Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Alltech Indonesia Tunjuk Marketing Coordinator Baru

Alltech dengan bangga mengumumkan penunjukan Vinda Amelia Sari untuk menjadi Marketing Coordinator, Indonesia, yang berbasis di Jakarta. Matthew Smith, wakil presiden Alltech Asia Pasifik, mengatakan, "Kami sangat senang menyambut Vinda ke tim kami. Kami percaya dia akan membawa seperangkat keterampilan baru dan energi untuk posisinya."
Vinda Amelia Sari bergabung dengan Alltech Indonesia
sebagai Marketing Coordinator.
Vinda memegang gelar sarjana komunikasi massa dari London School of Public Relations - Jakarta. Sebelum bergabung dengan Alltech, dia menghabiskan lima tahun dengan BASF, bertugas di corporate communications sebelum dipromosikan ke branding, communication and market intelligence executive untuk divisi perlindungan tanaman.
Sebagai koordinator pemasaran Alltech Indonesia, Vinda lebih lanjut akan mengembangkan strategi pemasaran perusahaan untuk Alltech Indonesia, berkolaborasi dan memperluas untuk memberikan dukungan kepada semua pelanggan di Indonesia untuk membantu mereka menjadi lebih sukses.
"Saya senang menjadi bagian dari Alltech," kata Vinda. "Saya berharap untuk bekerja dengan tim untuk mendukung keberhasilan pelanggan kami." (alltech/wan)

TEKNOLOGI BIOREAKTOR UNTUK PRODUKSI VAKSIN LEBIH EFISIEN

Pemanfaatan teknologi bioreaktor mulai banyak diterapkan oleh produsen vaksin dunia dibanding dengan cara konvensional. Karena metode ini dinilai memberikan manfaat penekanan biaya produksi dan menghasilkan vaksin dalam jumlah lebih banyak dengan waktu yang lebih singkat.
CelCradleTM System dari VacciXcell

Vaksin merupakan salah satu produk bioteknologi yang terbuat dari sel virus. Vaksin diproduksi pada skala besar dengan mengkultur sel virus di dalam reaktor berpengaduk. Namun, sifat sel yang sensitif membuat sel mudah rusak saat terjadi pengadukan. Maka untuk mengatasi hal ini digunakan reaktor airlift yang menggunakan udara sebagai agitator dan aerator.
Demikian sedikit intisari dari seminar Kultur Sel yang diselenggarakan oleh PT Esco Utama bekerjasama dengan prinsipalnya VacciXcell Singapore. Seminar yang diselenggarakan pada Rabu, 11 Mei 2016 ini bertempat di Hotel Santika TMII dan diikuti oleh puluhan anggota Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) perwakilan perusahaan produsen vaksin hewan. Serta ada pula beberapa ahli dan tenaga laboratorium dari lembaga penelitian dan Fakultas Kedokteran Hewan di Indonesia. Acara dipandu oleh Eka M. Wiyanto, Sales Executive PT Esco Utama.
Seminar mengangkat tema "Kebutuhan Bioreaktor di Negara Berkembang: Pandemik Zoonosis", menghadirkan pembicara pakar Min Kyung Kim (Korea),  Xiang Liang Lin (Singapore) dan Ching Ming Chang (Taiwan). Materi yang disampaikan meliputi konsep dasar bioprocessing, bioreaktor untuk teknologi vaksin hewan (aplikasi bioreaktor pasang surut VacciXcell untuk industri vaksin hewan-flu burung, rabies, JEV, flu babi), serta pengenalan grup perusahaan Esco, VacciXcell, produk dan layanan purna jualnya.

Foto bersama seluruh peserta seminar dengan narasumber dan Tim dari PT Esco Utama. 
Teknologi Bioreaktor
Menurut President VacciXcell Mr. Xiang Liang Lin kebutuhan akan vaksin hewan di dunia belakangan ini meningkat pesat seiring banyak terjadinya wabah penyakit hewan yang meluas (pandemik) dan bersifat zoonosis.
Sementara proses produksi vaksin dengan teknologi konvensional menggunakan telur ayam berembrio (telur SPF/Specific Pathogen Free) memiliki banyak kelemahan di antaranya membutuhkan waktu lama dan menyebabkan beban biaya tinggi sehingga berdampak pada relatif mahalnya harga vaksin hewan yang dihasilkan.
Dalam menghadapi kondisi pandemik penyakit hewan terutama yang bersifat  zoonosis (yang dapat menular dari hewan ke manusia) diperlukan jumlah vaksin yang lebih banyak  dan lebih cepat dalam pembuatannya dan tentu dengan harga yang terjangkau mengingat pandemik penyakit hewan juga banyak terjadi di negara miskin dan negara berkembang.
“Untuk itu, kini teknik dengan  menggunakan perangkat bioreaktor menjadi pilihan dalam memproduksi vaksin hewan. Berbagai produsen vaksin hewan berskala besar pun kini mulai banyak beralih mengaplikasikan teknologi bioreaktor, karena cara ini dinilai bisa menekan biaya produksi dan dapat menghasilkan vaksin dalam jumlah lebih banyak dengan waktu yang lebih singkat,” jelasnya.
“Produksi vaksin atau anti virus untuk pengendalian/pencegahan penyakit hewan merupakan kegiatan yang rumit karena di dalamnya terjadi suatu proses biologis perbanyakan sel virus. Sementara sifat sel virus sendiri sangat rentan terhadap shear stress (stress adukan) dan kondisi lingkungan di mana dia berada,” jelas Xiang Liang Lin yang juga menjabat sebagai CEO produsen peralatan bidang produksi vaksin asal Singapura ini.
Perangkat bioreaktor yang merupakan sistem tertutup yang sangat mendukung berjalan lancarnya suatu proses bioteknologi sekaligus memberikan lingkungan yang mendukung bagi pertumbuhan atau  perkembangbiakan mikroorganisme termasuk sel virus.
“Kami dari VacciXcell menawarkan CelCradle, perangkat untuk memproduksi vaksin yang sangat mendukung proses perbanyak sel virus. Kami berharap sarana ini bisa meluas digunakan di negara berkembang termasuk Indonesia,” tuturnya.
Lebih lanjut, XL Lin menjelaskan dengan menggunakan sarana pembiak sel berbentuk botol air mineral dengan pergerakan secara vertikal (ke atas-ke bawah) memungkinkan sel virus mendapatkan nutrisi sekaligus oksigen secara cukup sehingga sel akan tumbuh dan bereproduksi secara optimal. “Perangkat CelCradle sangat praktis dan mudah dioperasikan. Proses pemanenan sel virusnya juga menjadi lebih mudah,” kata XL Lin.

Peserta seminar terlihat antusias mengikuti jalannya seminar hingga usai.
Kelebihan dan Kemudahan
CelCradleTM sangat hemat biaya, siap digunakan, kombinasi yang tepat antara sistem bioreaktor kultur sel densitas tinggi. CelCradleTM dirancang berdasarkan prinsip gerakan pasang surut dimana hembusan kompresi dan dekompresi memungkinkan pemaparan secara berselang antara nutrisi dan udara terhadap sel. Hal ini membuat pergeseran menjadi rendah, aerasi yang tinggi serta lingkungan kultur yang bebas busa.
Sistem bioreaktor CelCradleTM terdiri dari dua komponen yaitu botol steril CelCradleTM sekali pakai dan kompresor penghembus CelCradleTM Stage 3000. Masing-masing botol standar CelCradleTM memuat 5.5g BioNoc™ II , tempat dimana sel-sel menempel dan tumbuh.
Selama bekerja, botol CelCradleTM ditaburkan benih sel dan sebagian lainnya diisi dengan media. Media ini kemudian dinaik-turunkan secara bergantian untuk menenggelamkan dan mengeskpos sel, menciptakan antarmuka yang dinamis antara udara dan media pada permukaan sel untuk memaksimalkan serapan nutrisi dan transfer oksigen.
Karena nutrisi dan transfer oksigen yang efisien, satu botol CelCradleTM dapat memproduksi sel yang sebanding dengan 18 hingga 20 botol roller. Karena permukaan BioNoc™ II diperlakukan secara khusus, sistem CelCradleTM dapat menumbuhkan sel anchorage-dependent dan memungkinkan untuk memanen sel utuh, komponen sel serta sekresi protein dengan mudah.
Sistem CelCradleTM dapat diaplikasikan untuk berbagai kebutuhan diantaranya kultur sel mamalia dan serangga, produksi protein dan virus, produksi antibodi monoklonal, penelitian proteome, penemuan obat, studi Farmakokinetik, serta terapi gen dan sel. Setiap CelCradleTM mampu mengakomodasi hingga empat botol sekali pakai, membuatnya menjadi alat yang ideal untuk proses penyaringan pada pengujian formulasi media atau sel berbeda baris.

Para pembicara seminar Kultur Sel oleh PT Esco Utama dan VacciXcell Singapore. 
Sekali Pakai, Hemat Ruang dan Pekerja
Bioreaktor CelCradleTM merupakan sistem bioreaktor yang mudah digunakan dan sekali pakai, dengan hampir tidak ada waktu pemanasan dan kurva kalibrasi. Produk ini merupakan produk yang diperkecil dengan satu botol yang menyediakan luas permukaan spesifik sebesar 15.000 cm2. Hal ini memungkinkan pertumbuhan lebih dari 1010 sel dalam 4 botol berukuran 8.6” x 11.7” dan inkubator 6 ft3.
Sistem CelCradleTM juga memungkinkan produksi dalam skala milligram menjadi beberapa gram protein, antibody monoklonal, 10 pfu virus, sel utuh atau komponen sel, yang mengeliminasi penggunaan berbagai labu spinner, puluhan botol roller, dan ratusan labu T.
Perbanyak hasil dengan sistem CelCradleTM juga mudah dilakukan dengan mengalikan langsung jumlah botol yang digunakan, sehingga mengeliminasi variasi, ketidakpastian, dan waktu yang dihabiskan selama proses perbanyakan.
Hasil Tinggi, B-H Khusus yang Berfungsi untuk Meningkatkan Ekspresi Protein. Fungsi B-H Khusus adalah membatasi pertumbuhan sel yang berlebihan dan meningkatkan ekspresi protein lebih dari 3 kali lipat. Hal ini juga memungkinkan kosentrasi protein yang lebih tinggi dan menghemat media kultur selama kulturasi.

Tahap Memperkenalkan
Saat ditemui Infovet disela seminar, Theresia Wibisono Direktur PT. Esco Utama (perusahaan distributor perangkat CelCradleTM) mengatakan bahwa penggunaan perangkat bioreaktor merupakan hal baru bagi kalangan industri vaksin hewan di Indonesia. Karena itu pihaknya saat ini masih dalam tahap memperkenalkan dengan harapan nantinya bisa dimanfaatkan secara meluas, mengingat di Indonesia sendiri kebutuhan akan vaksin hewan juga terus meningkat seiring terus berkembangnya kegiatan pemeliharaan ternak untuk menghasilkan bahan pangan sumber protein hewani.
Di berbagai belahan dunia terutama di AS, Jepang dan Cina perangkat bioreaktor sudah bukan barang baru lagi dan sejauh ini teknologi pembuatan vaksin hewan berbasis teknologi bioreaktor terus berkembang mengikuti tuntutan pasar dan kebutuhan dari industri penggunanya.
“Yang pasti karena telah terbukti dapat menghasilkan bakteri atau virus lebih banyak dalam pembuatan vaksin dengan biaya yang lebih efisien maka peralatan bioreaktor kian banyak menjadi pilihan perusahaan penghasil vaksin besar dunia,” tutur Theresia.
Efisiensi dalam pengeluaran biaya produksi dinilainya penting karena peternak juga makin menuntut vaksin bisa didapat dengan harga yang terjangkau. Saat ini harga vaksin hewan dinilai masih relatif tinggi sehingga diperlukan upaya-upaya untuk dapat menekannya hingga menjadi lebih murah.
“Kami rasa salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah menurunkan biaya dalam pembuatannya dan itu bisa dilakukan dengan penggunaan perangkat bioreaktor seperti yang kami telah distribusikan,” ujar Theresia. (adv/wan) 

Ceva Akuisisi Produsen Vaksin Perancis Biovac Laboratories

Ceva Santé Animale telah membeli Biovac Laboratories, produsen terkemuka autogeneous vaksin (bakteri), perawatan alergi dan reagen berbasis di Angers, Prancis. Sebagaimana dikutip dari laman berita WATTAgNet.com, langkah penggabungan ini akan memperkuat strategi perusahaan untuk mencari solusi alternatif dalam menggunakan antibiotik.
Ceva telah mengakuisisi Biovac Laboratories,
produsen Perancis vaksin autogenous. 
Biovac, seperti Ceva, telah mengalami pertumbuhan dua digit selama beberapa tahun sebagai langkah para dokter hewan dalam mencari alternatif mengontrol kondisi bakteri sekarang yang sulit diobati dengan terapi antibiotik "klasik". Perusahaan ini memiliki keahlian yang signifikan dalam mikrobiologi, yang memungkinkan untuk memberikan solusi custom-made untuk para veterinarian dan pelanggan mereka.
Ceva sudah menyediakan vaksin khusus kepada produsen terkemuka unggas dan babi di belahan dunia lain. Strategi ini sejalan dengan kebijakan Ceva yang kembali menempatkan dokter hewan (veterinarian) sebagai pusat dalam memerangi penyakit mikroba. Autovaksin diproduksi hanya setelah identifikasi dan diagnosis serotipe penyakit dilakukan oleh seorang dokter hewan yang berkualifikasi. Dalam kasus di mana sebuah "vaksin standar " tidak akan efektif, vaksin kustom dapat diproduksi dan diresepkan oleh dokter hewan di 4 sampai 5 minggu, menciptakan layanan yang sangat reaktif dan tepat bagi produsen ternak.
Dr Marc Prikazsky, ketua dan CEO dari Ceva mengatakan, "Sebagai seorang dokter hewan, saya tahu bagaimana kecewanya setelah membuat diagnosis namun kemudian tidak memiliki alat yang tepat yang diperlukan untuk mengendalikan penyakit ini. Biovac memberikan layanan yang luar biasa ke dokter hewan di Perancis. Melalui kemitraan ini, kami akan berbagi semua keahlian kami dalam produksi vaksin dan teknologi baru, sehingga bersama-sama kami dapat menyediakan dokter hewan di pasar baru dengan layanan yang lebih baik." (wan) 

Lomba Dokter Hewan Puskeswan Berprestasi Nasional

Dalam rangka peningkatan motivasi, partisipasi dan prestasi petugas teknis sebagai upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas hewan dan pangan asal hewan menuju pencapaian ketahanan pangan nasional. Tim Direktorat Kesehatan Hewan Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan telah datang melakukan penilaian lapang di Puskeswan Masbagik Kabupaten Lombok Timur pada tanggal 26 Mei 2016 Tim penilai yang datang adalah : Drh. Iwan Sofwan, MM, Drh. Herwinarni dan Drh. Megawati Iskandar.
Foto bersama usai penilaian di Puskeswan Masbagik
Kab. Lombok Timur NTB, Kamis 26 Mei 2016.
Sebelumnya pada periode bulan Januari – Maret 2016 Direktorat Kesehatan Hewan telah menerima profil peserta lomba untuk kategori Dokter Hewan dan Paramedik Veteriner Puskeswan berprestasi berjumlah 14 berkas dari 9 Provinsi, yang terdiri dari 8 profil Dokter Hewan dan 6 profil Paramedik Veteriner, untuk mendapatkan pemenang lomba Dokter Hewan dan Paramedik Veteriner Puskeswan berprestasi atau juara telah dilakukan seleksi awal melalui penilaian administrasi ( desk study ) dan dilanjutkan penilaian lapang.
Pada tahun 2016 ini Dokter Hewan Puskeswan yang mengikuti penilaian adalah sebagai berikut : Drh. Yusron Wahyudi Kab. Sampang – Jawa Timur, Drh. Dwi Sulistyorini  Kab. Kulonprogo di Yogyakarta, Drh. T. Mursyikandi Kab. Aceh Selatan – Aceh, Drh. Denny Susanti Kota Solok Sumatera Barat, Drh. Hendra Komara Kab. Tasikmalaya Jawa Barat, Drh. Leni Sri Lestari Kab. Sukoharjo Jawa Tengah, Drh. Nining Syarifulaya, M.Si Kab. Lombok Timur – NTB dan Drh. Budhi Pahalawan Kab. Tanah Bumbu Kalimantan Selatan.
Semoga dengan diadakannya Penilaian Lomba Petugas Dokter Hewan dan Paravet Puskeswan Berperestasi semakin menunjukkan penting dan perannya Puskeswan di tengah masyarakat di Indonesia, selamat berlomba. (Drh. Heru Rachmadi/Infovet NTB)

Berbagi Manfaat Susu di Hari Susu Sedunia

Tepat pada, 26 Mei 2016, yang merupakan Hari Susu Sedunia (World Milk Day), PT Frisian Flag Indonesia (FFI) merayakannya bersama anggota keluarga peternak sapi perah binaan FFI di De’ Ranch, Lembang, Bandung, Jawa Barat.
Frisian Flag Indonesia dan para peternak  memperingati World Milk Days 2016
di De’ Ranch, Lembang, Bandung, Jawa Barat, Kamis (26/5).
Acara yang bertajuk “Ngariung Bareng Keluarga Peternak” ini sekaligus bertujuan untuk mengedukasi masyarakat mengenai manfaat dan keutamaan susu, serta pentingnya mengkonsumsi susu secara rutin bagi kesehatan.
Seperti yang dikatakan oleh Presiden Direktur FFI, Maurits Klavert, susu merupakan salah satu asupan gizi yang sangat baik. “Susu merupakan salah satu gizi terbaik yang dihasilkan oleh alam dan memiliki kandungan vitamin, protein, lemak, kalsium, dan sumber gizi penting lainnya yang membantu kinerja kognitif dan mendorong pertumbuhan anak yang optimal. Berbagai keutamaan susu inilah yang ingin terus kami sampaikan kepada masyarakat Indonesia melalui beberapa kegiatan, termasuk dalam perayaan Hari Susu Sedunia kali ini,” ujar Maurits, Kamis (26/5).
Ia menambahkan, FFI memang sengaja mengajak para peternak binaannya untuk bersama merayakan hari penting ini. “Perayaan bersama ini menunjukkan kemitraan yang kita bangun bersama selama ini antara kami dengan para peternak, serta menunjukkan upaya untuk terus tumbuh menjadi kuat dan besar bersama. Tidak hanya untuk meningkatkan kesejahteraan peternak, namun juga berperan besar untuk pemenuhan kebutuhan gizi untuk keluarga Indonesia,” tambahnya.
Memang kemitraan antara FFI dan peternak sapi perah di pulau Jawa telah terjalin selama kurang lebih 20 tahun. Kemitraan tersebut diwujudkan dalam berbagai upaya, seperti pemberdayaan peternak untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas dalam menghasilkan produk susu berkualitas melalui Dairy Development Program (DDP) atau program pengembangan sapi perah yang berkelanjutan.
Sebab berdasarkan hasil studi SEANUTS (South East Asia Nutrition Survey) yang diinisiasi oleh FrieslandCampina di berbagai negara di Asia masih menghadapi permasalahan terkait kesehatan dan gizi. Sementara dari data Kementerian Pertanian RI pada 2015, tingkat konsumsi susu per kapita di Indonesia masih sangat rendah, yakni hanya sekitar 12,10 liter per tahun, jauh di bawah tingkat konsumsi susu di negara Asean lainnya, seperti Malaysia yang mencapai 50,9 liter dan Singapura 44,4 liter per tahunnya.
Disampaikan pula oleh Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) yang sekaligus Ketua Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU), Dedi Setiadi, yang sangat mengapresiasi acara tersebut. “Frisian Flag Indonesia telah sejak lama menjadi mitra kami para peternak di Lembang ini. Tidak hanya menyerap hasil susu dari ternak kami, mereka juga telah melakukan berbagai upaya pemberdayaan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kami sebagai peternak. Perayaan bersama ini memperlihatkan kemitraan yang kuat diantara kami,” kata Dedi.
Ia pun berharap, lewat perayaan ini pemahaman masyarakat mengenai manfaat susu akan semakin terbuka. “Kami sangat berterima kasih kepada FFI yang telah mengajak kami dan keluarga untuk bersenang-senang dalam kegiatan yang menghibur sekaligus mendidik ini. Sesuai dengan tujuan FFI, kami pun berharap perayaan bersama ini dapat kembali mengingatkan keluarga Indonesia akan manfaat minum susu secara rutin,” tukasnya.
Bersamaan dengan perayaan tersebut, tim manajemen FFI juga mengunjungi beberapa sekolah dasar untuk menyampaikan pesan secara langsung mengenai manfaat dan pentingnya mengonsumsi susu secara rutin, dan mengingatkan mereka bahwa menjadi peternak merupakan profesi yang mulia dan membanggakan karena berkontribusi pada peningkatan kesehatan dan kecerdasan bangsa,” (rbs)

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Prof Muladno Luncurkan Buku Terbaru

Tepat di tahun ini, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan hewan (Dirjen PKH), Kementerian Pertanian, Prof. Muladno Basar, kembali merilis karyanya yakni buku berjudul ‘Realita di Luar Kandang Jilid II’.
Suasana saat penandatanganan buku ‘Realita di Luar Kandang II’
oleh para stakeholder di bidang peternakan dan kesehatan hewan.
Setelah mendulang kesukses dari buku pertamanya dengan judul serupa, Muladno mengatakan, motivasinya dalam menuangkan ide-ide dalam buku keduanya ini, ingin mengajak kembali seluruh masyarakat dalam membangun dan memperbaiki sektor peternakan dan kesehatan hewan di Indonesia yang berdaya saing di era global.
“Dari buku ini semoga wawasan para stakeholder dan generasi muda bisa terbuka, dan ada kebersamaan dalam membangun peternakan dan kesehatan hewan,” ujar Muladno dalam acara Launching dan Bedah Buku Realita di Luar Kandang II, di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu, (4/5).
Ia menambahkan, buku ini khusus ia dedikasikan untuk keluarga dan kerabat-kerabat dekatnya. “Kepada guru-guru saya di IPB dan UGM serta para aktivis SPR semoga mereka bisa terbuka wawasannya. Buku ini juga saya persembahkan khusus untuk keluarga dan Alm. Wahyudi Mukhtar yang meminta saya menulis pemikiran saya sejak 2003 silam. Tujuannya agar pemikiran saya banyak diketahui stakeholder,” tambahnya.
Dalam acara itu, turut disampaikan pula oleh Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), Sudirman, yang menurutnya pandangan dari seorang Dirjen PKH yang berani mengkritisi program swasembada yang terus melorot.
“Secara garis besar, buku ini sangat menarik sekali. Sangat penting untuk generasi muda dan pelaku usaha. Negeri ini akan lebih baik jika pejabat-pejabatnya memiliki pemikiran yang komprehensif dan berani seperti ini, walau kadang selalu berbeda pemikiran dengan pemimpinya,” kata Sudirman.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN), Herry Dermawan. Ia menyebut, buku ini sangat menambah ilmu dan pembelajaran. “Buku ini banyak mengajarkan istilah yang kadang sepele namun sangat besar sekali artinya. Pemikiran-pemikiran dalam buku ini harus disebar-luaskan,” pungkasnya. (rbs)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer