Fokus Edisi 182 Januari 2008
Ditengah jaman yang serba sulit ditengah berbagai tekanan naiknya harga pokok produksi seperti pakan, minyak tanah, bensin, gas, listrik, dll. Belum lagi menghadapi kondisi cuaca yang mulai susah ditebak akibat pemanasan global. Kadang panas kadang juga hujan mendadak yang menyebabkan ayam harus kerja keras untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan seperti ini.
Masalah klasik yang mulai muncul di era tahun 1990-an kekerdilan masih tetap saja menghantui peternak. Kasus ini sudah bertahun-tahun menjadi santapan akrab peternak, yang muncul kala bibit-bibit ayam tiba dan dikembangkan ternyata tak jua tumbuh normal.
Namun peternak hanya bisa meradang lalu hilang. Perdamaian dengan pembibit selalu ada jalan keluarnya, tanpa peduli siapa yang kalah dan siapa yang menang. Karena di sini bukan soal kalah menang, tapi soal keberlanjutan usaha keduanya.
Pemerintah sebagai wasit masih saja diharap turun sebagai dewa penyelamat, meski pada kenyataannya soal perunggasan peternak sudah terlalu lama ‘cuci tangan’ dalam arti lebih melepaskan penyelesaiannya pada kalangan swasta yang dianggap telah eksis bahkan tinggal landas, dibanding pengawasan dan pembinaan pada ternak besar sapi, kambing, domba.
Kekerdilan atau lambat tumbuh dan keseragaman kurang baik yang dirasakan peternak belakangan ini, selain penyebab utamanya karena masih lemahnya praktek manajemen di tingkat peternak komersial (terutama manajemen masa brooding), dan kebanyakan terjadi pada peternak skala kecil, juga karena kualitas DOC yang sejak awal diterima sudah cukup bermasalah (omphalitis dan infeksi yolk sac).
Selain faktor bibit kecurigaan pun ditujukan pada kualitas pakan yang diberikan, dimana daya cernanya menurun dibanding biasanya yang menyebabkan anak ayam tidak mendapat nutrisi yang semestinya.
Drh Edi Purwoko Country Manager CEVA Animal Health kepada Infovet beberapa waktu silam pernah menjelaskan bahwa kekerdilan adalah gejala terhenti atau terhambatnya pertumbuhan. Kekerdilan itu sendiri merupakan multi-factorial syndrome. Penyebab terjadinya kekerdilan bisa dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu.
Kekerdilan Akibat Penyakit atau Agen Infeksius
Banyak agen penyakit baik viral, bakterial maupun protozoa yang secara mandiri maupun bersama-sama menyebabkan kekerdilan maupun ketidakseragaman pertumbuhan broiler/pullet.
Multi age broiler farm dengan waktu istirahat yang pendek merupakan faktor yang ikut menyebabkan terjadinya kekerdilan. Apabila kekerdilan disebabkan oleh agen penyakit atau hal yang ada hubungannya dengan penyakit, maka salah satu ciri utamanya sindrom kekerdilan akan berulang dari periode ke periode.
Beberapa penyebab diantaranya adalah Gumboro subklinis. Gumboro membuka pintu bagi masuknya mikroorganisme lain ke dalam tubuh ayam. Selain itu, Banyak laporan yang menyatakan, Reovirus sering diisolasi dari ayam-ayam yang menderita kekerdilan.
“Tetapi harus hati-hati untuk menunjuk virus ini sebagai penyebabnya, karena reovirus bersifat ‘obiquitous’ atau ada dimana-mana, terkadang ada banyak di flok broiler tanpa menyebabkan suatu problem,” ujar Edi.
Penyakit Marek atau Chicken anemia dan Koksidiosis yang menyebabkan imunosupresi membuat agen penyakit yang biasanya tidak menyebabkan sakit dapat membuat efek buruk pada ayam, seperti gejala kerdil.
Untuk mengatasinya, Edi mengajurkan pembibit untuk mereview ulang program vaksinasi pada broiler breeder untuk mendapatkan anak ayam yang mempunyai maternal antibodi yang tinggi dan seragam terhadap Gumboro dan Reovirus. Sampling darah secara rutin pada DOC broiler sangat dianjurkan untuk kesuksesan vaksinasi terhadap gumboro.
Pemberian koksidiostat pada pakan sangat dianjurkan, dan koksidiostat sebaiknya diganti secara reguler untuk menghindari resistensi pada tingkat komersial. Serta pembersihan dan desinfeksi kandang yang baik, dilanjutkan dengan istirahat kandang yang cukup akan membantu memperbaiki performans ayam pada periode selanjutnya.
Dari pantauan kasus ini pun bisa mencapai 20% dari seluruh populasi. Itu merupakan jumlah yang cukup banyak. Umumnya ayam-ayam yang lambat tumbuh sangat rentan terhadap serangan penyakit infeksius. Ini dikarenakan lambatnya pula pertumbuhan organ pertahanan tubuhnya seperti bursa, limpa, thymus dan kelenjar pertahanan tubuh lainnya.
Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan tubuh ayam itu sendiri dalam menghasilkan zat kebal tubuh, guna menangkal atau melawan agen infeksi yang masuk dan menyerang tubuh ayam itu sendiri.
Dengan tidak sempurnanya perkembangan organ dan kelenjar pertahanan yang dimiliki oleh ayam yang mengalami lambat tumbuh tersebut, akan menyebabkan respon immune terhadap semua perlakuan vaksinasi yang diberikan pada ayam, tidak dapat menghasilkan kekebalan yang optimal.
Sehingga titer antibodi dari hasil vaksinasi yang ada dalam plasma darahnya akan sangat rendah, dan ini tentu sangat berpengaruh pada tingkat proteksi terhadap serangan agen penyakit yang menjadikan ayam rentan terhadap serangan agen penyakit infeksius.
Kekerdilan Akibat Kesalahan Manajemen dan Kualitas DOC
Problem umum di hatchery terutama kelembaban, temperatur, dan pulling time dari hatcher terkadang menjadi penyebab turunnya kualitas DOC. DOC yang baik tidak boleh terdehidrasi.
Penularan penyakit secara vertikal, terutama dari kerabang telur (external egg contamination) harus dijaga. Di hatchery sangat penting untuk men-set hanya telur yang bersih dan melakukan prosedur desinfeksi telur yang efektif.
Di tingkat budidaya, peternak sebaiknya menghindari mencampur anak ayam dari breeder yang berbeda baik umur, asal, maupun berat badannya. Hal ini dilakukan untuk tetap mempertahankan keseragaman. Karena keseragaman yang lebih baik selalu menghasilkan performa yang lebih baik. Sebaiknya dihindarkan memelihara bibit muda.
Masa brooding adalah masa yang kritis untuk pertumbuhan selanjutnya. Kedinginan dimasa brooding harus dihindarkan. Early acces dan easy acces terhadap air dan pakan juga diharuskan. Oleh karenanya penempatan tempat pakan dan tempat minum harus disesuaikan dengan jumlah populasi agar anak dipastikan semua anak ayam mempunyai akses yang sama terhadap pakan dan minum. Hindari pula perlakuan yang terlalu tumpang tindih seperti vaksinasi macam-macam penyakit untuk mengurangi stres di masa awal pemeliharaan.
Kekerdilan Akibat Nutrisi dan pakan
Penyebab kekerdilan yang dipengaruhi faktor kualitas pakan adalah keberadaan jamur penyebab mikotoksin. Mycotoxin di pakan, selalu menjadi faktor utama penyebab kekerdilan pada broiler. Terlebih lagi tidak banyak yang bisa dilakukan terhadap racun asal jamur pada pakan ini, kecuali penyeleksian bahan baku untuk menjamin kecukupan nutrisi dan ketiadaan toksin pada pakan.
Defisiensi nutrisi dan vitamin dari pakan yang jelek juga sering memicu kekerdilan. Sering terjadi pada saat bahan baku pakan sulit didapat dan harganya mahal.
“Defisiensi dapat juga terjadi karena problem mixing atau pencampuran pada feedmill. Pemberian tambahan vitamin lewat air minum, utamanya vitamin yang larut dalam lemak dianjurkan pada minggu pertama dan kedua,” ujar Drh Edi Purwoko menandaskan. (wan)
Ditengah jaman yang serba sulit ditengah berbagai tekanan naiknya harga pokok produksi seperti pakan, minyak tanah, bensin, gas, listrik, dll. Belum lagi menghadapi kondisi cuaca yang mulai susah ditebak akibat pemanasan global. Kadang panas kadang juga hujan mendadak yang menyebabkan ayam harus kerja keras untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan seperti ini.
Masalah klasik yang mulai muncul di era tahun 1990-an kekerdilan masih tetap saja menghantui peternak. Kasus ini sudah bertahun-tahun menjadi santapan akrab peternak, yang muncul kala bibit-bibit ayam tiba dan dikembangkan ternyata tak jua tumbuh normal.
Namun peternak hanya bisa meradang lalu hilang. Perdamaian dengan pembibit selalu ada jalan keluarnya, tanpa peduli siapa yang kalah dan siapa yang menang. Karena di sini bukan soal kalah menang, tapi soal keberlanjutan usaha keduanya.
Pemerintah sebagai wasit masih saja diharap turun sebagai dewa penyelamat, meski pada kenyataannya soal perunggasan peternak sudah terlalu lama ‘cuci tangan’ dalam arti lebih melepaskan penyelesaiannya pada kalangan swasta yang dianggap telah eksis bahkan tinggal landas, dibanding pengawasan dan pembinaan pada ternak besar sapi, kambing, domba.
Kekerdilan atau lambat tumbuh dan keseragaman kurang baik yang dirasakan peternak belakangan ini, selain penyebab utamanya karena masih lemahnya praktek manajemen di tingkat peternak komersial (terutama manajemen masa brooding), dan kebanyakan terjadi pada peternak skala kecil, juga karena kualitas DOC yang sejak awal diterima sudah cukup bermasalah (omphalitis dan infeksi yolk sac).
Selain faktor bibit kecurigaan pun ditujukan pada kualitas pakan yang diberikan, dimana daya cernanya menurun dibanding biasanya yang menyebabkan anak ayam tidak mendapat nutrisi yang semestinya.
Drh Edi Purwoko Country Manager CEVA Animal Health kepada Infovet beberapa waktu silam pernah menjelaskan bahwa kekerdilan adalah gejala terhenti atau terhambatnya pertumbuhan. Kekerdilan itu sendiri merupakan multi-factorial syndrome. Penyebab terjadinya kekerdilan bisa dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu.
Kekerdilan Akibat Penyakit atau Agen Infeksius
Banyak agen penyakit baik viral, bakterial maupun protozoa yang secara mandiri maupun bersama-sama menyebabkan kekerdilan maupun ketidakseragaman pertumbuhan broiler/pullet.
Multi age broiler farm dengan waktu istirahat yang pendek merupakan faktor yang ikut menyebabkan terjadinya kekerdilan. Apabila kekerdilan disebabkan oleh agen penyakit atau hal yang ada hubungannya dengan penyakit, maka salah satu ciri utamanya sindrom kekerdilan akan berulang dari periode ke periode.
Beberapa penyebab diantaranya adalah Gumboro subklinis. Gumboro membuka pintu bagi masuknya mikroorganisme lain ke dalam tubuh ayam. Selain itu, Banyak laporan yang menyatakan, Reovirus sering diisolasi dari ayam-ayam yang menderita kekerdilan.
“Tetapi harus hati-hati untuk menunjuk virus ini sebagai penyebabnya, karena reovirus bersifat ‘obiquitous’ atau ada dimana-mana, terkadang ada banyak di flok broiler tanpa menyebabkan suatu problem,” ujar Edi.
Penyakit Marek atau Chicken anemia dan Koksidiosis yang menyebabkan imunosupresi membuat agen penyakit yang biasanya tidak menyebabkan sakit dapat membuat efek buruk pada ayam, seperti gejala kerdil.
Untuk mengatasinya, Edi mengajurkan pembibit untuk mereview ulang program vaksinasi pada broiler breeder untuk mendapatkan anak ayam yang mempunyai maternal antibodi yang tinggi dan seragam terhadap Gumboro dan Reovirus. Sampling darah secara rutin pada DOC broiler sangat dianjurkan untuk kesuksesan vaksinasi terhadap gumboro.
Pemberian koksidiostat pada pakan sangat dianjurkan, dan koksidiostat sebaiknya diganti secara reguler untuk menghindari resistensi pada tingkat komersial. Serta pembersihan dan desinfeksi kandang yang baik, dilanjutkan dengan istirahat kandang yang cukup akan membantu memperbaiki performans ayam pada periode selanjutnya.
Dari pantauan kasus ini pun bisa mencapai 20% dari seluruh populasi. Itu merupakan jumlah yang cukup banyak. Umumnya ayam-ayam yang lambat tumbuh sangat rentan terhadap serangan penyakit infeksius. Ini dikarenakan lambatnya pula pertumbuhan organ pertahanan tubuhnya seperti bursa, limpa, thymus dan kelenjar pertahanan tubuh lainnya.
Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan tubuh ayam itu sendiri dalam menghasilkan zat kebal tubuh, guna menangkal atau melawan agen infeksi yang masuk dan menyerang tubuh ayam itu sendiri.
Dengan tidak sempurnanya perkembangan organ dan kelenjar pertahanan yang dimiliki oleh ayam yang mengalami lambat tumbuh tersebut, akan menyebabkan respon immune terhadap semua perlakuan vaksinasi yang diberikan pada ayam, tidak dapat menghasilkan kekebalan yang optimal.
Sehingga titer antibodi dari hasil vaksinasi yang ada dalam plasma darahnya akan sangat rendah, dan ini tentu sangat berpengaruh pada tingkat proteksi terhadap serangan agen penyakit yang menjadikan ayam rentan terhadap serangan agen penyakit infeksius.
Kekerdilan Akibat Kesalahan Manajemen dan Kualitas DOC
Problem umum di hatchery terutama kelembaban, temperatur, dan pulling time dari hatcher terkadang menjadi penyebab turunnya kualitas DOC. DOC yang baik tidak boleh terdehidrasi.
Penularan penyakit secara vertikal, terutama dari kerabang telur (external egg contamination) harus dijaga. Di hatchery sangat penting untuk men-set hanya telur yang bersih dan melakukan prosedur desinfeksi telur yang efektif.
Di tingkat budidaya, peternak sebaiknya menghindari mencampur anak ayam dari breeder yang berbeda baik umur, asal, maupun berat badannya. Hal ini dilakukan untuk tetap mempertahankan keseragaman. Karena keseragaman yang lebih baik selalu menghasilkan performa yang lebih baik. Sebaiknya dihindarkan memelihara bibit muda.
Masa brooding adalah masa yang kritis untuk pertumbuhan selanjutnya. Kedinginan dimasa brooding harus dihindarkan. Early acces dan easy acces terhadap air dan pakan juga diharuskan. Oleh karenanya penempatan tempat pakan dan tempat minum harus disesuaikan dengan jumlah populasi agar anak dipastikan semua anak ayam mempunyai akses yang sama terhadap pakan dan minum. Hindari pula perlakuan yang terlalu tumpang tindih seperti vaksinasi macam-macam penyakit untuk mengurangi stres di masa awal pemeliharaan.
Kekerdilan Akibat Nutrisi dan pakan
Penyebab kekerdilan yang dipengaruhi faktor kualitas pakan adalah keberadaan jamur penyebab mikotoksin. Mycotoxin di pakan, selalu menjadi faktor utama penyebab kekerdilan pada broiler. Terlebih lagi tidak banyak yang bisa dilakukan terhadap racun asal jamur pada pakan ini, kecuali penyeleksian bahan baku untuk menjamin kecukupan nutrisi dan ketiadaan toksin pada pakan.
Defisiensi nutrisi dan vitamin dari pakan yang jelek juga sering memicu kekerdilan. Sering terjadi pada saat bahan baku pakan sulit didapat dan harganya mahal.
“Defisiensi dapat juga terjadi karena problem mixing atau pencampuran pada feedmill. Pemberian tambahan vitamin lewat air minum, utamanya vitamin yang larut dalam lemak dianjurkan pada minggu pertama dan kedua,” ujar Drh Edi Purwoko menandaskan. (wan)
0 Comments:
Posting Komentar