-->

Editorial Infovet Edisi 154 Mei 2007

Kembali ke Infovet


Dalam perjalanan panjang suatu masyarakat yang sedang berkembang, peranan informasi sangat strategis untuk mampu menyampaikan pesan bagi peningkatan wawasan dan kesadaran sehingga dapat menyikapi dinamika perubahan secara rasional dan arif. Di bidang peternakan dan kesehatan hewan yang terus berkembang seiring dengan perubahan di berbagai aspek kehidupan baik dibidang politik maupun sosial ekonomi, peranan media informasi akan selalu diperlukan.


Dalam konteks inilah majalah Infovet telah setia memberikan pelayanan informasi selama 15 tahun, dan akan selalu hadir pada waktu-waktu mendatang. Untuk itu kami seluruh jajaran redaksi beserta koresponden di daerah menyampaikan rasa syukur dan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas segala dukungan yang telah diberikan kepada kami sehingga dapat memberikan pelayanan bagi masyarakat.


Kami sadari bahwa bahwa ditengah keterbatasan sarana dan kendala dalam melaksanakan tugas peliputan serta komunikasi, kami selalu berupaya agar dapat meningkatkan mutu penyajian informasi. Semoga dalam menyongsong hari depan yang lebih menjanjikan, kami dapat memberikan pelayanan informasi sesuai dengan harapan kita semua.

Infovet Hidangan Lezat Penawar Rindu


Kembali ke Infovet


Infovet Hidangan Lezat Penawar Rindu

Infovet 132, Juli 2005 - Untuk menyajikan hidangan yang paling lezat di hadapan pembaca, lihatlah betapa eloknya upaya Infovet untuk mengejar setiap perkembangan terbaru di seputar informasi peternakan dan kesehatan hewan. Paling gres! Paling akurat! Dan paling representatif! Infovet meramunya dalam sajian tersedap buat pembaca. Ya! Laksana lezatnya masakan-masakan dan makanan-makanan yang mengandung produk-produk yang berasal dari ternak, telur, susu dan daging olahan!

Maka terkuaklah liku-liku penyakit tradisional, Gumboro di sela-sela Flu Burung yang jahat. Maka pagi-pagi begitu mendengar bahwa Dirjen Peternakan kita diganti, Infovet pun mengejar sampai pusat arus berita, dan dapatlah disajikan cerita hangat itu! Berlatarkan suasana sedih bangsa kita yang ternyata jelas-jelas masih compang-camping dengan ditemukannya busung lapar! Yang, ironis, paradoks dengan kehidupan sebagian kaum kita yang bergaya hidup begitu berlebihan. Secara proporsional hal ini diolah dalam laporan memikat.

Soal usaha menembus relung jantung sumber berita, memang jadi obsesi Infovet sehingga setiap waktu menjadi begitu berharga untuk tidak memanfaatkannya guna menyajikan informasi terdepan dan terkini buat pembaca. Tidak berlebihan, tenaga-tenaga muda Infovet ditempa untuk selalu siap melayani.

Begitu mendapat undangan dari Balai Karantina di Bandara Soekarno-Hatta, meluncurlah Infovet bersama adik Infovet Satwa Kesayangan dan Staf Sekretariat PB PDHI (Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia) ke sana dari atas). Begitu mendapat undangan dari rumah potong hewan, siaplah Infovet melesat dan meliputnya.Dibarengi dengan upaya-upaya proaktif bekerjasama dengan narasumber, sebutlah contoh PT Japfa Comfeed, untuk mendialogkan tentang breeding farm penghasil bibit-bibit unggul peternakan. Tentu saja juga dengan perusahaan obat hewan yang tidak bisa dipisahkan dengan dunia kesehatan hewan yang bersama soal peternakan menjadi bahasan kuat di majalah kesayangan ini.

Lihatlah contohnya, dengan mesra segenap kru Infovet dan PT Gallus Indonesia Utama bersama Drh Haris Priyadi yang memegang perusahaan internasional Kemin. Kemesraan yang sudah merupakan cerita dari ‘sono’nya, Infovet terbitan ASOHI dan kini terbitan PT Gallus Indonesia Utama yang dimiliki oleh ASOHI dan sekaligus dipercaya oleh Asosiasi Obat Hewan Indonesia ini, untuk mengangani hal-hal praktis dari ‘kerja’ ASOHI yang besar keanggotaannya, hingga masuk pada kepengurusan masa bakti 2005-2010.

Semua kepercayaan pembaca dan pemegang saham tersebut, adalah amanah yang patut Infovet jaga dengan dedikasi dan loyalitas dengan etos kerja tinggi. Maka waktu istirahat bagi staf-staf Infovet bukanlah penghalang untuk tetap siap melayani masyarakat peternakan dan kesehatan hewan. Termasuk masa libur di kampung halaman, staf Infovet pun meluangkan waktu untuk meliput kegiatan peternakan dan kesehatan hewan, seperti beranjang sana ke peternak setempat.

Hasilnya, pembaca bisa mengukur sendiri, setiap sajian di Infovet merupakan sajian yang terhidang secara memuaskan dan selalu membuat rindu.ž (Yonathan Rahardjo)

Penyakit Pernafasan Ternak Ada Apa?

Kembali ke Infovet
Fokus Edisi 156 Juli 2007

AI masih merajalela? Menyilih bentuk menjadi berbagai model? Ada apa sebenarnya? Bagaimana dengan penyakit pernafasan? Bukankah AI juga penyakit pernafasan?

Peternak punya beberapa sikap yang tampak dari investigasi di lapangan. Ada yang tenang-tenang saja karena tahu perbedaan jelas antara AI dengan penyakit-penyakit pernafasan yang lain. Ada yang khawatir itu benar-benarAI!
Yance Peternak ayam petelur di Krian Sidoarjo berpendapat sebetulnya mungkin sudah sedari dulu penyakit AI itu ada, namun karena terbatasnya pengetahuan, maka baru ketahuan keberadaannya.

Ia pun mengaku peternakannya tidak pernah dijamah AI ini. Keyakinannya bahwa itu bukan AI sangat mudah dipahami, ternyata peternak ini mempunyai pengalaman panjang semenjak ia beternak sejak 1970-an yang merupakan bisnis melanjutkan yang telah dikerjakan orang tuanya yang semula adalah slep padi pada tahun 1963.

Sejalan dengan pengetahuannya akan berbagai penyakit ternak yang tentu sebagian besar didapat dari para petugas teknis kesehatan hewan yang melayani peternakannya, ia tetap waspada terhadap penyakit AI dengan melakukan vaksinasi secara teratur. Hal ini merupakan kewaspadaan yang sama terhadap penyakit-penyakit lain.

Untuk menyatakan bahwa penyakitnya merupakan penyakit pernafasan, bila penyebabnya karena virus, Yance mengatakan tidak ada tanda yang khas seperti ngiler atau ngorok.

Namun bila penyebabnya bakteri, ia mengatakan ada tanda hidung meler, juga bisa ada darah.
Pada saat pergantian musim seperti sekarang, ketrampilan mengamati kelainan penyakit pada ayam sangat penting. Umumnya ayam menderita ngorok. Kebanyakan penyakit tanda pertama kali memang mengorok ini.

Selanjutnya, manifestasi dari gangguan pada tubuh ayam dengan gejala ngorok itu, bila gangguannya pada pernafasan, muncul penyakit karena bakteri seperti CRD, pada pencernaan muncul Kolera juga karena bakteri.

Karena air yang tidak sesuai kaidah kesehatan, bisa memunculkan penyakit bakteri Kolibasilosis yang selanjutnya bisa mengarah kalau pencernaan terjadi Kolera, kalau manifestasinya pernafasan timbul CRD tadi.

Deret Ukur dan Deret Hitung
Mengamati tipe kematian ayam juga sangat penting. Menurut Yance, bila kematiannya merupakan deret ukur, dengan kematian cepat dan sangat banyak, itu pertanda penyebab penyakitnya adalah virus.

Sedangkan bila penyebabnya bakteri, tipe kematian merupakan deret hitung, tidak sebanyak dan secepat kematian karena virus!

Sesudah itu, untuk memastikan penyakit yang menyerang, perlu dilakukan bedah bangkai.
Misalnya setelah tahu kematian karena virus ND ganas yang sangat cepat sekali kematiannya, yang hampir sama dengan kematian karena AI, keduanya dapat dibedakan dengan mengamati kelainan pada ayam.

Berdasar pengalaman Yance, kelainan tubuh ayam karena AI sangat spesifik, yaitu kulit bercak-bercak kebiruan, kaki ada perdarahan seperti orang kerikan karena masuk angin. Badannya gosong kebiru-biruan, sedangkan tulang kering seperti tergores.

Yance mengungkap perbandingan, "Pada beberapa penyakit ada perdarahan dada."

Dengan pengalamannya, begitu tubuh ayam dibuka, Yance mengaku peternak bisa langsung melihat keainan penyakitnya. Bila dengan bedah bangkai ini masih membingungkan, baru diperiksa di laboratorium.

Dari Gumboro ke AI

Sementara itu H Asikin SH MH dari PT Paeco Agung Surabaya mempunyai pengalaman di daerah Jawa Timur, ia menjumpai peternakan-peternakan di Blitar dan Tulungagung, yang semula ayamnya terserang Gumboro dan Coriza, selanjutnya terjadi komplikasi dan mengakibatkan kematian bertambah.

Semula peternak beranggapan itu adalah penyakit Gumboro dengan kematian 50 persen. "Sebetulnya bukan Gumboro saja, tapi juga disertai dengan masuknya Coriza, dan selanjutnya juga muncul gejala-gejala AI," katanya.

Yang diserang adalah ayam petelur umur 28-35 hari. Saat itu peternak bingung, program yang baik di satu peternakan dilanjutkan dengan program-program yang terus berkembang ternyata tidak dapat menghambat kasus yang sering muncul.

Pada saat itulah ditanyakan vaksinasi Gumboro tiga kali atau lebih? Menggunakan vaksin strain hot/ ganas? Menurut Asikin, selama ini ada pakar yang menyatakan strain hot cukup beresiko diberikan, tapi distributor vaksin menegaskan selama cara vaksinasi benar, menggunakan vaksin hot tidaklah menjadi masalah dan tidak bermasalah.
Diceritakan, umumnya yang terserang Gumboro masih menggunakan dua kali vaksinasi. "Kasus-kasus baru yang ditemui di beberapa tempat seperti itu," tegas Asikin. Dengan demikian terdapat gambaran antara berbagai penyakit yang ada dan penyakit pernafasan yang menjadi sorotan kali ini. (Yonathan Rahardjo)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer