harapan implementasi program
yang tuntas walaupun terjadi pergantian kepemimpinan, sehingga pelaku usaha
terutama petani tidak di rugikan dan hasil yang diharapkan bisa terwujudkan.
Kendati begitu,
sejauh ini kebutuhan produksi pangan dalam negeri masih menemui kendala, salah
satunya adalah minimnya ketersediaan lahan, seperti yang dikatakan oleh Menteri
Agraria dan Tata Ruang (ATR), Ferry Mursyidan Baldan.”Saat ini masalah utama
dalam industri agribisnis adalah lahan. Kalau agribisnis tidak memiliki lahan
bagaimana mereka bisa hidup,” kata Ferry saat memberi pembukaan acara 10th Agrinex
Expo, Jumat (1/4).
![]() |
Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR), Ferry Mursyidan Baldan (tengah) saat mengunjungi stand pameran buah-buahan, di Agrinex Expo ke-10. |
Ia menyebut, pihaknya sendiri terus berupaya
meningkatkan akses sektor pertanian terhadap lahan. “Tanah ini kita berikan
sertifikat untuk memastikan kepemilikannya. Sertifikat ini bisa diagunkan ke
bank untuk tambahan modal. Sehingga petani punya modal yang cukup,” ujarnya.
Untuk itulah
lahan agribisnis masih perlu diperhatikan, karena saat ini masih banyak lahan
yang belum dimanfaatkan dengan baik. Sebab lahan merupakan jantung penopang
hidup agribisnis. “Saya ingin membuka akses terhadap kebutuhan lahan, karena kan dalam pengembangan produk itu
pertanian, lahan menjadi tempat kesejahteraan. Banyak negara bisa menggunakan
tanah negara,” tukasnya.
Dengan begitu,
diharapakan dari suksesnya pameran ini bisa menjadi rekomendasi pemerintah
dalam membuat kebijakan guna meningkatkan produksi pangan dalam negeri, sehingga
tercapai kedaulatan pangan nasional.
Sebagai
informasi, Agrinex Expo yang diselenggarakan selama tiga hari ini banyak
menampilkan beragam produk agribisnis mulai dari yang kecil hingga yang besar,
turut pula diselenggarakan kegiatan cooking
class (demo memasak), yang memberi pemahaman mengenai makanan yang mudah
diolah serta menyehatkan untuk dikonsumsi, kemudian juga menggelar
seminar-seminar seputar agribisnis terkini di Indonesia. (rbs)