![]() |
Dr Tike Sartika saat memaparkan materi budidaya beternak ayam KUB |
Animo masyarakat pemerhati peternakan sangat tinggi terhadap pengembangan ayam kampung cukup besar. Hal ini terlihat dari banyaknya peserta yang mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) Budidaya Ayam Kampung Unggul Balitbangtan (Ayam KUB) yang diselenggarakan secara daring oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (Puslitbangnak).
Tercatat 500 lebih
peserta dari berbagai kalangan yang bergabung dalam bimtek pada Jumat (9/7). Kepala
Bagian Tata Usaha Puslitbangnak, Ir Narta MSi dalam sambutannya mewakili Kepala
Puslitbangnak sangat mengapresiasi minat peserta yang ingin mengetahui secara detail
mengenai tata cara budidaya ayam kampul unggul sekaligus strategi pemasarannya.
Narta mengatakan
tujuan diselenggarakannya bimtek ini adalah lebih memasyarakatkan lagi ayam
kampung unggul sebagai bagian berkontribusi dalam upaya menyediaan konsumsi daging
dan protein hewani, sekaligus berperan serta dalam mencegah stunting.
“Sebagai
informasi, pelopor ayam KUB yaitu Dr Tike Sartika selaku peneliti dari Balai
Penelitian Ternak (Balitnak). Saat ini bibit asli ada di Balitnak dan kami usahakan
menyebarkan bibitnya melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) setiap
provinsi bagi yang ingin membudidayakan,” terang Narta.
Beranjak pada
acara inti, dipandu oleh moderator Dr Andi Saenab dan pembicara dalam Bimtek
yakni Dr Tike Sartika peneliti ahli utama Balitnak memaparkan materi ‘Budidaya
Beternak Ayam KUB’.
“Ayam kampung asli
dulu didatangkan pada tahun 1997-1998 dari sekitar kawasan Ciawi, Cigudeg,
Depok, Cianjur, dan Jatiwangi. Selanjutnya dikumpulkan menjadi satu populasi
dasar seleksi untuk menghasilkan bibitnya,” urai Tike.
Lebih lanjut
dijelaskan, ayam kampung asli diseleksi selama enam generasi, dari seleksi
peningkatan produksi telur dan penurunan sifat mengeram.
“Benar memang penelitian ayam kampung unggul
ini membutuhkan waktu serta biaya banyak, karena sifatnya berkesinambungan,” tuturnya.
(NDV)