Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Ir. Hery Santoso, MP. NIAT BAIK SEBELUM BEKERJA

Bekerja dan menghabiskan waktu lebih banyak di lapa-ngan tidak dipungkiri Ir Hery Santoso MP, bahwa ia banyak bertemu dengan kawan baru dan customer dengan karakteristik yang berbeda-beda. Business Development Manager PT Alltech Biotechnology Indonesia ini menuturkan ada masa dimana sebelumnya ia tidak mengenal sama sekali seluk-beluk bidang peternakan.

Mengenyam pendidikan di Fakultas Peternakan Unsoed, bagi Hery memang sebuah jalan yang sudah ditetapkan dan kemudian ia terjun di dalamnya secara totalitas. Selepas memperoleh gelar S1, pria asal Boyolali ini kemudian melanjutkan S2 di UGM.


Kesungguhannya dalam menekuni profesinya, Hery senantiasa mencetuskan niat baik di pagi hari sebelum bekerja. “Diniati dulu setiap hari, karena memang keseharian saya harus bertemu orang yang berbeda bekalnya positif thinking saja,” katanya ketika dijumpai Infovet di sela pagelaran ILDEX 2013 belum lama ini. 


Menurut Hery, karakter customer Indonesia sangat unik. “Tentu saja jika melihat secara global, kita tidak berkiblat ke barat karena jika diterapkan di sini belum bisa,” ujarnya. “Sebagaimana motto Alltech yaitu think globally act locally. Bahwa di sini kita menggunakan kearifan lokal dalam bertindak, namun dalam menyusun strategi atau mencetuskan ide-ide kita berpikir secara luas dan mendunia. 


Hery menyebutkan, terdapat cus­tomer yang perlu testimoni orang lain dalam arti ketika orang lain sudah menggunakan, ia pun akan ikut memakai. Kemudian ada karakter customer yang mengandalkan kedekatan, lalu ada pula yang suka berorientasi langsung pada hasil dari sebuah produk. 


Pandangan Hery akan dunia perunggasan Tanah Air, menurutnya Indonesia mempunyai peluang besar untuk ekspor. “Sebenarnya kita mampu, dengan melihat fluktuasi harga dan masalah daya serap di pasar selama dapat diakomodir kemungkinan tidak akan bergejolak seperti sekarang,” terang ayah dari 1 putri dan 1 putra ini.


Imbuh Hery, kembali lagi pada titik persoalan di mana memang sampai saat ini negara luar belum bisa menerima Indonesia. Baik itu masalah pelabelan brand Indonesia yang diliputi dengan penggunaan antibiotik. Hal ini bukan  saja menyerang bisnis nasional kita, namun juga menyangkut pada kebijakan pemerintah.


Banyaknya investor datang ke Indonesia, artinya potensi perusahaan lokal sedang berkembang. Semestinya begitu ada investor masuk, peluang baik kita manfaatkan. Apalagi dunia feed additive saat ini berada dalam kompetisi yang ketat, di mana banyak perusahaan baru muncul. (nunung)

TINGKAT PENERIMAAN

oleh : Ir. Bambang Suharno

Hal terpenting bukanlah apa yang kita harapkan, melainkan apa yang bisa kita terima.                  (Adam Khoo dan Stuart Tan)


JIKA anda ingin meraih kesukseskan, buatkan impian yang jelas dan sampaikanlah impian itu ke orang lain. Jangan takut untuk bermimpi dan jangan takut dicemooh orang. Silakan anda bercita-cita berpenghasilan setinggi mungkin, bercita-cita keliling dunia bersama keluarga, bercita-cita membangun tempat ibadah dan sekolah gratis. Apapun. Kata Bung Karno, “Gantungkan cita-citamu setinggi bintang di langit”.

Yang perlu diingat, dalam pencapaian atas cita-cita tersebut, ada satu faktor yang sangat penting, yaitu tingkat penerimaan anda.

Dalam buku Master Your Mind Design Your Destiny, Adam Khoo, seorang motivator asal Singapura, menegaskan , hal terpenting adalah bukan yang kita harapkan melainkan apa yang kita bisa terima dalam hidup. Itulah yang disebut “tingkat penerimaan”.

Begini kira-kira penjelasan singkatnya.  Umpamanya Anda memimpikan penghasilan bersih 100  juta per bulan, rumah bagus di tengah kota, mobil mewah dan sejumlah simbol kekayaan lainnya. Akan tetapi dengan latar belakang keluarga dan pengalaman anda selama ini, anda masih bisa menerima pendapatan 3 juta/bulan.  Pendapatan sebesar 3 juta itulah yang disebut tingkat penerimaan anda.

Tingkat penerimaan ini menjadi begitu penting karena faktanya, pada umumnya pendapatan kita berada di sekitar tingkat penerimaan itu. Misalkan suatu saat penghasilan anda kurang dari 2juta, maka pikiran bawah sadar anda akan menyentuh “tombol panik” dan anda akan melakukan berbagai kreativitas agar memperoleh pendapatan di atas “tingkat penerimaan” tadi.

Dari banyak kasus, ternyata kondisi panik ini akan membuat orang lebih kreatif dan berhasil menaikkan pendapatan minimal sesuai tingkat penerimaan.

Bukan hanya soal pendapatan, tingkat penerimaan berlaku dalam banyak hal di kehidupan kita sehari-hari. Anda ingin  mengunjungi 100 negara dalam 10 tahun? Jika keinginan ini hanya sebatas keinginan dan anda merasa tidak apa-apa jika hanya bisa pergi ke kawasan ASEAN, maka tingkat penerimaan ini cenderung akan membuat impian 100 negara hanya tercapai sampai wilayah ASEAN saja.

Nah, di sinilah kita perlu mengkaji ulang, antara cita-cita besar dan tingkat penerimaan. Cita-cita besar dan kerja keras belumlah cukup untuk menghasilkan keberhasilan yang nyata, kalau anda memiliki tingkat penerimaan yang rendah.

Itu sebabnya, tatkala kita memiliki cita-cita yang tinggi, kita perlu menaikan tingkat penerimaan secara bertahap, sehingga secara bertahap target kita akan tercapai. Naikkanlah tingkat penerimaan anda, maka anda akan lebih dekat dengan impian anda.

Proses menaikkan tingkat penerimaan adalah proses yang membutuhkan kemampuan menangani stress. Bukan hanya kerja keras yang anda perlukan. Dibutuhkan langkah inovasi. Jangan lupa anda perlu berdoa meminta jalan terbaik dari-Nya.

Brad Sugar, pebisnis  asal Australia menambahkan saran  yang sangat baik, dan menurut saya bisa mendukung pandangan Adam Khoo. Ia mengatakan, nasib ada 5 tahun lagi tergantung pada apa yang anda pelajari, dengan siapa saja anda berteman/bekonsultasi, dan aksi apa yang anda lakukan sehari-hari. Dapat  dikatakan, jika kita sudah menaikkan tingkat penerimaan, selanjutnya lakukan 3 hal sebagaimana saran  Brad Sugar.

Misalkan anda ingin berkunjung ke 100 negara, anda perlu mempelajari soal travelling, tempat wisata, jasa wisata, harga tiket, harga sewa hotel dan sebagainya. Anda perlu sering bersilaturahmi dengan rekan-rekan yang pernah keliling dunia untuk memotivasi dan mendapat pengetahuan tentang “kiat meraih impian keliling dunia”. Dan anda perlu melakukan aksi mengumpulkan dana untuk meraih impian anda.
 
 Tingkat penerimaan, adalah pertanda sebuah keharusan, bukan anjuran. Adam Khoo mengatakan, sebagian besar manusia ingin meraih impian tapi jarang yang menganggap sebagai keharusan. Cita-cita itu hanya sebatas sebagai anjuran saja. Jikalau cita-cita hanya berupa anjuran saja, maka anda akan mudah berhenti ketika hambatan menghadang.

Bagaimana dengan Anda?

Masih Tersedia buku kumpulan Artikel Refleksi
“Jangan Pulang Sebelum Menang” karya Bambang Suharno.
Pesan ke Gita Pustaka, telp: 021.7884  1279 (Aidah)

KETIKA ND GENOTIPE 7 MENJADI SOROTAN UTAMA

Penyakit ayam yang sangat terkenal di kalangan peternak ayam, ND (New Castle Disease), yang juga menyerang pernapasan, tetap menjadi sorotan utama dari berbagai penyakit yang lain. Demikianlah kesimpulan Infovet dalam mengamati perkembangan peta penyakit ternak unggas 2012-2013.
 
Belum lama ini pada 2012, dua seminar bertema ”Perkembangan Virus ND di Indonesia: ND G7B” diangkat oleh PT Medion Bandung dengan pembicara Drh Witarso dan Drh Budi Purwanto dari PT Medion. Sedangkan seminar bertema ”Pengendalian Genotipe 7 Newcastle Disease di Indonesia” diangkat oleh PT Romindo Primavetcom dengan pembicara Dr Michael Lee.
 
Belum lama ini juga, Seminar bertema ”Penanganan ND yang masih mendominasi penyakit unggas di Indonesia” diangkat oleh PT Caprifarmindo Laboratories Bandung dengan me­ngetengahkan pembicara Prof DR Drh Fedik Abdul Rantam MPhil dari Universitas Airlangga Surabaya. Seminar bertema ”Newcastle Disease” diang­kat oleh  PT Japfa Comfeed Indonesia dengan mengetengahkan pembicara DR Teguh Prajitno. Adapun Seminar tentang ND bertema ”Reaksi ringan, perlindungan Tinggi, Pendekatan baru dalam ND” diangkat oleh PT Intervet Indonesia dengan menampilkan pembicara Dr Jay F Peria.
 
Dari berbagai liputan terhadap seminar tentang Perkembangan Virus ND di Indonesia tersebut, Infovet melengkapi dengan wawancara khusus dengan pakar penyakit unggas di Indonesia Prof Drh Charles Rangga Tabbu MSc PhD yang Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada Yogyakarta dan dengan studi literatur dari berbagai sumber. Dari hasil semua sumber ini Infovet melaporkan kepada pembaca bahwa secara garis besar virus ND dapat diklasifikasikan berdasarkan serotipe, patotipe, dan genotipe (yang muncul sebagai hasil perkembangan teknologi terkini).
 
Klasifikasi virus ND berdasar serotipe adalah mengacu pada protein HN dengan melakukan HA/HI test, di mana ND hanya punya 1 serotipe. Sedangkan klasifikasi virus ND berdasar patotipe adalah mengacu pada virulensi atau tingkat keganasan. Sementara klasifikasi virus ND berdasarkan genotipe adalah mengacu pada tingkat susunan asam amino penyusun gen.
 
Berdasarkan patotipe/tingkat keganasannya, terdapat 3 jenis virus ND. Ketiga patotipe virus tersebut yaitu Velogenik, Mesogenik dan Lentogenik. Karakteristik serangan virus Velogenik ditandai terutama dengan infeksi saluran pencernaan (viserotropik) dan organ syaraf (nerotropik) yang parah, sehingga sering disebut dengan serangan VVND (velogenic viscerotropic Newcastle disease). Sementara karakteristik serangan virus Mesogenik memiliki keganasan menengah dan terutama menyebabkan gangguan pernapasan, bahkan terkadang menunjukkan gangguan syaraf. Sedangkan karakteris­tik virus Lentogenik merupakan penyebab dari penyakit ND tipe ringan, kadang-kadang tidak menampakkan gejala yang spesifik.
 
Perkembangan teknologi terkini memunculkan klasifikasi virus secara genotipe. Identifikasinya dengan melihat materi inti virus. Klasifikasi virus ND secara genotipe sesungguhnya berawal dari analisis secara filogenetik (kekerabatan), di mana virus ND dikelompokkan menjadi 2 divisi; yaitu Klas I (yang menyerang unggas air dan terdiri dari golongan virus bervirulensi rendah) yang minimal terdiri dari 9 genotipe, dan Klas II (yang menyerang unggas darat dan terdiri dari virus bervirulensi rendah tapi mayoritas virulen/ ganas) yang terdiri 10 genotipe.
 
Dengan penggolongan klas ini tentu saja masyarakat peternakan (bakal) lebih familiar dengan 10 genotipe pada virus ND Klas II ini. Baik untuk diketahui bahwasanya dari 10 genotipe (1-10), genotipe “awal” yang ditemukan pada tahun 1930-1960 adalah genotipe 1, 2, 3, 4 dan 9. Sementara genotipe “belakangan” yang ditemukan setelah tahun 1960 adalah genotipe 5, 6, 7, 8, dan 10. Dan, setelah pada tahun 2011 ditemukan isolat NDV dari Madagaskar, diusulkanlah adanya  genotipe 11 yang merujuk pada isolat ini
 
Virus ND Klas II genotipe 2 termasuk virus ND virulensi rendah yang digunakan sebagai galur vaksin, yaitu virus LaSota, B1 dan VG/GA. Kemudian, muncul pendapat bahwa vaksin yang banyak beredar di Indonesia umumnya dibuat dengan isolat virus La Sota dan Hitchner B1 asal Amerika yang tergolong ke dalam genotipe 2 tersebut.
 
Sementara itu, isu yang berkembang menyebutkan bahwa dari kasus ND sepanjang 2009-2011 yang dominan terjadi di Indonesia saat ini disebabkan oleh virus ND genotipe 7. Keyakinan itu didasarkan pula pada hasil isolasi virus dari kejadian ND terkini di lapangan. Di sinilah kemudian ND Genotip 7 menjadi perhatian utama masyarakat peternakan di Indonesia. Tak mengherankan, berbagai seminar diselenggarakan menyoal hal tersebut.

TIGA PANZOOTIK ND
Untuk membahas ND Genotipe 7 yang sedang menjadi sorotan masyarakat, dapat dimulai dari kenyataan bahwa Virus ND mempunyai patogenisitas dan virulensi yang sangat bervariasi, meliputi virus ND apatogenik sampai virus ND sangat patogen, dan Virus ND ini dapat menginfeksi berbagai jenis  unggas dan burung liar.
Infovet mengajak pembaca menelusuri masa lalu tentang penyebaran ND yang padanya dikenal ada 3 panzootik ND (kejadian infeksi ND dari berbagai spesies unggas meliputi area yang luas). Panzootik ND pertama terjadi sebagai akibat serangan virus ND genotipe 2, 3, 4 pada tahun 1926 di Asia Tenggara dan menyebar ke berbagai belahan dunia.
 
Panzootik ND kedua terjadi sebagai akibat serangan virus ND genotipe 5 dan 6 pada tahun 1960-an di Timur Tengah, lalu menyebar ke berbagai negara pada tahun 1973.
 
Panzootik ND ketiga terjadi terjadi akibat serangan ND genotipe 7, 8 pada tahun 1970-an yang berawal dari Timur Tengah, kemudian menyebar ke Eropa pada tahun 1981, dan selanjutnya menyebar secara cepat ke berbagai negara di dunia. Panzootik ND ketiga tersebut disebabkan oleh bentuk velogenik neurotropik, yang dikenal sebagai virus pigeon Paramyxovirus type 1.
 
Akibat Panzootik ketiga tersebut, virus ND genotipe 7, 8 ditemukan di Asia, Afrika Selatan dan beberapa negara Eropa. Genotipe 7 ini terutama bertanggung jawab untuk wabah ND di negara yang bertetangga dengan Taiwan dan China (sekitar 1985); setelah pada 1984 virus ND genotipe 7 ini diisolasi pertama kali di Taiwan. Pada 1995 pun terjadi wabah ND di Taiwan yang disebabkan oleh genotipe 7 ini.
 
Bagaimana dengan Indonesia? Wabah ND akibat virus ND Genotipe 7 telah terjadi di Indonesia pada akhir 1980. Berdasar laporan Lomniczi dan kawan-kawan pada 1998 dalam Arch Virol halaman 143, virus ND genotipe 7 ini telah diisolasi di Indonesia pada tahun 1980.
 
Selanjutnya, sejak 1990-an virus ND genotipe 7 merupakan isolat yang paling dominan di dunia, meliputi Asia Timur dan Eropa barat. Dan, jika wabah virus ND terus berlanjut, maka dapat timbul Panzootik ND keempat.
 
Klasifikasi virus ND Genotipe 7 ini masih dibagi lagi menjadi 2 subgenotipe, yaitu Genotipe 7A mewakili virus ND yang muncul tahun 1990-an di Timur jauh, lalu menyebar ke Eropa, dan Asia. Adapun Genotipe 7B mewakili virus ND yang muncul di Timur jauh dan menyebar ke Afrika Selatan. Kedua subgenotipe tersebut dibagi lagi menjadi genotipe 7C, 7D, 7E yang mewakili isolat dari China, Kazakhstan, dan Afrika Selatan; genotipe 7F, 7G, dan 7H mewakili isolat virus ND Afrika. Dari kesemua sifatnya, virus ND genotipe 7 tersebut merupakan virus Velogenic viscerotropic (VVND).  (Yonathan)

Grand Launching Buku Hari Lahir dan Bulan Bhakti PKH

SELAKU penulis Buku Hari Lahir dan Bulan Bhakti Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dr drh Sofyan Sudardjat MS hadir dalam grand launching bukunya didampingi Dirjen PKH Ir Syukur Iwantoro MS MBA. Acara berlangsung di Gedung C, Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Jumat (17/1).
 
Terlihat antusiasme para tamu undangan yang berkesempatan datang dalam acara launching ini. Diantaranya Ketua Umum ASOHI Drh Rakhmat Nuriyanto, Ketua Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Tri Hardiyanto, Kepala Pusvetma Drh Endang Pudjiastuti MKes, Ketua ISPI Ir Yudi Guntara Noor, dan masih ba­nyak lagi lainnya.
 
Dalam paparannya, Drh Sofyan Sudardjat MS me­nyampaikan tujuan ditulisnya buku tersebut yaitu sebagai upaya mengingat kembali akan makna hari lahir dan bulan bhakti peternakan dan kesehatan hewan, kepada pemerintah maupun masyarakat. Selain itu, diharapkan dapat memberi ins­pirasi serta motivasi pemerintah di pusat maupun daerah sekaligus pemangku kepentingan untuk turut berpartisipasi dalam peringatan hari lahir dan bulan bhakti peternakan dan kesehatan hewan di tahun-tahun mendatang.
 
Dalam proses penyusunan buku ini, Drh Sofyan dibantu oleh tim penyusun seperti Ir Baroto Suranto, Ir Bambang Suharno, Dr Ir Riwantoro MM, dan Supriyatno SIP MM. Isi buku merupakan hasil penelusuran sejarah peternakan dan kesehatan hewan dari masa ke masa.
 
“Kami kagum dengan kegigihan Bapak Sofyan bersama rekan tim penyusun. Terlebih pada usaha mengumpulkan perca demi perca data yang sudah sangat lama dan mung­kin sulit untuk ditemukan, serta dirangkai hingga terbitnya buku Hari Lahir dan Bulan Bhakti Peternakan dan Kesehatan Hewan ini,” ungkap Drh Rakhmat Nuriyanto.
(nunung)

Diskusi AI pada Itik di ASOHI

INDONESIA beberapa waktu lalu digemparkan dengan merebaknya kasus flu burung pada itik yang penyebabnya diketahui sebagai virus HPAI, H5N1 clade 2.3 subclade 2.3.2. Kasus pada itik ini pertama kalinya ditemukan di Indonesia. Dalam upaya meluruskan ramainya pemberitaan di beberapa media yang sebagian besar menyesatkan masyarakat, ASOHI mengundang seluruh stakeholder perunggasan dalam Seminar “Avian Influenza Pada Itik” pada Jumat 11 Januari 2013.                                  
 
Prof Drh Charles Rangga Tabbu MSc PhD selaku Ketua Dewan Pakar ASOHI hadir sebagai pembicara kali ini. Menurut Prof Charles, laporan awal kematian pada itik diperoleh dari Jawa Tengah sekitar September 2012. “Pemerintah baru mengeluarkan berita resmi Oktober 2012,” kata Prof Charles.
 
“Salah satu kemungkinan penyebab munculnya virus HPAI subclade 2.3.2 yaitu akibat mutasi pada virus AI, setelah itik kontak berulang kali dengan virus tersebut saat mencari makan di lingkungan peternakan ayam yang terserang AI,” terang Prof Charles.
 
Kita ketahui sistem pemeliharaan itik di Indonesia adalah digembalakan secara lepas atau bebas. Sederhana saja penanggulangan dalam menghadapi kasus flu burung pada itik ini. “Biosekuriti yang baik dapat menekan dosis penyebaran virus HPAI,” tegas Prof Charles. Lanjutnya, itik dipelihara dalam kandang yang bersih dan terpisah dari unggas lain, khususnya ayam. Kemudian itik diberi pakan dengan kualitas baik serta air minum bersih.
 
Terkait dengan kegiatan produksi vaksin yang dilakukan pemerintah bersama produsen vaksin swasta, Drh Hasbullah MSc PhD Direktur PT Biotek Indonesia yang turut hadir dalam seminar menyampaikan pendapat. Menurutnya, vaksin AI dengan menggunakan teknologi reverse genetic (RE) lebih bagus hasilnya ketimbang vaksin yang diproduksi secara konvensional.
 
Diketahui China telah mengembangkan vaksin RE dan telah dicoba pada kasus AI pada itik di Vietnam dan hasilnya lumayan bagus. “Negara China dan Vietnam yang menjalankan vaksin dengan master seed virus HPAI subclade 2.3.2, dilaporkan belum memperoleh hasil memuaskan,” ungkap Prof Charles.
Vaksin rekombinan menurut Prof Charles juga pernah digunakan, namun hasilnya belum memuaskan. Sejauh ini vaksin yang direkomendasikan untuk penanggulangan AI pada itik adalah vaksin killed H5N1, subclade 2.1.3.
 
Koordinasi antara kementerian pertanian dan kesehatan sangat diperlukan dalam upaya pengendalian AI untuk mencegah kemungkinan penyebaran virus AI clade baru tersebut pada manusia. Sementara dari pihak industri perunggasan, perlu melakukan monitoring dan kajian epidemiologi molekuler secara terpadu bersama pemerintah dan peneliti untuk mengetahui dinamika virus AI clade baru dan sebaran geografisnya. (nunung)

Medion Apresiasi Prestasi dan Dedikasi

PERUSAHAAN yang besar tentu tidak lepas dari peran sumber daya manusianya yang berkualitas. Medion yang merupakan salah satu pemain utama di industri peternakan Indonesia sangat menyadari hal ini. Karena itulah, pada tanggal 30 Januari 2013 lalu, digelar sebuah acara bertajuk Employees Appreciation Day di lokasi industri Medion Cimareme, Bandung. Acara yang khusus diadakan untuk mengapresiasi para karyawan itu dihadiri oleh 200-an orang karyawan Medion, termasuk seluruh jajaran Tim Manajemen, ditambah lagi keluarga karyawan yang semakin memeriahkan suasana.
 
Malam itu, beberapa agenda telah dipersiapkan oleh panitia, antara lain Penghargaan Anak Berprestasi yang diberikan untuk anak-anak karyawan Medion yang berprestasi dalam pendidikannya. Sebanyak 15 anak mendapatkan penghargaan dan juga tabungan pendidikan untuk memasuki Perguruan Tinggi kelak. Acara pun dilanjutkan dengan pemberian penghargaan yang disebut PI2R (Productivity Improvement Reward and Recognition). Penghargaan ini diberikan untuk karyawan yang menyumbangkan ide terbaik dalam meningkatkan atau memperbaiki produktivitas kerja. Malam itu, 3 karyawan diberikan penghargaan atas ide yang telah disumbangkannya. Medion juga mengapresiasi dedikasi karyawan yang telah mengabdi melalui pemberian Anugerah Bakti. Penghargaan ini diberikan untuk karyawan yang telah bekerja selama 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 tahun.
 
Acara semakin meriah dengan adanya pelantikan promosi jabatan untuk Tim Manajemen yang baru. Dua orang yang telah menunjukkan prestasi luar biasa dalam pekerjaannya, diangkat ke posisi yang lebih tinggi. Suasana haru meliputi seluruh peserta yang hadir ketika Tim Manajemen yang baru dilantik menyampaikan rasa syukur dan terima kasihnya. Seluruh rangkaian acara malam itu ditutup dengan perayaan ulang tahun Jonas Jahja, pendiri Medion dan juga karyawan yang berulang tahun di bulan Januari.  Sebelum meniup lilin, Jonas mengucapkan keinginannya untuk terus bekerja bersama dengan para karyawannya. Sukses terus, Medion! (Inf)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer