Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Ayam Kampung | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

BANTU KELUARGA KURANG MAMPU DI KARAWANG, 473.900 BIBIT AYAM SIAP DIBAGIKAN


Foto: wikipedia

Bantuan sebanyak 473.900 bibit ayam kampung akan diberikan kepada 9.478 rumah tangga kurang mampu di Karawang, Jawa Barat. Program ini digagas Dinas Pertanian Kabupaten Karawang. 

"Sasaran bantuan bibit ayam kampung yang bersumber dari Kementerian Pertanian ini untuk keluarga miskin," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, Hanafi, di Karawang, Rabu (13/3/2019).
Jumlah penerima bantuan bibit ayam kampung yang mencapai 9.478 tersebut tersebar di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Lemahabang, Purwasari, Tirtamulya, dan Kecamatan Telagasari.

"Dari jumlah 9.478 rumah tangga miskin itu, masing-masing akan mendapatkan bantuan 50 anak ayam," kata dia.

Hanafi mengatakan, tujuan penyaluran bantuan bibit ayam kampung itu agar keluarga kurang mampu memiliki ternak peliharaan yang bernilai ekonomis. “Dengan memelihara ayam ini, semoga ada perubahan penghasilan bagi keluarga miskin,” harapnya.

Seperti dikutip dari laman www.ayobandung.com, sebelum bantuan bibit ayam kampung disalurkan, Dinas Pertanian terlebih dahulu memberikan vaksin, untuk menghindari terjangkit penyakit Gumboro atau Infectious Bursal Disease (IDB) yang seringkali menyerang ayam. (NDV)

Pemanfaatan Kotoran Sapi untuk Pakan Ayam Kampung

Kotoran sapi yang diolah dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak ayam kampung dengan hasil yang cukup baik. (Sumber: Istimewa)

Ayam kampung atau ayam buras (bukan ras), merupakan salah satu ternak unggas yang umum dibudidayakan oleh masyarakat pedesaan. Namun, populasi ayam kampung di Indonesia pada 2015 sudah mencapai 285 juta ekor.

Permintaan daging dan telur ayam kampung juga semakin meningkat, walau harganya lebih tinggi dibandingkan ayam ras. Namun disayangkan, sebagian besar masyarakat  masih memelihara ayam kampung secara tradisional. Bahkan masih banyak masyarakat yang memelihara tanpa menyediakan kandang.

Salah satu alasan sebagian masyarakat memelihara ayam kampung dengan cara diumbar adalah mahalnya harga pakan, jika harus membudidayakan secara intensif. Padahal memelihara ayam kampung memiliki prospek yang menjanjikan dan menguntungkan, asalkan memenuhi persyaratan, yakni menggunakan bibit, vaksinasi secara intensif dan teratur, serta menggunakan pakan yang murah dan berkualitas.

Agar memperoleh formula pakan yang murah diperlukan kejelian untuk mencari bahan pakan alternatif, yaitu kotoran sapi dan domba/kambing yang bisa diolah. Fase layer (bertelur) merupakan masa produktif ayam petelur, termasuk ayam kampung, yaitu umur sekitar 20 minggu hingga afkir (90-100 minggu), di mana pada fase ini tidak 100% menggunakan pakan pabrikan, tetapi menggunakan konsentrat yang dicampur dengan jagung, dedak dan bungkil kelapa.

Sebagai contoh ramuan pakan ayam kampung petelur dengan komposisi sebagai berikut. Pakan A (25% konsentrat pabrikan, 40% jagung kuning giling, 35% dedak padi). Kemudian Pakan B (25% konsentrat pabrikan, 40% jagung kuning giling, 20% tepung kotoran sapi, 15% dedak padi). Sebaiknya pemberian dikombinasikan dengan probiotik 1 cc per liter air minum untuk meningkatkan produktivitas telur hingga 5-6% dibandingkan dengan pemberian pakan konvensional dan menghilangkan kemungkinan penurunan produksi.

Perbandingan Nutrisi
Komposisi nutrisi pakan A (konvensional) dan pakan B (dicampur tepung kotoran sapi), dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1: Perbandingan Komposisi Nutrisi Pakan A dan Pakan B, untuk Ayam Kampung Petelur
Jenis pakan
Komposisi (%)
Protein kasar
Serat kasar
Lemak
Kalsium
Fosfor
Energi (Kkal/Kg)
Pakan A
16,30
7,73
8,39
1,60
0,65
3.760
Pakan B
17,64
8,61
5,10
2,89
0,62
3.623

Sumber: Ir Suprio Guntoro (2018).

Dari Tabel 1 tersebut tampak bahwa kandungan protein kasar dan serat kasar Pakan B lebih tinggi dari pada Pakan A, ini disebabkan kandungan protein dan serat kasar pada tepung olahan kotoran sapi lebih tinggi dari pada dedak padi. Sedangkan kandungan energi Pakan B sedikit lebih rendah dari Pakan A, tetapi kandungan nutrisi lainnya (lemak, kalsium dan fosfor) secara umum tidak begitu signifikan.

Teknik Pengolahan Kotoran Sapi
Kotoran sapi perlu diolah dahulu melalui beberapa tahapan agar bisa menjadi bahan pakan bernutrisi, antara lain:

a. Persiapan bahan, pilih kotoran sapi/kerbau/domba/kambing yang masih segar atau sudah berumur tiga hari dan bebas dari campuran tanah. Kemudian jemur kotoran tersebut selama satu hari untuk mengurangi kadar airnya.

b. Persiapan inokulan, persiapkan peralatan (corong, wadah penampung) dan bahan inokulan (gula putih/merah atau mollase, bibit inokulan). Masukkan air bersih (bebas dari lumpur atau kaporit) ke dalam wadah, lalu campurkan irisan gula/mollase dengan perbandingan 1:100 dari bobot air, jadi untuk 100 liter air digunakan 1 kg gula/mollase, lalu aduk gula/mollase sampai larut. Masukkan bibit inokulan sebanyak 1 liter atau 1% dari volume air dan aduk kembali. Kemudian tutup wadah rapat-rapat, lalu diamkan 30-60 menit di tempat teduh.

c. Proses inokulasi, hamparkan kotoran sapi dalam kondisi setengah kering hingga setebal 3-4 cm di atas terpal. Siramkan cairan inokulan dengan menggunakan sprayer ke permukaan kotoran sapi sampai merata. Tebarkan lagi kotoran sapi setebal 3-4 cm di atas kotoran yang telah terinokulasi, lalu siram lagi dengan larutan inokulan. Ulangi hingga semua kotoran sapi terinokulasi.

d. Fermentasi, bungkus dan ikat rapat-rapat semua kotoran sapi yang terinokulasi dengan karung/plastik/terpal, lalu simpan dan tutup dalam bak khusus fermentasi selama 5-6 hari.

e. Pengeringan, setelah lima hari proses fermentasi, lalu kotoran sapi di bongkar dan dijemur di bawah sinar matahari selama 3-4 hari (bila di dataran rendah) atau 5-6 hari (bila di dataran tinggi).

f. Penepungan, setelah kotoran cukup kering, lakukan penepungan dengan menggunakan mixer. Tujuan penepungan agar bahan kotoran sapi lebih lembut, sehingga mudah dicampur dengan bahan pakan secara merata, lebih mudah dikonsumsi dan meningkatkan daya cerna.

Teknik Pencampuran
1. Untuk skala kecil, dapat dilakukan secara manual menggunakan tangan atau sekop, dengan tahapan sebagai berikut:

a. Siapkan wadah bersih pencampur pakan seperti terpal, lembaran plastik yang dihamparkan di lantai.

b. Taburkan bahan yang jumlah persen komposisinya terkecil di atas hamparan tersebut, dalam hal ini dedak padi. Kemudian taburkan bahan yang komposisinya lebih besar (tepung kotoran sapi) di atas bahan pertama, lalu aduk secara merata. Di atas campuran kedua bahan tadi, taburkan bahan yang lebih besar komposisinya yaitu konsentrat pabrikan dan jagung secara merata.

c. Bagi bahan pakan tersebut menjadi empat bagian, aduk setiap bagian secara merata, lalu satukan kembali. Aduk kembali bahan pakan agar lebih merata menggunakan sekop/tangan.

2. Untuk skala besar, dilakukan dengan menggunakan mixer, sehingga lebih homogen dan efisien. Bahan pakan bisa langsung dimasukkan ke tabung mixer, diawali dengan bahan yang komposisinya terbesar. Pencampuran dilakukan dalam waktu 10-15 menit. Jangan lebih dari 15 menit karena bahan bisa terpisah lagi.

Keuntungan Penggunaan Tepung Kotoran Sapi

Berdasarkan hasil pengamatan Ir Suprio Guntoro (2018), ternyata terdapat beberapa keuntungan dari penggunaan tepung kotoran sapi, seperti disajikan pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2: Manfaat Penggunaan Tepung Kotoran sapi Terhadap Produksi Telur, Pendapatan dan Keuntungan Ayam Kampung
Jenis pakan
Konsumsi pakan (gr/ekor/hari)
Feed Convertion Ratio
Produksi telur (butir)
Pendapatan (Rp)
Keuntungan (Rp)
A
77.52
2,98
1.763
2.291.900
1.110.581
B
78,46
2,98
1.761
2.289.300
1.222.316
C
74,25
2,67
1.894
2.462.700
1.426.298
Sumber: Ir Suprio Guntoro (2018).
Keterangan:
Pakan A = Pakan campuran 25% konsentrat pabrikan + 40% jagung giling + 35% dedak padi.
Pakan B = Pakan campuran 25% konsentrat pabrikan + 40% jagung giling + 20% tepung kotoran sapi
Pakan C = Pakan campuran 25% konsentrat pabrikan + 40% jagung giling + 20% tepung kotoran sapi + 0,125 cc Probiotik/ekor/hari (dalam minuman).
Per ekor ayam kampung diberikan 125 cc probiotik per liter air dan per liter air minum untuk delapan ekor ayam.

Dari Tabel 2 tersebut tampak bahwa pakan C yang diberi probiotik dalam air minum mendapat banyak manfaat dan keuntungan, yaitu konsumsi pakan lebih sedikit, FCR lebih rendah, produksi telur meningkat, pendapatan naik dan bertambah. Jadi penggunaan tepung kotoran sapi untuk campuran pakan ayam kampung petelur tidak perlu diragukan lagi.

Demikianlah sekilas tentang penggunaan tepung kotoran sapi untuk menekan biaya produksi ayam kampung petelur yang selalu dibayangi naiknya harga bahan pakan, baik konsentrat pabrikan, jagung maupun dedak padi. Selamat mencoba. (SA)

Ko-Infeksi pada Ayam Kampung


Diagnosa penyakit dengan metode histopatologi dan imunohistokimia merupakan sesuatu yang sangat mengasyikan bagi penulis. Kepuasan pertama seorang diagnostician adalah ketika menemukan agen penyakit pada suatu kasus penyakit atau kejadian outbreak. Histopatologi merupakan teknik diagnostic dengan melihat perubahan menciri pada organ atau jaringan terhadap suatu penyakit. Seorang pathologist dituntut untuk selalu meng-upgrade kemampuanya dengan memperbanyak membaca (buku, jurnal dan slide-slide kasus), hal ini disebabkan karena bidang yang dipelajari begitu luas. Sampel yang diperiksa sangat bervariasi dari unggas, ruminansia, babi, hewan kesayangan, ikan dan yang lainnya. Masing masing hewan dan organya memiliki perubahan spesifik yang menciri terhadap suatu penyakit. Diagnosa histopatologi akan berbunyi menjadi sebuah diagnosa pasti bila diteguhkan dengan imunohistokimia atau dengan pengujian standar lainya. Imunohistokimia merupakan pengujian berdasar pengamatan histopatologi dengan melihat adanya ikatan antigen-antibodi.

Awal tahun ini penulis cukup disibukkan dengan beberapa sampel ayam kampung yang diterima di laboratorium Patologi, Balai Veteriner Lampung. Dari sekian banyak sampel, beberapa sampel ayam kampung tersebut mati karena infeksi gabungan (ko-infeksi) dari Eimeria sp., necrotic enteritis, Ascaridia galli dan Jamur. Koksidiosis merupakan salah satu penyakit penting pada unggas di seluruh dunia dan secara umum menciri dengan enteritis. Koksidiosis disebabkan oleh protozoa, parasit uniseluler dari phylum Apicomplexa. Pada ayam kampung setidaknya ada lima dari sembilan spesies berbeda penyebab koksidiosis, yaitu Eimeria acervulina, Eimeria necatrix, Eimeria tenella, Eimeria maxima dan Eimeria brunetti. Siklus hidup Eimeria di dalam tubuh hospes diawali dengan konsumsi pakan dan minum yang tercemar ookista Eimeria. Parasit ini hidup, tumbuh dan berkembang di dalam sel hospes pada lapisan epithelial dan subepithelial pada usus dari duodenum, jejunum, ileum, sekum dan beberapa spesies dapat menyerang organ lain.

Ada empat spesies clostridium yang sering ditemukan pada unggas (Clostridium perfringens, Clostridium colinum, Clostridium botulinum dan Clostridium septicum). Nekrotik enteritis merupakan penyakit yang banyak ditemukan pada unggas. Terdapat dua bentuk penyakit yang disebabkan karena C. perfringens pada unggas, yaitu nekrotik enteritis dan cholangiohepatitis pada saluran empedu hati. Nekrotik enteritis bentuk ringan, mencakup penyakit subklinis, namun menimbulkan efek buruk pada produksi. Clostridium perfringens menunjukan parameter lingkungan yang kotor dan litter kotor. Penyakit ini diperparah dengan kerusakan dan kematian jaringan pada usus kerena toksin tipe A dan C yang dihasilkan C. perfringens.

Penularan penyakit dapat terjadi secara horizontal dan beberapa penelitian terkini menyebutkan penularan bisa terjadi secara vertikal. Penularan secara mekanik melalui konsumsi pakan dan minum tercemar dan diduga dapat ditularkan melalui vektor. Pada broiler dan layer, tepung ikan diduga menjadi sumber kontaminasi C. perfringens. Kerusakan mukosa yang diakibatkan oleh Eimeria sp. pada usus halus, merupakan faktor predisposisi penting penyakit ini. Walaupun Eimeria tenella tidak menimbulkan lesi pada usus halus, namun lesi nekrotik enteritis tetap terjadi, karena koksidiosis pada sekum meningkatkan kejadian shedding dari C. perfringens dan secara terus-menerus mengontaminasi lingkungan.

Gejala klinis yang ditimbulkan sangat bervariasi dan tidak spesifik. Nekrotik enteritis akut ditandai dengan meningkatnya kematian unggas, morbiditasnya rendah, yang mengindikasikan terjadi kematian secara cepat. Gejala klinis yang muncul pada kondisi wabah meliputi depresi, menurunnya feed intake, malas bergerak, bulu rontok dan diare. Bentuk nekrotik enteritis subklinis ditandai dengan hilangnya berat badan secara berkala, buruknya feed convertion ratio.

Temuan lain pada kasus yang sama adalah terlihat cacing gilig pada lapisan mukosa usus yang diteguhkan oleh laboratorium parasitologi menujukan cacing Ascaridia galli. Ascaridia galli merupakan cacing gilig ini paling sering ditemukan pada ayam kampung dan itik yang dipelihara secara ekstensif, serta menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi. Cacing gilig ini biasanya menimbulkan kerusakan yang parah pada fase jaringan dari stadium perkembangan larva. Migrasi terjadi pada lapisan mukosa usus dan menyebabkan perdarahan (enteritis hemoraghica). Jika lesi tersebut bersifat parah akan mengalami gangguan proses pencernaan dan mengganggu proses penyerapan nutrisi, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan ataupun produksi.


Infeksi Ascaridia galli dapat menimbulkan penurunan berat badan yang berhubungan langsung dengan jumlah cacing yang terdapat dalam tubuh. Status nutrisi juga penting, ayam yang diberi protein tinggi lebih tinggi penurunan berat badannya dibanding dengan diberi pakan dengan protein lebih rendah. Infeksi Ascaridia galli dalam jumlah besar akan kehilangan darah, mengalami penurunan kadar gula darah, peningkatan asam urat, atrofi timus, gangguan pertumbuhan dan peningkatan kematian. Pada infeksi sangat berat akan terjadi penyumbatan usus, yang perlu menjadi catatan penting bahwa infeksi Ascaridia galli mempunyai efek sinergik/menimbulkan infeksi sekunder, seperti koksidiosis dan infectious bronchitis bahkan disinyalir dapat membawa reovirus dan menularkan virus tersebut.

Temuan yang terakhir pada kasus ayam kampang adalah terjadinya area granuloma pada paru-paru. Granuloma merupakan struktur perubahan atau lesi yang terjadi pada jaringan akibat infeksi dari agen-agen penyakit yang sulit diatasi oleh kekebalan ayam. Secara struktur perubahan jaringan, granuloma tersusun atas sentra granuloma yang berisi agen penyakit (jamur) sebagai usaha tubuh mengisolir agen tersebut, pada pewarnaan histopatologi berwarna eosinofilik (kemerahan). Tepi granuloma berisi jaringan ikat, sel-sel radang heterofil, makrofag alveolar dan sel-sel raksasa. Pada tampilan makroskopis, sayatan paru akan terlihat tuberkel, berisi eksudat (nanah) yang disinyalir merupakan aspegillus. Kerusakan paru akibat jamur ini menyebabkan gangguan pernafasan pada ayam dan jika kerusakanya sudah melebihi 50% permukaan paru kemungkinan besar metabolisme tubuh akan sangat menurun berujung kematian.

Ayam kampung yang dipelihara secara bebas (back yard) atau dikelola secara intensif tanpa biosekuritas yang memadai tidak akan mencapai produksi optimal karena kualitas dan kuantitas pakan yang kurang sesuai, serta penyakit yang memiliki paparan lebih besar seperti penyakit penyakit di atas. ***


Drh Joko Susilo, M.Sc.

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer