![]() |
Dirjen PKH menerima delegasi Livestock Breeding and Veterinary Department, Myanmar (Foto: Humas Kementan) |
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH)
menerima kunjungan empat delegasi dari Livestock Breeding and Veterinary
Department, Myanmar untuk belajar lebih mendalam program pengendalian Avian Influenza
(AI) atau Flu Burung, khususnya terkait pelaksanaan kompartemen bebas AI.
Kedatangan delegasi yang dipimpin
oleh Deputy Director General, Than Naing Tun, didampingi para pejabat lainnya
yakni Deputy Director, Zin Mar Aung; Assistant Director Sein Maung Maung, dan
Htay Htay Wi (Research) ini disambut langsung oleh Dirjen PKH, I Ketut
Diarmita di Ruang Rapat Utama II Ditjen PKH, Selasa (27/8/2019).
“Kami telah jadwalkan untuk
datang ke Indonesia untuk mempelajari program pengendalian penyakit sebagai
bahan masukan untuk pemerintah Myanmar, dalam upaya peningkatan status kesehatan
unggas agar dapat kami aplikasikan,” ungkap Than Naing Tun menyampaikan
apresiasi pemerintah Myanmar terhadap langkah-langkah Ditjen PKH terkait
keberhasilan Infonesia dalam pengendalian AI pada unggas.
Menanggapi hal tersebut Ketut
menjelaskan, AI merupakan salah satu dari 15 penyakit hewan yang dapat
ditularkan ke manusia (Zoonosis) prioritas untuk dikendalikan pemerintah. Penyakit AI menyerang semua jenis unggas domestik termasuk ayam, bebek, dan
burung puyuh. Ketut juga menjelaskan Indonesia tertular virus AI sejak tahun 2003 dan
kemudian menyebar ke beberapa wilayah di Indonesia.
"Dalam upaya melindungi
kesehatan manusia dan produksi ternak unggas di Indonesia, pemerintah gencar
melakukan program pengandalian dan penanggulangan flu burung melalui strategi
utama dan strategi penunjang," ungkap Ketut yang juga menjelaskan bahwa
salah satu strategi utama yaitu pelaksanaan Kompartemen Bebas AI dalam rangka
peningkatan status kesehatan unggas nasional.
“Kami berhasil menekan kasus AI
di peternakan rakyat dan memberikan sertifikasi kompartemen bebas AI bagi
peternakan komersial, sehingga sertifikasi ini membuat produk unggas Indonesia
dapat diekspor ke beberapa negara, salah satunya Jepang yang memiliki
persyaratan kesehatan hewannya sangat ketat,” ujar Ketut.
Lebih lanjut Ketut memaparkan
bahwa kompartemen bebas AI di Indonesia telah ada sebanyak 177 unit di 10
provinsi, yaitu: Jawa Barat (75), Lampung (14), Jawa Timur (32), Banten (14),
Jawa Tengah (6), Bali (13), NTT (6), DI Yogyakarta (4), dan Kalimantan Barat
(5), dan Sulawesi Selatan (8).
Selain
telah mengekspor Daging Wagyu ke Myanmar, dengan adanya penerapan sistem
kompartementalisasi bebas AI di Indonesia ini, Indonesia berhasil mengekspor
Hatching Egg (telur tetas) ke Myanmar. Sejak Tahun 2015- 2018. Berdasarkan data
rekomendasi pengeluaran, ekspor Hatching Egg ke Myanmar mencapai 10.508.712
butir telur HE dengan nilai sekitar Rp. 109,8 miliar.
Selain implementasi sertifikasi
kompartemen bebas AI, Indonesia juga bekerjasama dengan FAO
dalam program pengendalian AI di Indonesia melalui peningkatan biosekuriti
peternakan dan penguatan kapasitas petugas dalam merespon kasus dan kapasitas
laboratorium.
Ketut juga menambahkan bahwa
pemerintah terus mendorong peternakan unggas untuk meningkatkan daya saing
dengan implementasi manajemen pemeliharaan melalui penerapan Good Animal
Husbandry Practices (GAHP) dan juga menerapkan sistem kompartemen bebas
penyakit AI. (Rilis/NDV)
0 Comments:
Posting Komentar