Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini LANGKAH STRATEGIS CARGILL DALAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

LANGKAH STRATEGIS CARGILL DALAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA



Stefani Harianja, Technical Service and Project Leader PT Cargill Indonesia mengatakan setelah terbit Permentan yang mengatur pelarangan antibiotika imbuhan pakan yang juga dikenal dengan AGP (Antibiotic Growth Promoter) di tahun 2018, Cargill lekas mengambil langkah strategis.  

Dalam sesi tanya jawab talkshow “Pengendalian Resistensi Antimikroba dari Perspektif Industri (Perunggasan Komersial dan Obat Hewan)” memperingati World Antimicrobial Awareness Week, Selasa (22/11) yang berlangsung di The Sultan & Residence, Jakarta, Stefani menyebutkan Cargill secara rutin melaksanakan pembinaan kepada peternak.

Selain itu, Cargill juga dengan sigap membentuk kandang percontohan di tiga kabupaten diantaranya di Magelang, Jawa Tengah kemudian Pasuruan, Jawa Timur dan Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan.

“Kandang percontohan kami yang sudah diresmikan pada tahun 2021 oleh bapak Dirjen PKH ini memberikan percontohan bagaimana cara beternak dengan tata kelola dan manajemen yang baik,” lanjut Stefani.  

Stefani Harianja

Cargill juga memberikan edukasi bahwa penggunaan antiobiotik harus mendapatkan ijin, pengawasan, dan bantuan dokter hewan dari produsen pakan maupun produsen obat terkait. 

“Mengenai request permintaan peternak untuk mencampurkan antibitoik ke dalam pakan, komitmen Cargill membentuk tim dokter hewan internal atau dikenal dengan Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan (PJTOH) yang bergerak mendiagnosa saat terjadi kasus penyakit di kandang,” jelasnya.

Ketika peternak meminta mencampurkan antibiotik ke dalam pakan, Cargill juga mengeluarkan imbauan bagi peternak untuk menandatangani surat kesepakatan serta legal statement antara perusahaan dengan peternak.

Sementara dalam proses pengendalian penggunaan antibiotik yang peternak inginkan, Cargill melakukan monitoring setiap bulan 3 bulan untuk dievaluasi Tim PJTOH. 

“Kami evaluasi apakah antibiotik tersebut efektif atau tidak lalu apa jenis antibiotik itu sesuai dengan kebijakan pemerintah dan apakah sudah mempunyai registrasi di Indonesia,” lanjut Stefani. 

Sementara terkait challenge, menurut Stefani tim technical mengalami kesulitan dalam memperoleh data penggunaan antibiotik di lapangan. “Rekam data list antibiotik apa saja yang digunakan peternak, masih menjadi tantangan kami,” tutupnya. (NDV) 


Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer