Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Menanti Kiprah Perdana Gapuspindo

Berangkat dari niatan Pemerintah untuk menata organisasi di bidang peternakan dan kesehatan hewan tampaknya mendapat respon positif dari kalangan pelaku usaha terkait. Mereka yang bergerak di bidang usaha sapi potong, belakangan membentuk wadah baru yang diberi nama Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia, disingkat Gapuspindo.
Pembicara seminar di Munas Gapuspindo dari ki-ka:
Bustanul Arifin, Didiek Purwanto, Muladno, dan Rochadi Tawaf.
Gapuspindo adalah nama baru bagi Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo). Perubahan nama tersebut telah diputuskan pada Munas Luar Biasa (Munaslub) Apfindo yang berlangsung 5 Nopember 2015 di Hotel Santika Premier Bintaro, Tangerang Selatan. Perubahan nama ini didasari oleh perubahan mendasar dari Anggaran Dasar dan Anggara Rumah Tangga dimana anggota organisasi ini tidak hanya pelaku perusahaan penggemukkan (feedlot) sapi melainkan juga peternak sapi lokal yang telah menjalankan kegiatannya sebagai sebuah bisnis.
Pelantikan Ketua dan Anggota Dewan Gapuspindo masa bakti 2016-2019 dilakukan langsung oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, Muladno disela acara Musyawarah Nasional (Munas) I Gapuspindo di The 7th Hotel, Bandar Lampung, 16 Februari 2016. Turut menyaksikan acara pelantikan itu Kepala Dinas PKH Provinsi Lampung, Dessy Desmaniar Romas serta sejumlah pimpinan asosiasi di bidang sapi potong.
Dari hasil Munas pertama Gapuspindo tersebut telah ditetapkan 12 nama sebagai pimpinan dan anggota dewan Gapuspindo untuk periode kepengurusan tahun 2016-2019. Antara lain terpilih Hafid Wahyu dari PT. Agri Satwa Jaya Kencana sebagai Ketua Dewan. Sementara sebagai Wakil Ketua ditetapkan Didiek Purwanto dari PT. Karunia Alam Sentosa Abadi dan sebagai Bendahara, Dudi Eko Setiawan dari PT. Eldira Fauna Asahan.

Fokus Rekrut Peternak
Setelah “berganti baju” menjadi organisasi yang nantinya karakteristik anggotanya lebih beragam, lalu apa langkah ke depan yang akan dilakukan Gapuspindo? Hafid Wahyu Ketua Dewan Gapuspindo saat ditemui Infovet menekankan bahwa dalam jangka pendek organisasi yang dipimpinnya terlebih dulu akan melakukan upaya konsolidasi ke dalam.
Langkah berikutnya adalah fokus untuk bisa merekrut sebanyak mungkin anggota dari kalangan peternak sapi, karena pada dasarnya industri penggemukan sapi tak akan bisa dilepaskan dari usaha menghasilkan sapi bakalan. “Jadi peran peternak sapi lokal itu sangat strategis dan kami berharap akan banyak peternak sapi yang menjadi anggota Gapuspindo,” tuturnya.
Dengan terwadahi dalam organisasi Gapuspindo pihaknya mengharapkan ke depan peternak bisa berorientasi ke bisnis komoditi, sehingga memiliki jadwal produksi dan penjualan yang jelas, bukan lagi beternak sapi hanya sebagai tabungan.
Duduk berdampingan dengan kalangan industri penggemukan sapi dalam satu organisasi, menurut Hafid, akan banyak manfaat yang dipetik oleh peternak. Misalnya pihak industri feedloter bisa menularkan teknologi pembesaran ternak atau teknologi pengawetan pakan hijauan yang dikuasainya.
“Begitu juga kalau ada anggota yang sukses di kegiatan pembibitan, maka peternak bisa belajar banyak mengenai ilmu pembibitan yang efektif dan efisien. Dan yang penting lagi nantinya sesama anggota bisa saling menjalin kemitraan menyangkut pemasaran produk yang dihasilkan masing-masing,” ujar Hafid.
“Dengan adanya kemitraan dengan transfer teknologi, para peternak lokal bisa menjadi lebih baik bahkan menjadi industri sapi. Petani dapat bermitra dengan pengusaha peternakan untuk memanfaatkan teknologi yang milik pengusaha disinergiskan dengan potensi petani daerah. Hafid juga menjelaskan Gapuspindo sendiri memiliki tugas untuk menjembatani kebijakan yang telah diberikan kepada pemerintah dalam mendorong pertumbuhan industri petani sapi,” tambah Hafid.
Tantangan Gapuspindo ke depan dipandang Hafid sangat berat karena kebutuhan ternak sapi untuk memasok kebutuhan daging dalam negeri mencapai sekitar 3,5 juta ekor per tahun. Belum bisa sepenuhnya dipasok dari peternak sapi lokal sehingga sebagian harus diimpor. “Karena itu sinergi harus diciptakan antara pembibit, peternak budidaya dan pelaku industri penggemukan di dalam negeri agar kebutuhan daging sapi kita dapat terpenuhi,” katanya.

Seminar diikuti oleh ratusan tamu undangan dari kalangan peternak,
pengusaha, universitas dan instansi pemerintah.
Seminar Industri Sapi Potong 
Selanjutnya setelah pelantikan, digelar pula seminar nasional dengan menampilkan narasumber Prof. Muladno Direktur Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian, Musdalifah dari kemenko, Prof. Bustanul Arifin dari Unlam dan moderator Prof. Rochadi tawaf dari Universitas Pajajaran.
Sebanyak 97% dari populasi sapi di seluruh Indonesia yang berjumlah sekitar 14 juta ekor, dikuasai oleh peternak kecil yang hanya memiliki 2-3 ekor sapi. Sementara 93% dari kurang lebih 6 juta peternak di Indonesia adalah peternak kecil, hanya 7% saja yang bisa digolongkan sebagai industri peternakan.
Pada umumnya peternak kecil kurang mahir berbisnis, kemampuan modalnya terbatas, cara pengelolaannya juga kurang baik. Maka perlu bantuan dari pemerintah untuk memberdayakan mereka. "Jadi 93% peternak Indonesia itu peternak rakyat, hanya punya 2-3 ekor sapi. Pemerintah perlu hadir untuk mereka," kata Muladno yang menjadi pembicara pertama dalam seminar ini.
Selain itu meski program swasembada daging sapi sudah dicanangkan sejak lebih dari 1 dekade lalu, sampai hari ini Indonesia masih bergantung pada impor sapi, terutama dari Australia dan Selandia Baru. Minimnya produksi dari dalam negeri membuat harga dan pasokan daging sapi tak stabil. Data pemerintah menyebutkan, total kebutuhan daging sapi di Indonesia di 2016 adalah 674.690 ton. Pasokan dari dalam negeri hanya 2,5 juta ekor per tahun atau 441.761 ton. Kekurangan 232.929 ton atau setara dengan 600.000 ekor sapi hidup dan daging sapi 112.953 ton harus dipenuhi dari impor.
Muladno mengungkapkan, pihaknya telah menyiapkan program untuk memberdayakan para peternak kecil, yaitu Sentra Peternakan Rakyat (SPR). SPR ini akan mengonsolidasikan para peternak kecil dalam sebuah sentra, alias 'bisnis sapi berjamaah'.
"Apa yang harus kita lakukan? Selama ini mereka beternak, bekerja sendiri-sendiri. Mereka nggak bisa berbisnis. Saya ingin mengajak peternak kecil-kecil itu bisnis berjamaah supaya seimbang dengan pengusaha-pengusaha feedloter besar, semuanya di SPR," ujarnya.
Dalam program SPR ini, 500 peternak rakyat dan 9 orang tokoh peternak diorganisir di dalam sentra, didampingi ahli-ahli peternakan dari perguruan tinggi. Litbang Kementan, dan 1 dokter hewan. Pengelolaan SPR akan dipimpin 1 orang manager. Dalam 1 SPR minimal ada 1.000 ekor sapi indukan. Pendampingan dari para tokoh, akademisi, dokter hewan, dan manager ini akan meningkatkan kemampuan pengelolaan para peternak dan membuat usaha peternakan berorientasi bisnis.
"Ada 3 prinsip dalam bisnis berjamaah, semuanya di SPR. Pertama, konsolidasi dan pengorganisasian peternak. Kedua, penguatan kapasitas dan transfer tekno. Ketiga, jejaring kerja sama. Harus ada unsur pemerintah, peternak, dan akademisi. Ini akan kita copy di seluruh Indonesia. Pengusaha juga harus gabung," cetus Muladno.
Menurut perhitungannya, dengan asumsi tingkat kelahiran sapi 90%, maka setiap SPR akan menghasilkan 450 ekor sapi indukan, 1.103 sapi siap potong, dan 653 sapi pedet jantan. Bila ada 1.000 SPR di seluruh Indonesia, maka ada tambahan 450.000 ekor sapi indukan dalam 5 tahun. "Kalau 1.000 SPR, ada tambahan 450 ribu indukan dalam 5 tahun. Tahun depan mudah-mudahan sudah ada ratusan SPR," tuturnya.
Kementan menargetkan pembentukan 1.000 SPR dalam 5 tahun ke depan. Setiap SPR membutuhkan dana Rp 1 miliar, maka butuh dana Rp 5 triliun dari APBN untuk pengelolaan SPR selama 5 tahun. Meski butuh dana besar, menurut Muladno, penghematan yang dapat diperoleh dari SPR lebih besar lagi. Peningkatan populasi sapi dari SPR bisa menghemat dana Rp 13,9 triliun karena impor sapi berkurang. "1.000 SPR selama 5 tahun perlu dana APBN 5 triliun. Ini menghemat impor indukan Rp 9,9 triliun dan sapi bakalan Rp 4 triliun, total Rp 13,9 triliun," ucapnya.
Selain itu, manfaat lain yang diperoleh dari SPR adalah peningkatan populasi sapi lokal, peningkatan kesejahteraan peternak kecil, penciptaan lapangan kerja di daerah pedesaan,juga membuat populasi sapi lebih terpantau, perhitungan populasi sapi pun bisa lebih akurat.
"Populasi indukan bertambah, ekonomi tumbuh dari pinggiran, deurbanisasi, dan terjadi revolusi mental (karena peternak rakyat menjadi bisa berbisnis). Kita akan tahu persis populasi sapi kita, akurasinya dijamin 1.000%. BPS nggak perlu repot-repot menghitung lagi," Muladno menerangkan.
Dalam pelaksanaannya, SPR memang sulit diimplementasikan di lapangan. Tetapi program ini patut dicoba untuk memberdayakan peternak-peternak kecil, supaya peternak kecil bisa 'naik kelas'. "Ini memang tidak gampang, tapi ini salah satu cara untuk mengubah cara berpikir peternak-peternak kecil kita," tutupnya.
Untuk mewujudkan swasembada, diperlukan upaya peningkatan produksi dan produktivitas, salah satu caranya dengan melibatkan seluruh pihak terkait melalui pengembangan SPR.

Dukungan Pemprov Lampung 
Sebelumnya, Wakil Gubernur Lampung Bachtiar Basri menyatakan dukungan penuh untuk pelaksanaan munas Gapuspindo digelar di wilayahnya. Apalagi menurut dia, Lampung akan dijadikan lumbung ternak serta dapat menyuplai kebutuhan daging di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan lainnya. Ia mengatakan bahwa Lampung harus terdepan dalam pengelolaan sapi potong dan menjadi salah satu lumbung ternak di Indonesia. Provinsi Lampung akan menjadi lumbung ternak sapi potong utama karena melihat situasi lahan ternak, pakan, dan serta kondisi sangat mendukung untuk pelestarian ternak sapi potong di Tanah Air
Provinsi Lampung akan menjadi percontohan peternakan sapi di Indonesia. Ini dikarenakan Lampung merupakan lumbung ternak sapi dan pakan ternak yang cukup baik terlebih dengan adanya kemitraan oleh pengusaha melalui gabungan pelaku usaha peternakan sapi potong Indonesia (Gapuspindo).
“Dia menuturkan, pelaku ternak sapi lokal di Lampung berpotensi menjadi industri sebab Lampung mempunyai ketersediaan pakan ternak yang baik dan murah. Provinsi Lampung bisa dijadikan role model pengembangan peternakan sapi di Indonesia karena Lampung merupakan lumbung ternak nasional,” ujar Bachtiar sehari sebelumnya.
Nantinya, lanjut dia, Pemerintah Provinsi Lampung akan menitipkan sapi potong di lima kabupaten, seperti Tulangbawang Barat, Tulangbawang, Lampung Timur, Lampung Tengah, dan Lampung Selatan, sedangkan untuk tempat ternak kambing terdapat di Kabupaten Tanggamus.
Provinsi Lampung akan menjadi lumbung ternak sapi potong utama karena melihat situasi lahan ternak, pakan, dan serta kondisi sangat mendukung untuk pelestarian ternak sapi potong di Tanah Air. (wan)

Pentingnya Pemberian Pakan Sedini Mungkin

Pertumbuhan yang sangat pesat pada ayam broiler adalah sebesar 85% merupakan kontribusi dari aspek perubahan genetik, sedangkan nutrisi pakan hanyalah menjawab atas kebutuhan nutrisi yang tercipta karena proses seleksi genetik tersebut. Adalah dibutuhkan keseimbangan kombinasi antara seleksi genetik untuk pertumbuhan, komposisi karkas dan efisiensi pakan terus berkembang pesat, dimana setidaknya 2-3% perbaikan performans per tahun. Walaupun perkembangan laju pertumbuhan tersebut dikarenakan adanya perbaikan terhadap status kesehatan dan kekebalan terhadap penyakit serta perbaikan dalam hal kelainan metabolik, namun bukan berarti tidak ada kendala fisiologis sebagai konsekuensi faalinya.

Kendala dalam memacu kelangsungan perkembangan embryonal dan neonatal
Telah diketahui bahwa ada pengaruh induk dalam hal ini adalah ukuran telur (egg size) pada pertumbuhan masa embryonal. Laju pertumbuhan embryo dalam masa inkubasi sangat ditentukan oleh perkembangan sistem pencernaannya. Termasuk di dalamnya adalah masalah kemampuan untuk tumbuh dan berkembang yang terkait dengan kecukupan jumlah suplai nutrien, khususnya asam amino pada anak ayam yang baru menetas.  Masalah lainnya adalah kemampuan anak ayam untuk melepaskan panas (kalor/heat increment) sebagai hasil proses katabolisme, agar anak ayam dapat segera tumbuh dengan cepat sesuai dengan potensi genetiknya
Untuk memacu pertumbuhan ayam adalah dengan cara mulai awal dengan ukuran DOC yang lebih besar, karena ada korelasi positif antara berat DOC dan berat waktu panen. Untuk menjawab tersebut ada dua pilihan , yakni (1) dimulai dengan ukuran telur tetas (hatching egg/HE) yang lebih besar atau (2) meningkatkan laju pertumbuhan semasa embryonal. Kedua opsi tersebut kelihatannya agak sulit diterapkan mengingat bahwa (1) Berat telur HE dan Hen Day Production (HDP) mempunyai korelasi negatif; (2) Pertumbuhan embryonal sangat dibatasi dalam komposisi dan ukuran telur.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan embryonal
Terdapat banyak faktor yang berkontribusi dan dapat mempengaruhi pertumbuhan pada masa embryonal, antara lain: (1) Kandungan protein dalam telur; (2) menurunnya kandungan dan ketersediaan oksigen; dan (3) inefisiensi/gangguan metabolisme dalam pengunaan nutrien telur oleh embryo; serta (4) gangguan dalam mekanisme metabolisme embryonal dan tingkat penggunaan yolk sac
Studi dari Mc-Loughlin yang mempelajari laju pertumbuhan (growth rates) embryo dari berbagai ukuran telur (HE) menunjukkan bahwa ternyata terkendala oleh terbatasnya ruang (space) dalam telur. Pada HE kecil (40-50 g) pertumbuhan mulai terhambat pada hari ke-8 masa inkubasi; dan HE medium (50-60 g) pertumbuhan mulai terhambat pada hari ke-10 masa inkubasi; sedangkan melambat pada hari ke-8 pada HE besar (60-70 g). Kendala ini akan terjadi lebih awal mengingat potensi pertumbuhan ayam (broiler) terus meningkat alias lebih maju umur pencapaian berat badannya.

Periode pemberian pakan awal (Early Feeding)
Pertanyaannya adalah apakah ada peluang bahwa anak ayam dapat dipacu untuk tumbuh lebih cepat setelah menetas?
Dalam kondisi komersial bisa saja (dan sering) terjadi bahwa DOC terkondisikan ‘puasa’ selama 48 hingga 72 jam post-hatched (paska penetasan), sebelum mendapatkan akses ke pakan dan air minum. Studi yang dilakukan oleh Noy dan Sklan (2008) menunjukkan bahwa perlakuan  pemberian pakan pada saat menetas (1 jam dari pembersihan kerabang/cangkang telur)  dengan makanan padat, semi padat atau bahan/materi non pakan dan non nutrisional/tidak bergizi (seperti serbuk gergaji).
Hasilnya menunjukkan bahwa pada pencapaian berat badan sampai umur 21 hari dibandingkan dengan ayam yang tidak diberikan pakan selama 36 jam dihasilkan peningkatan berat badan pada umur 4 hari meskipun efek serbuk gergaji  bersifat sementara. Ada beberapa stimulasi mekanik dari GIT, khususnya di ampela (gizzard) berkaitan dengan paska penetasan.
 Konsumsi pakan lebih awal menghasilkan bebarapa hal berikut: (1) yolk (kuning telur) dapat digunakan untuk pertumbuhan awal/permulaan GIT jika disuplementasi  melalui pemberian pakan dari luar (exogenous feed); (2) pemberian pakan awal juga meningkatkan penggunaan kuning telur (yolk) dan secara sempurna dicerna setelah empat hari; (3) kekurangan nutrien awal mengakibatkan perkembangan GIT yang terlambat, dan (4) pemberian pakan lebih awal pertumbuhan dan proporsi/perbandingan daging dada menjadi meningkat. Sebagaimana terlihat pada grafik tersebut di bawah ini.
Grafik perubahan dalam berat badan (BW), usus halus (SI) dan berat residual kuning telur (Yolk) secara in vivo.

Grafik penyerapan gula (glucose), asam oleat (OA) dan asam amino Metionin (Met) secara in vitro; pada ayam yang dipuasakan selama 36 jam (H) dan yang diberi pakan langsung (F) setelah menetas.

Mengapa ayam menggunakan pakan daripada kuning telur?
Ternyata jika ada pilihan diberikan pada anak ayam yang baru menetas mengonsumsi pakan atau menyerap residu (sisa) kuning telur, maka anak ayam akan memlih mengonsumsi pakan melalui insting fisiologisnya. Hal ini lebih jauh diketahui bahwa lemak residu kuning telur adalah tidak keseluruhannya adalah lemak energi tinggi. Residu kuning telur adalah tersusun dengan komposisi untuk pertumbuhan membran sel dan sistem syaraf pusat (SSP/CNS) berupa chol-esters, phospholipida, dan omega-3 PUFA
Sedangkan protein yang terkandung dalam residu kuning telur mengandung sekitar 200 mg maternal antibodi sebagai proteksi kekebalan awal, bukan sebagai cadangan sumber asam amino (protein). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayam yang dipuasakan ternyata tidak lebih cepat dalam menggunakan residu kuning telur dari pada ayam yang diberi pakan. Komponen residu kuning telur diperlukan sebagai kekebalan pasif sebagai dasar dari pertumbuhan dan sistem kekebalan.

Residu kuning telur sebagai sistem kekebalan anak ayam yang baru menetas
Anak ayam sangat tergantung pada pada maternal antibodi dan kemampuan respon bawaan, itulah sebabnya anak ayam tidak memiliki kemampuan untuk merespon terhadap tantangan lingkungan. Karena itu maka pelaksanaan imunisasi pada induk breeder sudah diketahui adalah sebagai cara terbaik jangka pendek untuk memperbaiki daya hidup (livability) anak ayam. Kemampuan ayam broiler dalam merespon terhadap tantangan lingkungan berkembang selama dua minggu pertama dan mencapai optimum pada umur 4-5 minggu.
Jika dihitung masa sekarang ini empat minggu pertama adalah merupakan 80% dari total umur ayam. Kebutuhan nutrien makro umur 0-2 hari sudah dipahami dengan baik, tetapi belum banyak diketahui untuk kebutuhan akan mikro nutriennya. Sistem penunjang pertumbuhan yang didominasi pertumbuhan saluran cerna (Gastro intestinal tractus/GIT) dibandingkan organ tubuh lainnya, tumbuh sangat pesat pada umur seminggu pertama.
Pertumbuhan sistem kekebalan mukosal sangat tergantung pada asupan pakan dari luar, status mikro mineral, dan paparan mikrobial, bukan dari kuning telur. Sedangkan diketahui bahwa kondisi neonatal (post-hatched) anak ayam memiliki kadar proteksi antioksidan enzimatis yang sangat terbatas, itulah sebabnya pemberian antioksidan pada induk breeder. Diketahui juga bahwa penambahan mineral mikro pada anak ayam dapat memperbaiki status kekebalan neonatal dan produksi enzym serta metabolisme secara keseluruhan.

Dengan mengetahui dan memahami proses fisiologis tentang pertumbuhan embryonal dan pertumbuhan neonatal, maka adalah sangat penting untuk memastikan bahwa anak ayam yang baru tiba dapat kesempatan untuk akses dan mendapat asupan pakan seawal mungkin setibanya di kandang. Hal tersebut hanya bisa terjadi jika situasi kandang dan brooding yang kondusif disertai anak kandang yang mengawasi dan melaksanakan kegiatan kesehraian memiliki kesadaran dan perilaku yang menunjang pula.

Oleh : Dr. Drh. Desianto Budi Utomo - Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), Vice President - Feed Technology PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk.

IVSA Indonesia Event Week 2016

Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI) atau yang dikenal secara Internasional sebagai IVSA Indonesia sukses mengadakan kegiatan bertaraf Internasional yaitu IVSA Indonesia Event Week 2016 yang mengangkat topik mengenai Tropical Diseases. Kegiatan ini berlangsung selama satu minggu dari tanggal 1 sampai 8 Februari 2016 dan bertempat di dua kota yaitu Yogyakarta dan Bali. Peserta berjumlah 37 mahasiswa yang berasal dari 17 Universitas berbeda dari 9 negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Korea Selatan, Hungaria, Estonia, Finlandia dan Kroasia.
Kegiatan ini dikemas dengan menggabungkan kegiatan-kegiatan akademik seperti kuliah umum dan workshop mengenai penyakit-penyakit tropis yang diadakan di FKH UGM dan FKH Universitas Udayana, kunjungan ke beberapa instansi seperti Balai Besar Veteriner Wates dan Monkey Forest Ubud Bali, serta kegiatan-kegiatan kultural seperti belajar membatik dan tak lain juga wisata ke tempat menarik seperti candi Borobudur di Magelang dan Bali Zoo.
Fendy Fadillah Akbar sebagai President Organizing Committee mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu program kerja IMAKAHI dalam rangka meningkatkan eksistensi IMAKAHI di kancah Internasional. Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan mampu mengenalkan dunia kedokteran hewan di Indonesia secara global. Dengan adanya kegiatan tersebut, diharapkan terjadi transfer ilmu, ide maupun perspektif di bidang kedokteran hewan sehingga kedepannya mahasiswa kedokteran hewan, khususnya dari Indonesia memiliki wawasan yang luas dan mampu bersaing secara global. (Fendy)

Mengungkap Kenaikan Fantastis Harga Broiler dan Telur

Membaca situasi pasar komoditas broiler dan telur ayam ras tiga pekan terakhir di tahun 2016 ini, sepertinya tren kenaikan harga sudah pada titik puncak pencapaian harga tertinggi dan di sisi lain "kegusaran" pelaku pasar di tingkat pengecer sudah mulai mengemuka di berbagai media.
Kegusaran para pedagang ayam terlihat dari berbagai berita di media cetak maupun elektronik  yang memuat  berita tentang keluhan pedagang ayam yang mengalami sepi pembeli dengan statemen "Dijual murah rugi, dijual mahal tak ada pembeli". Kemunculan berita ini, agaknya juga mulai menjadi perhatian pemerintah, sehingga turut mengusik KPPU dan Kementerian Perdagangan RI untuk menelaah persoalan ini lebih mendalam. Apa sesungguhnya yang menjadi faktor penyebabnya harga ayam dan telur masih tinggi? Isu adanya potensi pelanggaran terhadap Undang-undang Persaingan Usaha atau UU lainnyapun sudah mulai berhembus.
Tanpa bermaksud membahas isu tersebut, tulisan ini hanya berusaha membuka cakrawala dibalik kenaikan "fenomenal" harga broiler dan telur ayam ras di tingkat peternak ini yang berujung pada kenaikan daging ayam dan telur di tingkat pengecer.
Merunut situasi  pasar broiler dan telur tiga pekan ini, tidak bisa dipungkiri bahwa kenaikan harga broiler dan telur yang fantastis ini merupakan momen lanjutan dari serangkai berbagai kisah di pasar broiler dan telur semenjak jelang libur akhir tahun lalu. Dimana  menurut catatan penulis, dari sisi permintaan, menjelang libur panjang sekolah 20 Desember 2015 lalu harga broiler hidup dan telur menemukan laju kenaikan yang sangat nyata. Momen libur panjang akhir tahun lalu yang diwarnai kemacetan fatal di jalur arah keluar kota Jakarta, sepertinya mampu mendorong permintaan broiler dan telur hingga 5 kali lipat. "Permintaan sangat kuat, saya perkirakan sampai lima kali lipat dari biasanya," ungkap Muhlis pelaku pasar broiler di Yogyakarta.
Kuatnya permintaan saat liburan akhir tahun lalu terjadi karena bertemunya beberapa momen penting yakni Libur Panjang Sekolah,Hari Raya Natal dan bulan Maulid yang secara tradisi menjadi bulan yang baik bagi umat Muslim di Indonesia untuk menyelenggarakan hajatan keluarga. Maka menjadi tidak heran permintaan broiler dan telur menguat tinggi, sehingga mendorong kenaikan harga broiler dan telur masing-masing berkisar 27 persen. Hal yang sepertinya tidak terjadi saat lebaran tahun lalu.

Pasar Broiler
Hal yang tak disangka-sangka para pelaku pasar adalah pasca libur akhir tahun lalu, ternyata harga broiler hidup tidak mengalami penurunan. Justru terjadi sebaliknya, harga broiler malah terus naik. Bahkan menurut catatan penulis, harga broiler di kawasan Jabodetabek terpantau dengan harga tertinggi mencapai Rp 23.000/kg dan secara nasional harga tertinggi dicapai di daerah wilayah-wilayah Kalimantan yakni sebesar Rp 26.000/kg. Apa sesungguhnya yang terjadi?
Tinjauan dari sisi suplai ternyata menjawab pertanyaan itu. Menurut berbagai narasumber, penulis mendapati fakta yang  sama di berbagai daerah, yakni adanya penurunan suplai yang sangat nyata. Menurut Pinsar Wilayah Sumatera Selatan ada gangguan di produksi. "Berat ayam umur 2 minggu hanya 250 gram, dan 3 minggu hanya 500 gram," ungkap Ismaidi. Turunnya performa produksi broiler juga dialami peternak di Bali, Jawa Timur dan hampir semua wilayah.
Menurut Singgih Januratmoko - Ketua Pinsar Indonesi turunnya performa produksi karena kualitas pakan yang menurun. "Ini dikarenakan dampak kelangkaan jagung yang dialami pabrikan. Kalaupun ada jagung dengan kualitas rendah dan berharga mahal," jelasnya. Situasi ini diperparah dengan dampak el nino yang menyebabkan sebagian besar farm mengalami kesulitan air. Menilik situasi ini menjadi wajar, harga broiler mengalami kenaikan tertinggi akibat suplai yang tidak mencukupi. Namun demikan, saat tulisan ini dibuat, harga broiler hidup di beberapa wilayah sudah mulai menurun. Di Kalteng dan Kalsel bahkan sudah tertekan di bawah harga HPP nya yakni di harga Rp 13.500-15.000/kg. Menurut sumber penulis, penurunan disebabkan sepinya permintaan. Masa tanggung bulan diduga menyebakan daya serap pasar broiler menurun drastis.

Telur Ayam Ras
Kondisi pasar telur ayam ras sedikit berbeda dengan dengan broiler. Memasuki awal tahun 2016 ini, harga telur tercatat mulai mengalami tekanan. Penulis mencatat di pasar telur Jabodetabek, harga tertinggi ex-farm telur dicapai sebelum akhir tahun lalu yakni Rp 23.000/kg (28/12). Namun memasuki awal tahun hingga tulisan ini dibuat harga telur ex-farm sudah menurun di Rp 21.300/kg(20/1). Sementara di sentra produksi telur Blitar dan Solo tercatat Rp 19.800/kg (20/1).
Secara umum suplai telur nasional sangat cukup dan pada titik keseimbangan yang bagus dengan permintaan untuk membentuk harga yang baik bagi kelangsungan usaha peternakan. Gangguan-gangguan selama ini yang menyebabkan koreksi terhadap harga telur adalah masuknya telur breeding farm yang tidak ditetaskan masuk ke pasar komersil. Namun satu yang mendorong kuat harga telur beberapa waktu lalu merangkak tinggi adalah kelangkaan jagung yang membuat ongkos produksi telur naik 20 persen. Tak pelak, kondisi ni membuat peternak menjerit, khususnya yang melakukan self mixing. Untuk itu, peternak layer banyak berharap ke pemerintah, ke depan impor jagung yang dibatasi oleh pemerintah segera diperlonggar, sehingga jagung segera mudah didapat dan bisa menurunkan ongkos produksinya. (Samhadi) 

MasterLab Asia Peroleh Sertifikat Uji Profisiensi

MasterLab Asia merupakan laboratorium independen yang menjadi bagian dari PT Trouw Nutrition Indonesia, telah berhasil memperoleh sertifkat kepesertaan uji profisiensi dari FAO-IAG Proficiency Test for Feedingstuffs pada Oktober 2015 kemarin. Sertifikasi tersebut diselenggarakan oleh Austrian Agency for Health and Food Safety, Institute for Animal Nutrition and Feed.
Uji profisiensi ini merupakan salah satu tolak ukur kemampuan laboratorium dalam meningkatkan kinerja dan pelayanannya. Pada kesempatan itu, MasterLab Asia menjadi salah satu diantara 119 laboratorium dari 48 negara yang mengikuti program uji profisiensi di bawah koordinasi International Analytical Group (IAG) section Feedingstuff p.a, Livestock Production Systems Branch (AGAS) of the Food dan Agriculture Organization of the United Nations (FAO).
Pada uji profisiensi ini setiap peserta harus melaksanakan pengujian terhadap contoh uji yang sama, kemudian hasil pengujiannya dibandingkan dengan hasil dari laboratorium lain. Contoh uji yang telah homogen didistribusikan ke laboratorium peserta, sehingga seluruh laboratorium menganalisis contoh tersebut secara serentak dan hasilnya dikumpulkan untuk diolah secara statistik.
Terdapat dua jenis sample dalam program uji profisiensi ini, yaitu Green Meal Pellet dan Mixed Feed. MasterLab Asia mengikuti tujuh parameter pengujian untuk jenis Green Meal Pellets dan delapan parameter pengujian untuk jenis Mixed Feed. Semua hasil analisisinya tidak ada yang outlier. Hal itu dapat terlihat pada seritifkat kepesertaan dari FAO-IAG Proficiency test 2015 for Feedingstuffs.
Dengan hasil dan pengalaman tersebut, maka MasterLab Asia akan terus meningkatkan parameter-parameter uji lain yang akan diikut sertakan dalam program uji profisiensi. Sehingga MasterLab Asia akan selalu memberikan pelayanan yang optimal untuk semua pelanggan.
Trouw Nutrition adalah salah satu perusahaan Nutreco – perusahaan global yang merupakan salah satu produsen premix terbesar, termasuk feed additives dan layanan inovatif bagi perkembangan gizi untuk industri nutrisi hewan. Perusahaan ini beroperasi di 25 negara dengan jumlah karyawan sekitar 3.000 orang. Sejak 1931, solusi-solusi pakan kami telah memenuhi kebutuhan produsen pakan, integrator, distributor dan home mixers. (wan)

Pembibitan Ayam Lokal, Ekspornya Menjanjikan

Industri pembibitan ayam lokal yang sudah sangat maju memang perlu menjadi perhatian pemerintah. Agar industri tersebut bisa semakin berkembang dan menyentuh pasar ekspor. Melihat potensi baik di industri pembibitan ayam lokal, Direktur Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Kementerian Pertanian, Prof Muladno Basar, menyambangi salah satu pembibit ayam lokal di daerah Gunung Sindur, Kabupaten Bogor
Dirjen PKH Muladno Basar (berbatik merah)
saat berkunjung ke pembibitan ayam lokal di Gunung Sindur, Bogor.
Kunjungan Dirjen PKH atas undangan dari Himpunan Peternak Unggas Lokal (HIMPULI) bersama dengan Gabungan Pembibitan Ayam Lokal (GAPALI) untuk melihat perkembangan di salah pembibitan ayam lokal GAPALI.
Dalam kedatangannya itu, Muladno menyebut, pembibitan ayam lokal sudah sangat maju dan bisa dijadikan skala industri untuk peluang ekspor yang menjanjikan. “Perlu ada beberapa perhatian, untuk lebih memajukan industri pembibitan ayam lokal, seperti sertifikasi bibit yang dihasilkan. Pemerintah siap untuk memfasilitasi peternak dan pembibit ayam lokal,” ujar Muladno saat kunjungannya, Jumat, 15 Januari 2016.
Sementara itu, menurut Ketua HIMPULI, Ade Zulkarnain dan Ketua GAPALI, Bambang Krista, keduanya mengaku senang atas kedatangan Dirjen PKH yang bersedia hadir meninjau salah satu tempat pembibitannya dan ingin memfasilitasi peternak dan pembibit ayam lokal agar bisa menyasar pasar ekspor.
Selain itu menurut mereka juga, perlu ada beberapa hal terkait ekspor yang harus dibenahi dan meminta kepada Dirjen PKH agar peternak dan pembibit ayam lokal tidak dipersulit. (rbs)

Direktorat Pakan dan AINI Bersinergi Rancang Sistem Logistik Pakan

Direktorat Pakan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), dan Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) bersinergi menyelenggarakan diskusi seputar Sistem Logistik Pakan (SLP) pada 23-24 Desember 2015, di Bogor, Jawa Barat.
Usai diskusi Sistem Logistik Pakan (SLP) para peserta kompak berfoto bersama.
Dimana diskusi tersebut melihat tantangan pengembangan indusri pakan yang selalu dikaitkan dengan pangan dan energi. Kompetisi antar ketiga sektor tersebut yakni feed, food and fuel saat ini memang kian ketat. Hal tersebut diperburuk pula dengan terjadinya perubahan iklim global, yang membuat perubahan secara masif terhadap pola tanam, produksi dan distribusi pangan.
Isu lain yang juga menjadi perhatian dalam diskusi adalah meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, sehingga menuntut terjaminnya keamanan pakan yang berpengaruh langsung terhadap keamanan pangan asal hewan.
Jaminan ketersediaan pakan secara tidak langsung berbanding lurus dengan jaminan ketahanan pangan hewani. Di Indonesia sendiri, industri pakan secara umum cukup berkembang, namun untuk industri pakan ternak ruminansia dan ternak lainnya masih perlu perhatian khusus. Sebab, sebagian besar produksi pakan ternak masih dilakukan secara individu/kelompok dalam skala kecil.
Sebenarnya, pemerintah melalui APBN telah mendukung pengembangan logistik pakan melalui berbagai fasilitas seperti, unit pengolah pakan ruminansia dan unggas, unit lumbung pakan ruminansia, unit usaha hijauan pakan ternak, unit usaha bahan pakan, dan integrasi ternak tanaman. Namun di sisi lain, sistem pemeliharaan ternak (khususnya ruminansia) skala menengah ke bawah masih mengalami kendala signifikan dalam penyediaan bibit dan bahan pakan.
Fakta di atas menjadi penyebab belum maksimalnya produksi ternak lokal. Kecukupan pakan pada usaha ternak ruminansia masih menjadi kendala yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan musim. Di mana pada musim tertentu, tingkat ketersediaan pakan akan menurun tajam dan sebaliknya.
Selain itu, ketersediaan pakan juga dipengaruhi oleh pola penggunaan lahan serta menyebarnya lokasi sumberdaya pakan yang berjauhan dengan industri peternakan. Untuk itu diperlukan sinkronisasi keterkaitannya sebagai sebuah sistem. Sistem tersebut adalah SLP yang secara teknis memudahkan dalam mendapatkan pakan yang tepat, pada waktu yang tepat, dengan jumlah yang tepat, dan kondisi yang tepat dengan biaya terjangkau, serta memberikan nilai tambah bagi semua pihak.
Kondisi ini tentu saja memerlukan jaminan ketersediaan secara kuantitas dan kualitas. Substansi logistiknya pun juga harus dilihat dari sisi manajemen ternak agar penggunaan pakan lebih efektif dan efisien, sehingga sesuai dengan kondisi ternak.
Turut hadir dalam acara diskusi, antara lain dari Direktorat Pakan Dr Mursyid Mas'um dan Dr Maradoli Hutasuhut, kemudian dari Balitnak Dr Arnold Sinurat dan Dr Winugroho, dan dari AINI, Prof Nahrowi, serta sejumlah narasumber penting lainnya. (AINI/rbs)

Medion Bagi-bagi Ilmu di Kamboja

Medion gelar seminar di Prey Veng, Kamboja.
Kiprah Medion dalam mengedukasi peternak tidak terbatas di dalam negeri saja, sudah banyak negara di Asia dan Afrika yang dijelajahinya. Perusahaan asal Bandung yang kesohor sebagai produsen obat, vitamin, vaksin, dan peralatan peternakan, kali ini kembali berbagi ilmu di wilayah Kamboja.
Beberapa propinsi di Kamboja seperti Kompong Chnang, Pursat, Prey Veng, Kompot, Takeo, hingga Phnom Penh menjadi tempat-tempat yang dikunjungi oleh tim dari Medion pada tanggal 6-13 Desember 2015 lalu. Beberapa seminar pun dilaksanakan dengan topik penyakit ND, Fowl Pox, Coryza, Cholera dan AI dengan pembicara Drh. Amir.
Diangkatnya topik-topik tersebut, dikarenakan kasus penyakit ND, Fowl Pox, Coryza, Cholera, dan AI memang banyak menyerang di Kamboja. Selain mengulas tentang penyakit, seminar ini juga dilengkapi dengan praktik bedah bangkai dan diagnosa setiap penyakit.
Tim Medion berfoto bersama pelanggan di Phnom Penh.
Seminar-seminar ini ternyata menarik minat dari para peternak di Kamboja, terbukti dengan padatnya peserta yang disetiap propinsi sedikitnya dihadiri 80-100 orang. Para peserta seminar merasa sangat berterima kasih atas pengetahuan yang disampaikan. Dan mereka mengaku sangat terbantu dalam mengatasi masalah yang dihadapi seraya berharap seminar seperti ini dapat dilakukan lebih sering.
Praktik bedah bangkai.
Medion semakin menancapkan eksistensinya di berbagai negara di Asia dan mengharumkan nama Indonesia. Sukses untuk Medion. (wan) 

Peternak Indonesia Mendapat Beasiswa Australia

Menyusul suksesnya program beasiswa Kursus Singkat Ketahanan Pangan untuk sektor Daging dan Ternak Sapi tahun lalu, sebanyak 65 profesional industri peternakan dari seluruh Indonesia akan melakukan enam minggu studi dan penempatan kerja praktek di pedalaman Queensland dan di universitas-universitas di seluruh Australia.
Foto bersama seluruh peserta kursus singkat di Australia
dengan Dirjen PKH dan Perwakilan Kedutaan Australia. 
Para peserta dari seluruh pelaku industri sapi di Indonesia ini tengah menerima Australia Awards Scholarships dibawah Program Kerjasama Indonesia-Australia dalam Ketahanan Pangan Sektor Daging dan Sapi Potong Angkatan ke-2 yang peluncurannya diselenggarakan di Kementerian Pertanian Jakarta, Jumat (26/2).
Acara yang dibuka Dirjen Peternakan dan Kesehatan Muladno ini dihadiri oleh Dean Merrilees staf Ahli Menteri Pertanian Kedutaan Besar Australia. Tim dari Australia Awards, dan Himawan Hariyoga selaku Indonesian Co-Chair.
Berawal dari Pertemuan Pemimpin Indonesia-Australia ke-3, antara Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Australia Kevin Rudd, pada tanggal 5 Juli 2013 di Bogor, kedua kepala negara menyepakati Joint Announcement pembentukan forum kerj sama dalam ketahanan pangan di sektor daging dan ternak sapi.
Hal ini sejalan dengan semangat pemerintahan Presiden Jokowi. Semangat yang tertuang dalam nawacita yaitu “Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan seluruh sektor strategis ekonomi domestik dan meningkatkan produktivitas rakyat.”
Daya saing menjadi inspirasi bagi pembangunan peternakan dan kesehatan hewan untuk mereaktualisasi Program Pemenuhan Pangan asal Hewan. Nawacita juga berhasil menggerakkan seluruh kegiatan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan melalui fungsi perbibitan, produksi, pakan, kesehatan hewan, kesehatan masyarakat veteriner, serta pengolahan dan pemasaran hasil peternakan.
Forum kerja sama tersebut dinamai Indonesia-Australia Partnership on Food Security in the Red Meat and Cattle Sector. Forum ini bertujuan untuk mensinergikan kekuatan dan potensi Indonesia dan Australia dalam rangka membangun sektor ternak sapi di Indonesia, meningkatkan daya saing kedua negara, dan mengembangkan prospek investasi dan perdagangan jangka panjang antara kedua negara sebagai bagian rantai suplai daging dan ternak sapi yang berdaya saing global.
Keanggotaan Kemitraan ini meliputi perwakilan dari instansi pemerintah Indonesia dan Australia dan dari industri, termasuk sektor daging dan ternak sapi serta komunitas bisnis dan investasi. Program ini dinamai Short Course under Indonesia-Australia Partnership on Food Security in the Red Meat and Cattle Sector. Program ini akan membantu meningkatkan keterampilan peserta dalam hal teknis, manajerial dan bisnis dalam bidang produksi, pengolahan serta tata kelola yang terkait dengan produksi daging dan ternak sapi.
Foto bersama perwakilan penerima beasiswa dengan Dirjen PKH Muladno,
Mr. Dean Merrilees (Kedutaan Besar Australia) dan Himawan Hariyoga
Untuk angkatan ke-2 tahun 2016 ini, ada empat jenis Short Course, yakni 1) Peternakan dan Produksi Ternak sebanyak 30 orang, 2) Produksi Daging, Pengolahan dan Manajemen Rantai Pasokan sebanyak 10 orang, 3) Penyusunan Kebijakan untuk Produksi Peternakan dan Rantai Pasokan sebanyak 15 orang, dan 4) Pertukaran Pengetahuan Industri Peternakan di Australia dan Indonesia sebanyak 10 orang.
Short Course akan dilaksanakan di Australia pada tanggal 29 Februari sampai dengan 8 April 2016, dan peserta Pertukaran Pengetahuan Industri Peternakan di Australia dan Indonesia pada tanggal 4-10 April 2016. Peserta yang mengikuti short course ini merupakan hasil seleksi oleh Komite Seleksi terdiri atas Australia Awards, Kedutaan Besar Australia, Tim Partnership dan Kementerian Pertanian.
Program kursus singkat ini akan diselenggarakan di Universitas Queensland, Sydney, dan New England serta di kampus Technical and Further Education, Queensland, (TAFE QLD) dan pada usaha penggemukan, pemotongan hewan dan terminal ternak. Tahun lalu 50 peserta dari Indonesia ambil bagian dalam program ini di Queensland dan Northern Territory. (wan) 

Menyongsong Pameran Pengolahan Biji-Bijian, Beras dan Pakan Terbesar Asia

Tinggal beberapa minggu sebelum FIAAP/VICTAM/GRAPAS Asia 2016 digelar, pihak penyelenggara, Victam International, mengumumkan bahwa area pameran tersebut telah terjual habis dan berbagai perusahaan ternama internasional akan hadir di pameran tersebut.
Di FIAAP yang fokus di nutrisi ternak dan bahan baku pakan, berbagai perusahaan lokal dan supplier ternama internasional seperti Biomin, DSM, Kemin, Sopropeche, Tyson, Special Nutrients, Arm & Hammer, Olmix, SPF Diana, Dr. Eckel, Cargill dan sebagainya akan turut serta.
Begitu pula halnya dengan VICTAM. Para pengunjung dapat melihat booth-booth besar yang menampilkan teknologi terbaru dari Buhler, Famsun, ZCME, Ottevanger, Andritz, van Aarsen, Wenger, CPM, Extru-Tech, Amandus Kahl, Dinnissen, Geelen dan sebagainya.
Peserta di GRAPAS yang fokus di pengolahan biji-bijian, tepung dan beras juga tak kalah menarik. Perusahaan-perusahaan internasional seperti Satake, Buhler, Alapala, Brock, Cimbria, Kay Jay Rolls, Foss, Rueter, Petkus, Cimbria, Altuntas, Chief dan sebagainya akan menampilkan teknologi terbaru mereka.
Banyak hal yang dapat dilihat di pameran yang berdurasi tiga hari tersebut. Tidak hanya tentang teknologi pengolahan dan bahan baku, tapi juga akan ada banyak booth yang menampilkan berbagai mesin dan sistem pendukung. Contohnya mesin pengemasan, kemasan, silo, sistem konveyor, program formulasi, elevator, mesin pengering, bucket dan perlengkapan lainnya yang penting untuk sebuah pabrik pengolahan pakan dan biji-bijian.
Seluruh pengunjung juga diundang untuk menghadiri seminar ASEAN Feed & Rice Summit ke-2 yang akan berlangsung pada Rabu sore, 30 Maret di BITEC lantai 2. Pembicara-pembicara internasional ternama akan membahas berbagai topik, seperti berikut ini:
Moderator: Dr. La Van Kinh. DDG – Presiden Asosiasi Pakan Vietnam
Program sementara*:
·         Alexandra de Athayde, Direktur Eksekutif, International Feed Industry Federation (IFIF) – Berbagai perkembangan terkini di industri pakan global.
·         Archer Daniels Midland Company (ADM) – Perkembangan suplai bahan baku di ASEAN.
·         Du Van Pham, Pejabat Senior Pertanian FAO (pakar beras) – Beras dan sistem pertanian berbasis beras di negara-negara ASEAN.
·         Vinod Ahuja – Pejabat Kebijakan Peternakan FAO, Kantor Regional Asia Pasifik – Kecukupan pangan dan pakan.

Untuk program final, kunjungi www.victam.com/?i=371

Di pameran tiga hari tersebut juga akan ada berbagai seminar, di BITEC lantai 2. Beberapa judul seminarnya adalah sebagai berikut:
1.      Aquafeed Horizons Asia
2.      FIAAP Animal Nutrition Conference
3.      Petfood Forum Asia
4.      Global Milling Conference with GRAPAS Asia
5.      Biomass Asia
6.      GMP+ Feed Safety Assurance

Untuk informasi lebih lanjut, program seminar dan sekretariat, kunjungi www.victam.com/?i=356
Tak ketinggalan, juga akan ada seminar-seminar teknis, di BITEC lantai 2 dan gratis untuk semua pengunjung yang telah terdaftar. Untuk program terbaru, kunjungi http://victam.com/?i=355
Semua rangkaian acara tersebut akan bertempat di pusat pameran BITEC di Bangkok, Thailand dari 29-31 Maret 2016. Jika anda ingin berkunjung, anda diwajibkan untuk mendaftar dengan mengunjungi link ini http://www.victam.com/visreg.php. Pengunjung pameran tidak dikenakan biaya masuk. (wan)

Terus Merugi, Ribuan Peternak Broiler Geruduk Istana

Ribuan peternak broiler dari berbagai wilayah di Indonesia melakukan unjuk rasa menuntut perhatian pemerintah atas rendahnya harga jual ayam hidup di tingkat peternak di depan Istana Negara, Selasa (1/3).  

Dipicu rendahnya harga ayam hidup saat ini, lebih dari 1.200 peternak yang tergabung dalam berbagai asosiasi peternak daerah dan asosiasi nasional melakukan aksi demo di depan Istana Negara Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (1/3). Mereka bersatu dalam satu wadah Sekretariat Bersama Penyelamatan Peternak Rakyat dan Perunggasan Nasional. Aksi demo ini ditujukan agar pemerintah memperhatikan nasib peternak rakyat Indonesia yang saat ini sedang dalam kondisi memprihatinkan.
Seperti diketahui over supply DOC dan over supply ayam besar (Live Bird=LB) sudah berlangsung sejak Januari s/d Februari 2016. Harga LB sangat hancur sehingga merugikan para peternak rakyat dengan rataan kerugian selama 3 pekan ini berkisar Rp 10.000 - 11.000/kg hidup. Artinya, merupakan kerugian tertinggi yang pernah terjadi selama 10 tahun terakhir. Selama tiga pekan ini pada tingkat kementerian terkait hanya bisa menghimbau dan tidak ada kemampuan memberikan solusi dari Pemerintah. 
Oleh karena itu, para peternak rakyat mendatangi Istana Negara Jakarta untuk menyampaikan aspirasinya dan meminta solusi dari pemerintah dalam hal ini Presiden Jokowi. Semua ini terjadi semakin runyam di perunggasan Nasional karena berlakunya UU No.18 Tahun 2009 yang tidak memiliki pasal-pasal tentang Segmentasi Pasar sehingga terjadi perang harga antara produksi peternak rakyat pembudidaya dengan produksi monopoli para perusahaan besar Integrator dan PMA di pasar tradisional yang mengakibatkan tergusurnya para peternak rakyat.
Ketua GOPAN Herry Dermawan dan Nano Supriyatno mendampingi
Jenny Soelistiani perwakilan peternak Lampung saat berorasi.  
Dalam orasinya, Sugeng Wahyudi perwakilan peternak Bogor yang juga Sekjen GOPAN menuntut pemerintah untuk segera menaikkan harga jual ayam hidup diatas Biaya Pokok Produksi (BPP) peternak rakyat. Saat ini BPP peternak rakyat Rp 18.500/kg, sementara harga jual ayam di kandang Rp 8.000/kg.
Mewakili peternak, ia juga menuntut eksistensi peternak rakyat ditetapkan dalam hal budidaya unggas minimal 70% diserahkan ke peternak rakyat untuk pasar dalam negeri. “Sementara perusahaan besar terintegrasi menguasai 30% hak budidaya dengan kewajiban mengekspor produksinya atau diolah dalam bentuk produk olahan berbasis daging ayam,” ujar Sugeng.
Sugeng melanjutkan, penataan suplai DOC sesuai dengan permintaan konsumen akhir, antara lain dengan cara yang sesuai dengan peraturan pemerintah yaitu melalui pengaturan jumlah GGPS (Great Grand Parent Stock), GPS (Grand Parent Stock)dan penataan jumlah DOC final stock. Hal tersebut dimaksudkan agar ada kesesuaian antara permintaan dan penawaran DOC.
Selain itu, menurut Sugeng, carut marutnya perunggasan nasional saat ini tidak lepas dari peran UU No. 18 Tahun 2009 yang tidak mampu memayungi peternak rakyat Indonesia sehingga harus dicabut atau diganti dengan peraturan sejenis yang berkeadilan. Terutama dapat menjaga keberlangsungan eksistensi peternak rakyat.
Sementara itu Jenny Soelistiani perwakilan peternak Lampung dalam orasinya menharapkan negara dapat sungguh-sunguh hadir untuk menyelamatkan jutaan rakyat yang sudah puluhan tahun bermatapencaharian sebagai peternak.
“Kami menolak segala bentuk industrialisasi yang mengatasnamakan target pemenuhan protein asal unggas tetapi pada kenyataannya, menghancurkan dan membinasakan usaha peternak rakyat swadaya, swakelola dan padat karya yang selama ini menjadi penggerak ekonomi masyarakat di seluruh daerah,” ujar Jenny.
Ia juga memohon adanya regulasi perunggasan yang memberikan keamanan dan kenyamanan berusaha bagi semua pelaku perunggasan. “Berikan kami payung hukum yang bisa melindung peternak dari segala praktek persaingan yang tidak adil dan tidak bermartabat,” ujar Jenny lantang.
Aksi ini juga mendapat dukungan dari mahasiswa anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Pertanian Bogor. Perwakilan BEM IPB terlihat turut serta dalam demo dan orasi peternak unggas menuntut perbaikan harga panen yang terpuruk selama beberapa pekan ini.
Perwakilan peternak diterima Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki dan dari hasil perbincangan telah disepakati :
1.       Pemerintah akan mensolusi permasalahan dan kekisruhan dalam perunggasan Nasional.
2.       Pemerintah akan berupaya untuk memperbesar porsi pangsa pasar bagi Peternakan Rakyat dari semula 20% menjadi 50%.
3.       Pemerintah akan membuat Perppu atau Keppres, jika UU No.18 Tahun 2009 Jo. UU No.41/2014 dapat dicabut atau dibatalkan MK.

Karyawan Cargill Komitmen Utamakan Keselamatan Kerja

Para pekerja Poliplant Group di perkebunan minyak kelapa sawit milik Cargill di Kalimantan Barat Jumat, (19/2) menandatangani sebuah komitmen pribadi untuk mengembangkan dan menjaga lingkungan kerja yang aman bagi sesama pekerja lainnya, keluarga, serta komunitas lokal yang bermukim di dalam atau di sekitar area perkebunan.
Para karyawan dan manajemen Poliplant Group menandatangani
Komitmen Diri terhadap Keselamatan diperkebunan milik CTP.
Acara penandatanganan komitmen tersebut sekaligus menandai berakhirnya pekan Lokakarya “Kesehatan dan Keselamatan Kerja” yang diadakan bagi seluruh karyawan. Hal ini sejalan dengan sasaran Kementerian Ketenagakerjaan untuk mencapai tingkat produktivitas dan daya saing yang lebih tinggi di pasar global melalui budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang lebih unggul.
Berbagai kegiatan dilaksanakan selama pekan Lokakarya K3 ini, di antaranya adalah kompetisi lagu dan drama bertema keselamatan kerja, kuis keselamatan kerja, perlombaan keselamatan berkendara, serta kompetisi poster bertema keselamatan kerja untuk anak-anak. Dalam pekan Lokakarya K3 tersebut juga diadakan upacara pekan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, serta pameran bagi para pemasok produk dan jasa Poliplant Group.
“Kami berharap seluruh karyawan akan menganggap keselamatan kerja sebagai hal yang penting dalam seluruh aspek bisnis kami. Saat ada kesepahaman bersama bahwa keselamatan kerja adalah milik setiap karyawan, semua cedera dan kecelakaan dapat dicegah,” tutur Anthony Yeow, President Director of Poliplant Group.
Rekan kerja Poliplant Group, yaitu para pegawai dari PT Harapan Sawit Lestari milik Cargill di Kalimantan Barat, juga turut mengadakan upacara penandatanganan komitmen keselamatan kerja serupa minggu ini. (wan) 

Tiba di Tanjung Priok, Kapal Ternak Kembali Bermuatan Penuh

Mentan Amran Sulaiman saat melayani wawancara wartawan
di dalam kapal ternak Camara Nusantara I, Senin (22/2). 
Menteri Pertanian kembali hadir di Pelabuhan Tanjung Priok untuk menyambut kedatangan kapal khusus ternak Camara Nusantara I yang membawa muatan penuh sebanyak 500 ekor sapi dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Dengan berlabuhnya kembali kapal khusus ternak di pelabuhan ini, maka sudah ketiga kalinya kapal  Camara Nusantara I berlayar dengan muatan penuh.
Berdasarkan rekapitulasi penggunaan kapal khusus ternak yang dikirim oleh Dinas Peternakan Provinsi NTT ke Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, ternak sapi yang dimuat sebanyak 500 ekor, dengan rincian 300 ekor dari Pelabuhan Tenau Kupang dan 200 ekor dari Pelabuhan Waingapu. Kapal ternak berangkat dari Pelabuhan Waingapu tanggal 17 Februari pukul 14:00. Kemudian kapal khusus ternak ini tiba di pelabuhan Cirebon tanggal 21 Februari pukul 04:00 pagi dan tiba di Tanjung Priok tanggal 22 Februari 2016.
Pengguna kapal ternak kali ini berasal dari 8 pelaku usaha yaitu: CV Semata Wayang, UD Harapan Jaya, UD Praiwora Putra, CV Tiga Berlian, CV Bina Taruna, CV STMJ, CV Generasi Baru dan PT Berdikari (Persero) perwakilan Kupang. Ternak sapi potong yang dimuat dari Pelabuhan Kupang berjenis sapi bali dengan bobot rata-rata 275 Kg. Sedangkan ternak sapi yang dimuat dari Pelabuhan Waingapu berjenis SO (Sapi Ongole) dengan bobot rata-rata 325 Kg. Kisaran harga sapi di Pelabuhan bervariasi dan ditentukan berdasarkan B to B (Business to Business).
Pada tanggal 21 Februari 2016, PT Berdikari (Persero) telah menyelenggarakan kegiatan penjualan paket daging sapi lokal terjangkau dengan harga Rp 85.000 pe Kg untuk masyarakat. Daging sapi yang dijual tersebut merupakan daging hasil pemotongan sapi lokal yang berasal dari daerah produsen sapi potong (NTT dan NTB) yang diangkut menggunakan kapal khusus ternak Camara Nusantara I.
Program tol laut Presiden Jokowi ini diharapkan dapat membantu masyarakat, baik peternak maupun masyarakat konsumen. Dimana peternak dapat menerima harga jual sapi yang lebih tinggi, karena sapi dibeli langsung dari kelompok-kelompok peternak. Dilain pihak masyarakat konsumen menerima harga jual daging sapi yang lebih terjangkau. (wan)

Kementan Gelar Operasi Pasar 4 Ton Daging Sapi Murah

Kementerian Pertanian bersama PT Berdikari (Persero) menggelar operasi pasar
paket daging sapi lokal di area Car Free Day Jakarta, (21/2).
Pemerintah cq Kementerian Pertanian melakukan operasi pasar untuk menekan harga daging sapi yang mahal di pasaran saat ini. Bekerjasama dengan PT Berdikari, total 4 ton paket daging sapi yang dijual dengan harga Rp 85.000 per kg ludes diserbu masyarakat dan UKM (Usaha Kecil dan Menengah).
Hal ini dilakukan untuk menekan harga jual daging sapi di pasaran yang masih mencapai Rp 110.000 per kg. Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyebutkan, harga yang mahal di pasaran saat ini adalah akibat dari rantai pasokan daging sapi yang terlalu panjang dan banyak pihak di tengah rantai pasok yang membuat harga jual jauh lebih mahal.
"Ini menunjukkan bahwa rantai pasok kita harus dibenahi. Manfaatnya adalah harga di tingkat petani naik Rp 5.000 per kg tapi di tingkat konsumen turun Rp 30.000 per kg," kata Amran di sela operasi pasar yang digelar bersamaan dengan acara Car Free Day Jakarta, Minggu (21/2).
"Daging sapi yang dijual kali ini merupakan daging hasil pemotongan sapi lokal yang berasal dari daerah potensi sumber sapi potong (NTT dan NTB) yang diangkut menggunakan kapal khusus ternak KM Camara Nusantara I milik pemerintah," imbuh Amran.
Program penyediaan kapal ternak oleh pemerintah ini, lanjut dia, sangat membantu masyarakat, baik peternak maupun masyarakat konsumen. Karena peternak dapat menerima harga jual sapi yang lebih tinggi.
"Hal ini juga disebabkan PT Berdikari memotong mata rantai dengan membeli sapi Iangsung pada kelompok-kelompok ternak. Di lain pihak masyarakat konsumen menerima harga jual daging sapi yang lebih terjangkau karena Berdikari Iangsung memprosesnya pada Rumah Potong yang dimiliki dan menjualnya Iangsung pada konsumen dan UKM," sambungnya.
Dia menambahkan proses pemotongan di Rumah Potong Berdikari ini dilakukan dengan standar internasional memiliki nomor kontrol veteriner dan memperhatikan aspek animal welfare, serta telah tersertifikasi halal oleh MUI sehingga daging sapi yang dihasilkan memiliki keunggulan higienis dan kualitas yang baik.
"Daging yang dihasilkan melalui proses pemotongan yang modern berstandar internasional. Proses ini dapat menghilangkan kaku otot dan menjadikan daging yang dihasilkan lebih empuk dan cocok untuk masakan nusantara dan internasional. Selain itu, daging PT Berdikari (Persero) ini juga lebih higienis. Karena daging sapi diproses di RPH berstandar internasional dan sama sekali tidak menyentuh tanah," lanjutnya.
"Dalam upaya mewujudkan kepedulian perusahaan untuk ketersediaan dan keterjangkauan daging sapi di masyarakat, kami dan Berdikari akan terus melaksanakan program ini, dan memperluas area operasi penjualannya," pungkasnya. (wan)

Hafid Wahyu, Pimpin Gapuspindo Periode 2016-2019


Hafid Wahyu, Ketua Dewan Gapuspindo 2016-2019.
Hafid Wahyu, pimpinan PT Agri Satwa Jaya Kencana, terpilih sebagai Ketua Dewan Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) masa bhakti 2016-2019, Melalui Musyawarah Nasional (Munas) I Gapuspindo di The 7th Hotel, Bandar Lampung, 16 Februari 2016.
Gapuspindo adalah nama baru bagi Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo). Perubahan nama telah diputuskan pada Munas Luar Biasa (Munaslub) Apfindo yang berlangsung 5 Nopember 2015 di Hotel Santika Premier Bintaro, Tangerang Selatan. Perubahan nama ini didasari oleh perubahan mendasar dari Anggaran Dasar dan Anggara Rumah Tangga dimana anggota organisasi ini tidak hanya pelaku perusahaan penggemukkan (feedlot) sapi melainkan juga peternak sapi lokal yang telah menjalankan kegiatannya sebagai sebuah bisnis.
"Dengan nama Gapuspindo, maka anggotanya tidak hanya feedlot melainkan juga peternak sapi lokal. Ini adalah sesuatu yang sangat positif karena menunjukkan tidak ada lagi sekat antara peternak sapi asal impor dengan sapi lokal. Semuanya memiliki tantangan dan peluang yang sama," ujar Direktur Eksekutif Apfindo/Gapuspindo Joni Liano.
Agenda utama Munas I Gapuspindo adalah pengesahan program kerja dan anggaran, serta pemilihan Dewan Gapuspindo. Berbeda dengan asosiasi peternakan pada umumnya, dimana yang dipilih di Munas adalah Ketua Umum, Munas Gapuspindo memilih 12 orang anggota Dewan Gapuspindo, dimana Dewan ini merupakan perwakilan dari anggota. Selanjutnya Dewan diberi waktu untuk memilih Ketua, Wakil Ketua, Bendahara dan Anggota Dewan. Setelah susunan dewan terbentuk dalam Munas, sidang pleno Munas memberi waktu 30 hari kerja kepada Dewan untuk menunjuk dan menetapkan Direktur Eksekutif. Dalam organisasi Gapuspindo, Direktur Eksekutif adalah pelaksana harian organisasi yang berperan penting dalam menjalankan organisasi.
Suasana Seminar dan Munas Gapuspindo di Lampung, (17/2)
Munas I Gapuspindo ini berlangsung dinamis. Dari agenda yang disepakati berlangsung pukul 14.00-18.00, dalam pelaksanaannya mengalami perpanjangan waktu hingga pukul 22.00. Perpanjangan waktu ini karena ada beberapa agenda yang membutuhkan waktu diskusi yang cukup lama, yaitu laporan pertanggungjawaban Kordinator Dewan Apfindo, pemilihan Majelis Pimpinan Munas dan pemilihan Dewan Gapuspindo.
Pada saat pembahasan tata tertib, terjadi usulan agar pertanggungjawaban Koordinator Dewan Apfindo dilakukan di forum yang berbeda karena Apfindo sudah berubah menjadi Gapuspindo. Hasil dari diskusi ini, disepakati agenda pertama adalah pertanggungjawaban Koordinator Dewan Apfindo masa bhakti 2012-2015 Endro Susilo. Setelah pertanggungjawaban selesai, baru dimulai pemilihan Majelis Pimpinan Munas dan dilanjutkan agenda Munas berupa pengesahan program kerja dan pemilihan Dewan Gapuspindo.
Sidang pertama dipimpin oleh Ketua Pengarah Munas Yudhi Guntara Noor, pelaku bisnis feedlot yang juga mantan Ketua Umum Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI). Selanjutnya dilakukan pemilihan Majelis Pimpinan Munas yang jumlahnya 5 orang sesuai tata tertib. Pemilihan 5 orang Majelis Pimpinan Munas dilakukan melalui pemungutan suara.
Pada menjelang maghrib terpilih Majelis Pimpinan Munas yaitu Didiek Poerwanto, Gin Gin Ginanjar, William Bulo, EM. Syairi dan Juan Permata Adoe. Didiek yang juga Ketua Panitia Munas memimpin sidang pleno hingga acara utama Munas selesai.

Foto bersama Dewan Gapuspindo dengan Dirjen PKH Muladno usai acara pelantikan.
Pelantikan oleh Dirjen PKH
Sekitar pukul 20.00 dimulai pemilihan Dewan Gapuspindo, dimana setiap peserta Munas yang memiliki hak suara memilih 12 orang calon anggota Dewan Gapuspindo dari 25 kandidat dewan. Pemilihan ini berlangsung hingga pukul 21.30 hingga terbentuk susunan dewan sebagai berikut:

No.
Jabatan 
Nama 
Asal Perusahaan
01.
Ketua 
Hafid Wahyu 
PT. Agri Satwa Jaya Kencana
02.
Wk. Ketua
Didiek Purwanto
PT. Karunia Alam Sentosa Abadi
03.
Bendahara
Dudi Eko Setiawan
PT. Eldira Fauna Asahan
04.
Anggota
Achmad
PT. Kadila Lestari Jaya
05.
Anggota
Budi Satria Adoe
PT. Bina Mentari Tunggal
06.
Anggota
Dicky A. Adiwoso
PT. Juang Jaya Abdi Alam
07.
Anggota
Endro Susilo
PT. Elders Indonesia
08.
Anggota
Gin Gin Ginanjar
PT. Citra Agro Buana Semesta
09.
Anggota
Handi Tanusaputra
PT. Andini Karya Makmur
10.
Anggota
Iguh ND Pribadi
PT. Sukses Ganda Lestari
11.
Anggota
Jodi Koesmendro
PT. Rumpinary Agro Industry
12.
Anggota
Toni Mardianto
PT. Lembu Andalas Langkat

Anggota Gapuspindo mengunjungi peternakan sapi potong lokal
milik Haji Mat Aji di Ds. Adi Jaya, Kec. Terbanggi Besar Lampung Tengah.
Seminar dan Field Trip 
Rangkaian acara Munas dimulai sejak awal Februari antara lain berupa lomba melukis siswa SD dengan tema peternakan sapi, lomba asah trampil kelompok peternak di Lampung serta beberapa kegiatan pendukung lainnya. Munas dilanjutkan seminar nasional dengan tema meningkatkan produktivitas agribisnis sapi potong yang berdaya saing dan berkelanjutan di era global yang berlangsung 17 Februari di tempat yang sama.
Seminar menghadirkan pembicara Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Muladno, Deputy Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud, dan pakar ekonomi Bustanul Arifin. Seminar diikuti oleh sekitar 300 orang dari berbagai lembaga pemerintah maupun swasta termasuk pimpinan asosiasi bidang peternakan, pimpinan perguruan tinggi, anggota Gapuspindo, para peternak binaan Gapuspindo.  Acara seminar ini diawali dengan pelantikan pengurus Gapuspindo oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Kunjungan ke feedlot PT KASA dengan kapasitas 10.000 ekor. 
Sebagai penutup rangkaian Munas, tanggal 18 Februari peserta Munas diajak melakukan kunjungan ke peternakan sapi potong yaitu peternakan Haji Mat Aji di Desa Adi Jaya, Kecamatan Terbanggi Besar, Lampung Tengah dan Feedlot PT KASA (Karunia Alam Sentosa Abadi). Peternakan Mat Aji adalah peternakan sapi lokal yang sukses hingga populasinya mencapai 1.000 ekor, sedangkan PT KASA adalah feedlot modern dengan kapasitas sekitar 10.000 ekor. (Bams)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer