Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Pentingnya Pemberian Pakan Sedini Mungkin

Pertumbuhan yang sangat pesat pada ayam broiler adalah sebesar 85% merupakan kontribusi dari aspek perubahan genetik, sedangkan nutrisi pakan hanyalah menjawab atas kebutuhan nutrisi yang tercipta karena proses seleksi genetik tersebut. Adalah dibutuhkan keseimbangan kombinasi antara seleksi genetik untuk pertumbuhan, komposisi karkas dan efisiensi pakan terus berkembang pesat, dimana setidaknya 2-3% perbaikan performans per tahun. Walaupun perkembangan laju pertumbuhan tersebut dikarenakan adanya perbaikan terhadap status kesehatan dan kekebalan terhadap penyakit serta perbaikan dalam hal kelainan metabolik, namun bukan berarti tidak ada kendala fisiologis sebagai konsekuensi faalinya.

Kendala dalam memacu kelangsungan perkembangan embryonal dan neonatal
Telah diketahui bahwa ada pengaruh induk dalam hal ini adalah ukuran telur (egg size) pada pertumbuhan masa embryonal. Laju pertumbuhan embryo dalam masa inkubasi sangat ditentukan oleh perkembangan sistem pencernaannya. Termasuk di dalamnya adalah masalah kemampuan untuk tumbuh dan berkembang yang terkait dengan kecukupan jumlah suplai nutrien, khususnya asam amino pada anak ayam yang baru menetas.  Masalah lainnya adalah kemampuan anak ayam untuk melepaskan panas (kalor/heat increment) sebagai hasil proses katabolisme, agar anak ayam dapat segera tumbuh dengan cepat sesuai dengan potensi genetiknya
Untuk memacu pertumbuhan ayam adalah dengan cara mulai awal dengan ukuran DOC yang lebih besar, karena ada korelasi positif antara berat DOC dan berat waktu panen. Untuk menjawab tersebut ada dua pilihan , yakni (1) dimulai dengan ukuran telur tetas (hatching egg/HE) yang lebih besar atau (2) meningkatkan laju pertumbuhan semasa embryonal. Kedua opsi tersebut kelihatannya agak sulit diterapkan mengingat bahwa (1) Berat telur HE dan Hen Day Production (HDP) mempunyai korelasi negatif; (2) Pertumbuhan embryonal sangat dibatasi dalam komposisi dan ukuran telur.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan embryonal
Terdapat banyak faktor yang berkontribusi dan dapat mempengaruhi pertumbuhan pada masa embryonal, antara lain: (1) Kandungan protein dalam telur; (2) menurunnya kandungan dan ketersediaan oksigen; dan (3) inefisiensi/gangguan metabolisme dalam pengunaan nutrien telur oleh embryo; serta (4) gangguan dalam mekanisme metabolisme embryonal dan tingkat penggunaan yolk sac
Studi dari Mc-Loughlin yang mempelajari laju pertumbuhan (growth rates) embryo dari berbagai ukuran telur (HE) menunjukkan bahwa ternyata terkendala oleh terbatasnya ruang (space) dalam telur. Pada HE kecil (40-50 g) pertumbuhan mulai terhambat pada hari ke-8 masa inkubasi; dan HE medium (50-60 g) pertumbuhan mulai terhambat pada hari ke-10 masa inkubasi; sedangkan melambat pada hari ke-8 pada HE besar (60-70 g). Kendala ini akan terjadi lebih awal mengingat potensi pertumbuhan ayam (broiler) terus meningkat alias lebih maju umur pencapaian berat badannya.

Periode pemberian pakan awal (Early Feeding)
Pertanyaannya adalah apakah ada peluang bahwa anak ayam dapat dipacu untuk tumbuh lebih cepat setelah menetas?
Dalam kondisi komersial bisa saja (dan sering) terjadi bahwa DOC terkondisikan ‘puasa’ selama 48 hingga 72 jam post-hatched (paska penetasan), sebelum mendapatkan akses ke pakan dan air minum. Studi yang dilakukan oleh Noy dan Sklan (2008) menunjukkan bahwa perlakuan  pemberian pakan pada saat menetas (1 jam dari pembersihan kerabang/cangkang telur)  dengan makanan padat, semi padat atau bahan/materi non pakan dan non nutrisional/tidak bergizi (seperti serbuk gergaji).
Hasilnya menunjukkan bahwa pada pencapaian berat badan sampai umur 21 hari dibandingkan dengan ayam yang tidak diberikan pakan selama 36 jam dihasilkan peningkatan berat badan pada umur 4 hari meskipun efek serbuk gergaji  bersifat sementara. Ada beberapa stimulasi mekanik dari GIT, khususnya di ampela (gizzard) berkaitan dengan paska penetasan.
 Konsumsi pakan lebih awal menghasilkan bebarapa hal berikut: (1) yolk (kuning telur) dapat digunakan untuk pertumbuhan awal/permulaan GIT jika disuplementasi  melalui pemberian pakan dari luar (exogenous feed); (2) pemberian pakan awal juga meningkatkan penggunaan kuning telur (yolk) dan secara sempurna dicerna setelah empat hari; (3) kekurangan nutrien awal mengakibatkan perkembangan GIT yang terlambat, dan (4) pemberian pakan lebih awal pertumbuhan dan proporsi/perbandingan daging dada menjadi meningkat. Sebagaimana terlihat pada grafik tersebut di bawah ini.
Grafik perubahan dalam berat badan (BW), usus halus (SI) dan berat residual kuning telur (Yolk) secara in vivo.

Grafik penyerapan gula (glucose), asam oleat (OA) dan asam amino Metionin (Met) secara in vitro; pada ayam yang dipuasakan selama 36 jam (H) dan yang diberi pakan langsung (F) setelah menetas.

Mengapa ayam menggunakan pakan daripada kuning telur?
Ternyata jika ada pilihan diberikan pada anak ayam yang baru menetas mengonsumsi pakan atau menyerap residu (sisa) kuning telur, maka anak ayam akan memlih mengonsumsi pakan melalui insting fisiologisnya. Hal ini lebih jauh diketahui bahwa lemak residu kuning telur adalah tidak keseluruhannya adalah lemak energi tinggi. Residu kuning telur adalah tersusun dengan komposisi untuk pertumbuhan membran sel dan sistem syaraf pusat (SSP/CNS) berupa chol-esters, phospholipida, dan omega-3 PUFA
Sedangkan protein yang terkandung dalam residu kuning telur mengandung sekitar 200 mg maternal antibodi sebagai proteksi kekebalan awal, bukan sebagai cadangan sumber asam amino (protein). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayam yang dipuasakan ternyata tidak lebih cepat dalam menggunakan residu kuning telur dari pada ayam yang diberi pakan. Komponen residu kuning telur diperlukan sebagai kekebalan pasif sebagai dasar dari pertumbuhan dan sistem kekebalan.

Residu kuning telur sebagai sistem kekebalan anak ayam yang baru menetas
Anak ayam sangat tergantung pada pada maternal antibodi dan kemampuan respon bawaan, itulah sebabnya anak ayam tidak memiliki kemampuan untuk merespon terhadap tantangan lingkungan. Karena itu maka pelaksanaan imunisasi pada induk breeder sudah diketahui adalah sebagai cara terbaik jangka pendek untuk memperbaiki daya hidup (livability) anak ayam. Kemampuan ayam broiler dalam merespon terhadap tantangan lingkungan berkembang selama dua minggu pertama dan mencapai optimum pada umur 4-5 minggu.
Jika dihitung masa sekarang ini empat minggu pertama adalah merupakan 80% dari total umur ayam. Kebutuhan nutrien makro umur 0-2 hari sudah dipahami dengan baik, tetapi belum banyak diketahui untuk kebutuhan akan mikro nutriennya. Sistem penunjang pertumbuhan yang didominasi pertumbuhan saluran cerna (Gastro intestinal tractus/GIT) dibandingkan organ tubuh lainnya, tumbuh sangat pesat pada umur seminggu pertama.
Pertumbuhan sistem kekebalan mukosal sangat tergantung pada asupan pakan dari luar, status mikro mineral, dan paparan mikrobial, bukan dari kuning telur. Sedangkan diketahui bahwa kondisi neonatal (post-hatched) anak ayam memiliki kadar proteksi antioksidan enzimatis yang sangat terbatas, itulah sebabnya pemberian antioksidan pada induk breeder. Diketahui juga bahwa penambahan mineral mikro pada anak ayam dapat memperbaiki status kekebalan neonatal dan produksi enzym serta metabolisme secara keseluruhan.

Dengan mengetahui dan memahami proses fisiologis tentang pertumbuhan embryonal dan pertumbuhan neonatal, maka adalah sangat penting untuk memastikan bahwa anak ayam yang baru tiba dapat kesempatan untuk akses dan mendapat asupan pakan seawal mungkin setibanya di kandang. Hal tersebut hanya bisa terjadi jika situasi kandang dan brooding yang kondusif disertai anak kandang yang mengawasi dan melaksanakan kegiatan kesehraian memiliki kesadaran dan perilaku yang menunjang pula.

Oleh : Dr. Drh. Desianto Budi Utomo - Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), Vice President - Feed Technology PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk.

IVSA Indonesia Event Week 2016

Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI) atau yang dikenal secara Internasional sebagai IVSA Indonesia sukses mengadakan kegiatan bertaraf Internasional yaitu IVSA Indonesia Event Week 2016 yang mengangkat topik mengenai Tropical Diseases. Kegiatan ini berlangsung selama satu minggu dari tanggal 1 sampai 8 Februari 2016 dan bertempat di dua kota yaitu Yogyakarta dan Bali. Peserta berjumlah 37 mahasiswa yang berasal dari 17 Universitas berbeda dari 9 negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Korea Selatan, Hungaria, Estonia, Finlandia dan Kroasia.
Kegiatan ini dikemas dengan menggabungkan kegiatan-kegiatan akademik seperti kuliah umum dan workshop mengenai penyakit-penyakit tropis yang diadakan di FKH UGM dan FKH Universitas Udayana, kunjungan ke beberapa instansi seperti Balai Besar Veteriner Wates dan Monkey Forest Ubud Bali, serta kegiatan-kegiatan kultural seperti belajar membatik dan tak lain juga wisata ke tempat menarik seperti candi Borobudur di Magelang dan Bali Zoo.
Fendy Fadillah Akbar sebagai President Organizing Committee mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu program kerja IMAKAHI dalam rangka meningkatkan eksistensi IMAKAHI di kancah Internasional. Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan mampu mengenalkan dunia kedokteran hewan di Indonesia secara global. Dengan adanya kegiatan tersebut, diharapkan terjadi transfer ilmu, ide maupun perspektif di bidang kedokteran hewan sehingga kedepannya mahasiswa kedokteran hewan, khususnya dari Indonesia memiliki wawasan yang luas dan mampu bersaing secara global. (Fendy)

Mengungkap Kenaikan Fantastis Harga Broiler dan Telur

Membaca situasi pasar komoditas broiler dan telur ayam ras tiga pekan terakhir di tahun 2016 ini, sepertinya tren kenaikan harga sudah pada titik puncak pencapaian harga tertinggi dan di sisi lain "kegusaran" pelaku pasar di tingkat pengecer sudah mulai mengemuka di berbagai media.
Kegusaran para pedagang ayam terlihat dari berbagai berita di media cetak maupun elektronik  yang memuat  berita tentang keluhan pedagang ayam yang mengalami sepi pembeli dengan statemen "Dijual murah rugi, dijual mahal tak ada pembeli". Kemunculan berita ini, agaknya juga mulai menjadi perhatian pemerintah, sehingga turut mengusik KPPU dan Kementerian Perdagangan RI untuk menelaah persoalan ini lebih mendalam. Apa sesungguhnya yang menjadi faktor penyebabnya harga ayam dan telur masih tinggi? Isu adanya potensi pelanggaran terhadap Undang-undang Persaingan Usaha atau UU lainnyapun sudah mulai berhembus.
Tanpa bermaksud membahas isu tersebut, tulisan ini hanya berusaha membuka cakrawala dibalik kenaikan "fenomenal" harga broiler dan telur ayam ras di tingkat peternak ini yang berujung pada kenaikan daging ayam dan telur di tingkat pengecer.
Merunut situasi  pasar broiler dan telur tiga pekan ini, tidak bisa dipungkiri bahwa kenaikan harga broiler dan telur yang fantastis ini merupakan momen lanjutan dari serangkai berbagai kisah di pasar broiler dan telur semenjak jelang libur akhir tahun lalu. Dimana  menurut catatan penulis, dari sisi permintaan, menjelang libur panjang sekolah 20 Desember 2015 lalu harga broiler hidup dan telur menemukan laju kenaikan yang sangat nyata. Momen libur panjang akhir tahun lalu yang diwarnai kemacetan fatal di jalur arah keluar kota Jakarta, sepertinya mampu mendorong permintaan broiler dan telur hingga 5 kali lipat. "Permintaan sangat kuat, saya perkirakan sampai lima kali lipat dari biasanya," ungkap Muhlis pelaku pasar broiler di Yogyakarta.
Kuatnya permintaan saat liburan akhir tahun lalu terjadi karena bertemunya beberapa momen penting yakni Libur Panjang Sekolah,Hari Raya Natal dan bulan Maulid yang secara tradisi menjadi bulan yang baik bagi umat Muslim di Indonesia untuk menyelenggarakan hajatan keluarga. Maka menjadi tidak heran permintaan broiler dan telur menguat tinggi, sehingga mendorong kenaikan harga broiler dan telur masing-masing berkisar 27 persen. Hal yang sepertinya tidak terjadi saat lebaran tahun lalu.

Pasar Broiler
Hal yang tak disangka-sangka para pelaku pasar adalah pasca libur akhir tahun lalu, ternyata harga broiler hidup tidak mengalami penurunan. Justru terjadi sebaliknya, harga broiler malah terus naik. Bahkan menurut catatan penulis, harga broiler di kawasan Jabodetabek terpantau dengan harga tertinggi mencapai Rp 23.000/kg dan secara nasional harga tertinggi dicapai di daerah wilayah-wilayah Kalimantan yakni sebesar Rp 26.000/kg. Apa sesungguhnya yang terjadi?
Tinjauan dari sisi suplai ternyata menjawab pertanyaan itu. Menurut berbagai narasumber, penulis mendapati fakta yang  sama di berbagai daerah, yakni adanya penurunan suplai yang sangat nyata. Menurut Pinsar Wilayah Sumatera Selatan ada gangguan di produksi. "Berat ayam umur 2 minggu hanya 250 gram, dan 3 minggu hanya 500 gram," ungkap Ismaidi. Turunnya performa produksi broiler juga dialami peternak di Bali, Jawa Timur dan hampir semua wilayah.
Menurut Singgih Januratmoko - Ketua Pinsar Indonesi turunnya performa produksi karena kualitas pakan yang menurun. "Ini dikarenakan dampak kelangkaan jagung yang dialami pabrikan. Kalaupun ada jagung dengan kualitas rendah dan berharga mahal," jelasnya. Situasi ini diperparah dengan dampak el nino yang menyebabkan sebagian besar farm mengalami kesulitan air. Menilik situasi ini menjadi wajar, harga broiler mengalami kenaikan tertinggi akibat suplai yang tidak mencukupi. Namun demikan, saat tulisan ini dibuat, harga broiler hidup di beberapa wilayah sudah mulai menurun. Di Kalteng dan Kalsel bahkan sudah tertekan di bawah harga HPP nya yakni di harga Rp 13.500-15.000/kg. Menurut sumber penulis, penurunan disebabkan sepinya permintaan. Masa tanggung bulan diduga menyebakan daya serap pasar broiler menurun drastis.

Telur Ayam Ras
Kondisi pasar telur ayam ras sedikit berbeda dengan dengan broiler. Memasuki awal tahun 2016 ini, harga telur tercatat mulai mengalami tekanan. Penulis mencatat di pasar telur Jabodetabek, harga tertinggi ex-farm telur dicapai sebelum akhir tahun lalu yakni Rp 23.000/kg (28/12). Namun memasuki awal tahun hingga tulisan ini dibuat harga telur ex-farm sudah menurun di Rp 21.300/kg(20/1). Sementara di sentra produksi telur Blitar dan Solo tercatat Rp 19.800/kg (20/1).
Secara umum suplai telur nasional sangat cukup dan pada titik keseimbangan yang bagus dengan permintaan untuk membentuk harga yang baik bagi kelangsungan usaha peternakan. Gangguan-gangguan selama ini yang menyebabkan koreksi terhadap harga telur adalah masuknya telur breeding farm yang tidak ditetaskan masuk ke pasar komersil. Namun satu yang mendorong kuat harga telur beberapa waktu lalu merangkak tinggi adalah kelangkaan jagung yang membuat ongkos produksi telur naik 20 persen. Tak pelak, kondisi ni membuat peternak menjerit, khususnya yang melakukan self mixing. Untuk itu, peternak layer banyak berharap ke pemerintah, ke depan impor jagung yang dibatasi oleh pemerintah segera diperlonggar, sehingga jagung segera mudah didapat dan bisa menurunkan ongkos produksinya. (Samhadi) 

MasterLab Asia Peroleh Sertifikat Uji Profisiensi

MasterLab Asia merupakan laboratorium independen yang menjadi bagian dari PT Trouw Nutrition Indonesia, telah berhasil memperoleh sertifkat kepesertaan uji profisiensi dari FAO-IAG Proficiency Test for Feedingstuffs pada Oktober 2015 kemarin. Sertifikasi tersebut diselenggarakan oleh Austrian Agency for Health and Food Safety, Institute for Animal Nutrition and Feed.
Uji profisiensi ini merupakan salah satu tolak ukur kemampuan laboratorium dalam meningkatkan kinerja dan pelayanannya. Pada kesempatan itu, MasterLab Asia menjadi salah satu diantara 119 laboratorium dari 48 negara yang mengikuti program uji profisiensi di bawah koordinasi International Analytical Group (IAG) section Feedingstuff p.a, Livestock Production Systems Branch (AGAS) of the Food dan Agriculture Organization of the United Nations (FAO).
Pada uji profisiensi ini setiap peserta harus melaksanakan pengujian terhadap contoh uji yang sama, kemudian hasil pengujiannya dibandingkan dengan hasil dari laboratorium lain. Contoh uji yang telah homogen didistribusikan ke laboratorium peserta, sehingga seluruh laboratorium menganalisis contoh tersebut secara serentak dan hasilnya dikumpulkan untuk diolah secara statistik.
Terdapat dua jenis sample dalam program uji profisiensi ini, yaitu Green Meal Pellet dan Mixed Feed. MasterLab Asia mengikuti tujuh parameter pengujian untuk jenis Green Meal Pellets dan delapan parameter pengujian untuk jenis Mixed Feed. Semua hasil analisisinya tidak ada yang outlier. Hal itu dapat terlihat pada seritifkat kepesertaan dari FAO-IAG Proficiency test 2015 for Feedingstuffs.
Dengan hasil dan pengalaman tersebut, maka MasterLab Asia akan terus meningkatkan parameter-parameter uji lain yang akan diikut sertakan dalam program uji profisiensi. Sehingga MasterLab Asia akan selalu memberikan pelayanan yang optimal untuk semua pelanggan.
Trouw Nutrition adalah salah satu perusahaan Nutreco – perusahaan global yang merupakan salah satu produsen premix terbesar, termasuk feed additives dan layanan inovatif bagi perkembangan gizi untuk industri nutrisi hewan. Perusahaan ini beroperasi di 25 negara dengan jumlah karyawan sekitar 3.000 orang. Sejak 1931, solusi-solusi pakan kami telah memenuhi kebutuhan produsen pakan, integrator, distributor dan home mixers. (wan)

Pembibitan Ayam Lokal, Ekspornya Menjanjikan

Industri pembibitan ayam lokal yang sudah sangat maju memang perlu menjadi perhatian pemerintah. Agar industri tersebut bisa semakin berkembang dan menyentuh pasar ekspor. Melihat potensi baik di industri pembibitan ayam lokal, Direktur Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Kementerian Pertanian, Prof Muladno Basar, menyambangi salah satu pembibit ayam lokal di daerah Gunung Sindur, Kabupaten Bogor
Dirjen PKH Muladno Basar (berbatik merah)
saat berkunjung ke pembibitan ayam lokal di Gunung Sindur, Bogor.
Kunjungan Dirjen PKH atas undangan dari Himpunan Peternak Unggas Lokal (HIMPULI) bersama dengan Gabungan Pembibitan Ayam Lokal (GAPALI) untuk melihat perkembangan di salah pembibitan ayam lokal GAPALI.
Dalam kedatangannya itu, Muladno menyebut, pembibitan ayam lokal sudah sangat maju dan bisa dijadikan skala industri untuk peluang ekspor yang menjanjikan. “Perlu ada beberapa perhatian, untuk lebih memajukan industri pembibitan ayam lokal, seperti sertifikasi bibit yang dihasilkan. Pemerintah siap untuk memfasilitasi peternak dan pembibit ayam lokal,” ujar Muladno saat kunjungannya, Jumat, 15 Januari 2016.
Sementara itu, menurut Ketua HIMPULI, Ade Zulkarnain dan Ketua GAPALI, Bambang Krista, keduanya mengaku senang atas kedatangan Dirjen PKH yang bersedia hadir meninjau salah satu tempat pembibitannya dan ingin memfasilitasi peternak dan pembibit ayam lokal agar bisa menyasar pasar ekspor.
Selain itu menurut mereka juga, perlu ada beberapa hal terkait ekspor yang harus dibenahi dan meminta kepada Dirjen PKH agar peternak dan pembibit ayam lokal tidak dipersulit. (rbs)

Direktorat Pakan dan AINI Bersinergi Rancang Sistem Logistik Pakan

Direktorat Pakan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), dan Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) bersinergi menyelenggarakan diskusi seputar Sistem Logistik Pakan (SLP) pada 23-24 Desember 2015, di Bogor, Jawa Barat.
Usai diskusi Sistem Logistik Pakan (SLP) para peserta kompak berfoto bersama.
Dimana diskusi tersebut melihat tantangan pengembangan indusri pakan yang selalu dikaitkan dengan pangan dan energi. Kompetisi antar ketiga sektor tersebut yakni feed, food and fuel saat ini memang kian ketat. Hal tersebut diperburuk pula dengan terjadinya perubahan iklim global, yang membuat perubahan secara masif terhadap pola tanam, produksi dan distribusi pangan.
Isu lain yang juga menjadi perhatian dalam diskusi adalah meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, sehingga menuntut terjaminnya keamanan pakan yang berpengaruh langsung terhadap keamanan pangan asal hewan.
Jaminan ketersediaan pakan secara tidak langsung berbanding lurus dengan jaminan ketahanan pangan hewani. Di Indonesia sendiri, industri pakan secara umum cukup berkembang, namun untuk industri pakan ternak ruminansia dan ternak lainnya masih perlu perhatian khusus. Sebab, sebagian besar produksi pakan ternak masih dilakukan secara individu/kelompok dalam skala kecil.
Sebenarnya, pemerintah melalui APBN telah mendukung pengembangan logistik pakan melalui berbagai fasilitas seperti, unit pengolah pakan ruminansia dan unggas, unit lumbung pakan ruminansia, unit usaha hijauan pakan ternak, unit usaha bahan pakan, dan integrasi ternak tanaman. Namun di sisi lain, sistem pemeliharaan ternak (khususnya ruminansia) skala menengah ke bawah masih mengalami kendala signifikan dalam penyediaan bibit dan bahan pakan.
Fakta di atas menjadi penyebab belum maksimalnya produksi ternak lokal. Kecukupan pakan pada usaha ternak ruminansia masih menjadi kendala yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan musim. Di mana pada musim tertentu, tingkat ketersediaan pakan akan menurun tajam dan sebaliknya.
Selain itu, ketersediaan pakan juga dipengaruhi oleh pola penggunaan lahan serta menyebarnya lokasi sumberdaya pakan yang berjauhan dengan industri peternakan. Untuk itu diperlukan sinkronisasi keterkaitannya sebagai sebuah sistem. Sistem tersebut adalah SLP yang secara teknis memudahkan dalam mendapatkan pakan yang tepat, pada waktu yang tepat, dengan jumlah yang tepat, dan kondisi yang tepat dengan biaya terjangkau, serta memberikan nilai tambah bagi semua pihak.
Kondisi ini tentu saja memerlukan jaminan ketersediaan secara kuantitas dan kualitas. Substansi logistiknya pun juga harus dilihat dari sisi manajemen ternak agar penggunaan pakan lebih efektif dan efisien, sehingga sesuai dengan kondisi ternak.
Turut hadir dalam acara diskusi, antara lain dari Direktorat Pakan Dr Mursyid Mas'um dan Dr Maradoli Hutasuhut, kemudian dari Balitnak Dr Arnold Sinurat dan Dr Winugroho, dan dari AINI, Prof Nahrowi, serta sejumlah narasumber penting lainnya. (AINI/rbs)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer