-->

SEMINAR OUTLOOK GPMT DAN PERANNYA DALAM PENINGKATAN GIZI NASIONAL

Seminar Outlook GPMT, Selasa (3/12/2024) berjalan dengan sukses. (Foto: NDV)

Para perwakilan dari perusahaan pakan ternak yang juga angggota Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) hadir menyemarakkan seminar Bisnis Perunggasan Overview 2024 dan Outlook 2025, di Hotel Avenzel, Cibubur, Selasa (3/12/2024).

Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional Badan Pangan Nasional, Nita Yulianis SP MSi menjadi salah satu pembicara dalam seminar yang mengangkat tema “Peran GPMT dalam Ketahanan Pangan serta Peningkatan Gizi Nasional”. 

“Terbitnya Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2024 tentang Badan Gizi Nasional, menjadi landasan bagi seluruh pihak yang terlibat dalam hal ini sektor pentahelic untuk bersama membantu percepatan penganeragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal,” tutur Nita.

Dalam kesempatan tersebut. Nita memaparkan simulasi perhitungan kebutuhan telur dan daging ayam ras untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dimulai 2 Januari 2025.

Penerima Manfaat terdiri atas siswa, ibu hamil sebanyak 15.420.000 orang dan dicanangkan untuk tahun 2029 sebanyak 82.900.000 orang. 

“Telur akan diberikan sebanyak 3 kali dalam seminggu. Jumlah minggu yang kami simulasikan, waktu efektif pelaksaan program dalam 1 tahun yaitu 46 minggu, dengan perhitungan 52 minggu dikurangi 4 minggu Ramadan lalu terdapat masa libur 1 minggu Idulfitri dan 1 minggu Natar,” papar Nita.

Lebih lanjut Nita menjabarkan, pemberian nasi kepada penerima manfaat sebanyak 5 kali per minggu 75 gram/orang per hari setara beras, telur 3 kali per minggu 1 butir/orang (60 gram), daging ayam 2 kali per minggu 50 gram/orang, serta daging sapi/kerbau 3 kali per bulan 50 gram/orang. 

“Simulasi tersebut berdasarkan rekomendasi porsi Isi Piringku Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI,” imbuh Nita. 

Kebutuhan telur per dapur untuk program MBG di tahun 2025 diasumsikan senilai 180 kilogram.  Jumlah dapur tahun 2025 sebanyak 5.140 unit yang dapat melayani lebih kurang 3.000 penerima manfaat. 

Nita juga menyebutkan penyaluran daging ayam ras mencapai 771 ton di tahun 2025 dengan melihat data produksi daging ayam ras di tahun 2024 senilai 3.880.202 ton. Sementara itu, produksi telur ayam ras 6.346.871 ton untuk kebutuhan penyaluran tahun 2025 sebanyak 925 ton.

(Dari kiri) Bagus Pekik, Nita Yulianis, Nur Saptahidayat, Asrokh Nawawi, Ibnu Edy Wiyono. (Foto: NDV)

Kondisi Serapan Jagung

Drh Nur Saptahidayat MSc dalam acara yang sama menyampaikan proyeksi pembelian jagung pabrik pakan tahun 2025 diprediksi mengalami peningkatan sebesar 4,89%. “Perlu antisipasi potensi peningkatan kebutuhan jagung dari program MBG,” tandasnya.

Produksi pakan tahun 2025 diperkirakan akan mengalami peningkatan dengan faktor pendorong dari aspek internasional. “Tren penurunan harga bahan pakan dunia yang diperkirakan akan terus berlanjut di tahun 2025,” ujar Nur Saptahidayat.

Sementara di awal tahun 2025, diperkirakan terjadi peningkatan demand seiring implementasi program MBG.

Menjelang akhir tahun harga jagung mengalami penurunan menjadi Rp 5.271/kg. Kontinuitas pasokan, manajemen stok dan ketersediaan bahan substitusi menyebabkan harga relatif stabil mendekati akhir tahun. 

Andil Perunggasan dalam Pertumbuhan Ekonomi

Asrokh Nawawi selaku Ketua IV Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) mengatakan industri perunggasan mempunyai 5 peran penting selain sebagai penyedia pangan juga pendukung pertumbuhan ekonomi. 

“Produksi unggas menyumbang 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) peternakan,” ujar Nawawi. 

Perunggasan penopang pertumbuhan industri baik pembibitan, pakan, dan RPHU. Ditambah, perunggasan turut menyerap tenaga kerja nasional serta penghasil devisa negara.  

Pada 2024 terjadi peningkatan tren konsumsi daging ayam menurut data OECD , ditengarai dengan momen Pemilu 2024 dan kegiatan bakti sosial yang mayoritas menyajikan menu daging ayam.  

Proyeksi pertumbuhan bisnis unggas di tahun 2025 dipastikan cemerlang dengan pertumbuhan ekonomi senilai 5,1% + 0,1%. Peluang ekspor dengan memanfaatkan kondisi surplus dapat membantu stabilisasi harga. 

Pemanfaatan teknologi dalam pemasaran maupun produksi diprediksi semakin diyakini meningkatkan produktivitas, diantaranya dengan inovasi teknologi robotic atau IoT dan didukung dengan perkembangan genetik yang lebih baik. 

Seminar sesi pertama ditutup dengan pemaparan Ibnu Edy Wiyono, Country Director Indonesia at US Soybean Export Council dilanjutkan dengan Q&A yang dipandu Ir A Bagus Pekik SPt IPU ASEAN Eng sebagai moderator. (NDV)

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer