-->

EKSISTENSI FAPET UB DI INDOLIVESTOCK 2024

Kontingen Fapet UB di Indolivestock 2024
(Sumber : Istimewa)

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB) menunjukkan eksistensinya dalam mengikuti pameran peternakan terbesar berskala Internasional di Indonesia yakni Indo Livestock 2024 Expo & Forum pada (17/7-19/7/2024) di Jakarta Convention Center (JCC),

Tahun ini Fakultas Peternakan UB memamerkan beberapa produk seperti Madu, UB Feed, UB Herbal Untuk pakan ternak, DOC Lokal Super dengan bekerjasama Berlin Farm dan Buku yang ditulis langsung oleh Dosen Fapet UB dengan penerbit UB Press.

“Dengan adanya pameran terbesar (Indolivestock) 2024, kami menargetkan kerjasama dengan perusahaan besar yang ikut berpartisipasi” Ujar Dekan FAPET UB Prof. M. Halim.

Ia menambahkan bahwa merupakan Indolivestock, pemeran peternakan terbesar di Indonesia ini merupakan ajang untuk saling sharing antara Industri, Peternak Lokal dan Para Akademisi dibidang Peternakan.

Ribuan Pengunjung berdatangan di JCC pada 3 hari dengan agenda pameran, workshop dan seminar. Kegiatan diikuti oleh ratusan Perusahaan berskala internasional teruma booth yang paling besar adalah PT. Charoen Pokphand Indonesia. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan yang berkerjasama dengan Fapet UB.

Booth Fapet dihadiri banyak para alumni yang sudah bekerja di perusahaan – perusahaan besar di Indonesia salah satunya di BUMN (Berdikari). Dengan pertemuan antar alumni dan pengunjung lain untuk saling sharing dan membahas topik – topik menarik terkait perkembangan bidang peternakan. (INF)

KEKURANGAN BIBIT UNGGUL, PERKEMBANGAN PETERNAKAN KAMBING PERAH TERGANGGU

Prof Tri Eko Susilorini (paling kiri) Pada Acara
Sidang Terbuka Profesor Baru Universitas Brawijaya
(Foto : ANTARA)

Pakar Produksi Ternak Perah Fakultas Peternakan (FAPET) Universitas Brawijaya (UB), Prof Dr Tri Eko Susilorini mengemukakan bahwa pengembangan peternakan kambing perah di Tanah Air saat ini masih kekurangan bibit unggul. Hal tersebut disampaikan dalam orasi ilmiahnya dalam Sidang Terbuka Senat Akademik Universitas Brawijaya dalam acara Pengukuhan Profesor Sabtu (16/9) lalu.

"Permasalahan pengembangan peternakan kambing perah sampai saat ini adalah belum tersedianya bibit dengan mutu genetik tinggi yang tersedia secara kontinyu, masih kekurangan bibit unggul," kata Prof Tri Eko di Malang, Jawa Timur, Sabtu.  

Untuk itu, katanya, dibutuhkan peran perguruan tinggi untuk melakukan kajian tentang hal tersebut. Namun, menurut Prof Tri Eko, perbaikan manajemen pemeliharaan dan peningkatan mutu genetik serta kemampuan produksi kambing perah, bisa melalui tiga langkah.

Langkah pertama, perbaikan manajemen untuk mencapai standar kualitas. Kedua, peningkatan populasi melalui seleksi berdasar marka gen yang berasosiasi dengan litter size dan ketiga, peningkatan mutu genetik melalui seleksi berdasarkan dendogram dari berbagai bangsa kambing lokal Jawa Timur.

Ia mengatakan morfologi dari seekor ternak dapat menunjukkan sifat karakteristiknya, sehingga dapat meningkatkan standar ternak sebagai bibit. Biomolekuler adalah teknologi yang dapat digunakan untuk mendeteksi ternak sampai pada tingkat DNA.

“Teknologi morfobiomol dapat memberikan informasi fenotipik dan genotipik ternak secara akurat dan efisien, sehingga morfobiomol ini bisa digunakan untuk menghasilkan populasi yang memiliki karakteristik sesuai dengan tujuan pemeliharaan," katanya.

Menurutnya, berdasarkan teknologi morfobiomol kambing PE, kambing Senduro dan kambing Pote mempunyai potensi untuk menambah produksi susu segar dalam negeri.

“Penemuan penelitian kami, kambing Pote memiliki kesamaan secara molekuler dengan Kambing Senduro, sehingga kambing Pote dapat dikembangkan sebagai kambing tipe perah untuk dataran rendah,” imbuhnya.

Keunggulan dari teknologi morfobiomol, lanjutnya, dapat digunakan sebagai metode seleksi secara cepat sejak dini pada ternak dengan berdasar pada gen pananda dan tidak tergantung pada silsilah atau catatan keluarga.

"Hanya, metode ini membutuhkan laboratorium khusus dan tenaga terampil (tidak dapat dilakukan oleh peternak), dan membutuhkan keahlian dalam menentukan gen penanda yang tepat karena sifat kuantitatif dipengaruhi oleh banyak gen," katanya. (INF)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer