Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini NGOROK TIDAK SELALU CRD NAMUN CRD SUDAH PASTI NGOROK | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

NGOROK TIDAK SELALU CRD NAMUN CRD SUDAH PASTI NGOROK

Sebagai penyakit konvensional yang terlalu sering dijumpai oleh para peternak, maka hampir pasti mereka paham sekali gejala klinis dan tanda-tanda ayamnya yang terserang penyakit Chronic Respiratory Diseases (CRD) dan CRD Kompleks. Maka tidak salah jika peternak meyakini dengan kuat bahwa jika ayamnya menunjukkan tanda ngorok, mereka sudah berani “memastikan” itu terserang CRD atau jenis penyakit pernafasan yang lain.

Mereka umumnya memegang pedoman bahwa jika terserang penyakit CRD akan selalu ditandai dengan ngorok atau terdengar keras suara pernafasan yang seolah ada gangguan dalam saluran pernafasannya. Selain itu dijumpai adanya leleran dari hidung yang kental dan sesekali ayam menujukkan refleks batuk-batuk.

Untuk membedakan apakah Ngorok itu akibat dari penyakit lain, menurut pengalaman beberapa peternak jika bukan oleh karena CRD maka kalaupun ada leleran hidung, namun umumnya bersifat encer dan sama sekali tiada dijumpai batuk-batuk. Misal karena serangan ND, Coryza dan IB.

Menurut Drh Arief M Dimyatie, praktisi perunggasan yang telah lama malang melintang sebagai konsultan kesehatan ayam, bahwa CRD adalah salah satu penyakit yang sangat sering menyerang pada peternakan komersial. Umumnya terjadi oleh karena diawali oleh stres dan juga disebabkan oleh daya tahan tubuh ayam yang melemah. Melemahnya daya tahan tubuh itu umumnya oleh karena pergantian musim ataupun pergantian kualitas pakan serta oleh karena perlakuan pemeliharaan yang salah.

Sangat sering terjadi, peternak mengganti merk pakan oleh karena hanya alasan dan pertimbangan harga. Akibatnya ayam mengalami cekaman dan kemudian daya tahan menurun sehingga akhirnya muncul penyakit itu. Menjadi lebih parah jika kemudian penyakit lain ikut menginfeksi, baik itu penyakit yang memang special menyerang pernafasan maupun penyakit pada sistema organ yang lain.

Dari manakah organisme itu berasal? Memang menjadi pertanyaan umum yang sering disampaikan peternak. Penjelasannya lanjut Arief, bahwa agen penyebab CRD dan agen penyakit lainnya, bahwa pada dasarnya sudah banyak berada di sekitar kandang. Oleh karena itu, seolah agen penyakit itu selalu siap selalu masuk untuk menyerang ketika status kesehatan ayam menurun. Hal ini yang tidak sedikit para peternak tidak memahaminya. Oleh karena itu begitu pentingnya program desinfeksi kandang dan lingkungan yang teratur untuk menekan populasi agen penyakit yang berada disekitar kandang.

Sedangkan Ir Alex Puspoyojati, seorang petugas lapangan pendamping peternak,   mengungkapkan bahwa memang CRD tidak memandang tingkat kebersihan kandang. Artinya meskipun kandang itu seolah nampak bersih, namun program biosecurity termasuk program desinfeksi tidak berjalan dengan baik, maka potensi untuk munculnya penyakit itu sangat besar. Terlebih jika kandang yang sama sekali melalaikan program rutin desinfeksi, maka kemungkinannya jauh lebih besar dan diperparah dengan adanya infeksi penyakit lain yang ikut masuk.

Senada dengan Arief, Alex melihat bahwa pengalaman para peternak dalam menghadapi penyakit CRD memang menjadi penting untuk mencegah kerugian yang lebih besar. Peternak yang menjalankan program biosecurity dengan ketat dan terprogram, umumnya dapat memperkecil potensi terserang penyakit itu. Namun tidak bisa menjadi jaminan mutlak untuk bisa membebaskan dari potensi terserang penyakit itu. Faktor cuaca yang berubah-ubah secara ekstrim, sangat sering sekali menjadi pemicu munculnya CRD.
Umumnya peternak yang menjalankan program biosecurity secara baik mempunyai kemampuan dan kepekaan mendeteksi secara dini akan munculnya infeksi CRD pada kandangnya. Sehingga langkah cepat antisipatif dapat menekan menyebarnya penyakit itu. Berbeda dengan peternak yang belum berpengalaman dan yang tidak mau belajar dari pengalaman, umumnya akan mengalami kerugian besar, oleh karena terlambat mengambil penanganan. Akibatnya populasi ayam akan banyak yang terserang sakit, dan meskipun mampu menyelamatkan dari kefatalan, namun tetap merugi, oleh karena pertumbuhannya yang terganggu (broiler) atau produksinya menurun (layer).

Kasus CRD, menurut Alex lebih sering dan banyak terjadi oleh karena cuaca yang ekstrims. Namun terkadang oleh karena dampak lain dari program vaksinasi yag tidak tepat, akan memicu munculnya penyakit itu. Pergantian musim, menurut Arief sering membuat suhu dan kelembaban berubah secara cepat dan intensitasnya tinggi. Malam hari misalnya, dengan suhu yang rendah dan tiupan angin yang kencang, akan membuat status kesehatan ayam terkoreksi secara cepat.

Bisa juga terjadi siang hari dengan suhu lingkungan yang tinggi, dan kelembaban rendah, akan membuat ayam tercekam. Mengingat ayam tidak mempunyai mekanisme berkeringat, akhirnya akan membuat ayam terganggu keseimbangan tekanan osmose pada cairan tubuhnya yang kemudian berakhir dengan stres.
Baik Arief maupun Alex, sering mengamati bahwa aspek lingkungan yang tidak kondusif menjadi pemicu paling banyak munculnya kasus penyakit CRD, maka membuat situasi lingkungan kandang yang kondusif mutlak. Selain itu langkah antisipatif dengan selalu menyiapkan suplemen vitamin dalam air minum, untuk menekan potensi melemahnya kesehatan ayam. (iyo)

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer