Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

STRATEGI PENGENDALIAN GUMBORO (IBD)

Untuk menghindari kerugian akibat kematian yang tinggi, pertumbuhan yang tidak optimal ataupun efek imunosupresif akibat kasus Gumboro, maka pencegahan kasus Gumboro (IBD) harus menjadi prioritas utama.

Oleh sebab itu, meminimalisir dan mengeliminasi faktor pencetus munculnya penyakit ini di lapangan merupakan hal yang sangat penting. Hal ini sebenarnya bukan semata-mata menjadi tanggungjawab peternak di tingkat komersial (pedaging ataupun pullet), namun pembibit dan feedmil seharusnya juga mempunyai andil yang tidak kalah penting. Munculnya kasus Gumboro dipicu oleh beberapa hal yang saling berkaitan diantaranya yaitu, kualitas DOC, kualitas pakan, manajemen pemeliharaan, program kesehatan dan vaksinasi, dan biosekuriti.

a. Kualitas DOC
Peternak komersial tidak mempunyai kendali pada kualitas DOC yang dibelinya. Mereka hanya bisa memilih mana yang dianggap baik ataupun tidak, berdasarkan pengalaman sendiri dan referensi dari peternak lain. Kalau kebetulan pembibit yang sudah diyakininya mempunyai konsistensi dan komitmen tinggi dalam menjaga mutu produknya beruntunglah peternak, karena salah satu beban untuk eliminasi kasus Gumboro sudah berkurang.
Maternal antibodi yang tinggi didapat dari induk yang sehat dan divaksin secara teratur dan berkesinambungan. Vaksinasi IBD pada induk biasanya dilakukan sebelum masa produksi dan diulang lagi pada umur 40-45 minggu, dimana pada saat ini biasanya titer antibodi induk sudah menurun. Vaksinasi ulangan ini dilakukan untuk menjaga agar antibodi yang diturunkan ke anak ayam tetap tinggi. Maternal antibodi yang tinggi akan melindungi anak ayam dari infeksi agen penyakit pada minggu pertama kehidupannya (2-3 minggu pertama).
Untuk mendapatkan DOC yang sehat seperti di atas didapat dari telur tetas yang beratnya sudah memenuhi syarat untuk ditetaskan dan berasal dari induk yang tidak terlalu tua ataupun muda, telur tetas bersih, utuh tidak retak ataupun cacat dengan lingkungan kandang yang bersih dan proses penetasan yang baik dan benar. Jika lingkungan kotor dan telur yang ditetaskan pun demikian dikuatirkan embrio juga akan tercemar bakteri seperti E.coli, Pseudomonas, Staphylococcus, dll yang bisa menyebabkan peradangan pada kantong kuning telur (omfalitis).
Kondisi ini akan menyebabkan gangguan proses penyerapan kuning telur yang notabene merupakan sumber makanan di awal kehidupan ayam dan juga maternal antibodi yang diturunkan dari induknya. Atau bisa juga telur tercemar spora jamur Aspergillus, sp, sehingga anak ayam bisa terkena Aspergillosis sejak masih embrio.
Transportasi DOC dari hatchery ke farm juga akan mempengaruhi pertumbuhan DOC tersebut. Kondisi mobil pengangkut harus memenuhi stándar yang ditetapkan. Temperatur dan ventilasi ruangan harus diperhatikan agar anak ayam tidak mendapat stress yang berlebihan dam kecukupan oksigennya terpenuhi.

Gejala klinis serangan Gumboro seperti depresi berat tak selalu jelas atau terlihat.  

b. Kualitas pakan
Pakan merupakan komponen pokok yang mengambil porsi terbesar dari biaya produksi suatu usaha peternakan. Kualitasnya pakan ditentukan oleh kualitas bahan baku yang menyusunnya. Terlebih penting, kadar mikotoksin dalam pakan harus diperhatikan, karena akan berpengaruh pada sistem imunitas dan pertumbuhan tubuh ayam.
Pada saat musim hujan kita perlu waspada dengan mikotoksin ini. Di musim kemaraupun kadang kadar mikotoksin juga masih tinggi. Tingginya kadar mikotoksin berkaitan dengan proses pemanenan, pengeringan dan penyimpanan bahan baku, terutama yang berasal dari biji-bijian. Untuk meminimalisir jumlah mikotoksin perlu pencegahan tumbuhnya jamur dan pembentukan metabolitnya.
Salah satu caranya dengan pengeringan hingga mencapai kadar air yang rendah, penyimpanan pada ruangan yang kering, penambahan antijamur (asam organik), dan mikotoksin binder (zeolit, bentonit, dll.). Proses penyimpanan dan pengangkutan bahan baku atau pakan jadi jika tidak memenuhi stándar juga akan mempengaruhi kualitas pakan.

c. Manajemen pemeliharaan
Manajemen pemeliharaan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu usaha produksi peternakan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, yang paling utama adalah menciptakan kondisi dan tempat yang nyaman untuk hidup ayam. Jika ayam hidup di kandang yang nyaman, terjaga dari stres lingkungan, kebutuhan oksigen terpenuhi, cemaran gas amonia minimal, tersedia pakan yang berkualitas dan air minum yang bersih sepanjang hari, dan juga dengan pelaksanaan program vaksinasi terhadap berbagai agen infeksius yang tepat diharapkan ayam terhindar dari berbagai stres baik dari lingkungan makro ataupun agen penyakit yang ada. Dengan begitu ayam bisa tumbuh, berkembang dan berproduksi dengan optimal.
Pada minggu pertama merupakan masa pertumbuhan ayam yang paling cepat. Berat badan ayam bisa mencapai 2 kali lipat dari saat menetasnya. Bisa dikatakan saat ini merupakan golden age ayam. Pada masa ini terjadi pembelahan sel cukup tinggi, sehingga kecukupan oksigen dan nutrisi sangat penting. Saat ini juga terjadi penyerapan kuning telur yang di dalamnya terdapat antibodi dari induk. Pemberian pakan sesegera mungkin setelah anak ayam datang akan mempercepat dan mengoptimalkan penyerapan kuning telur.
Jika pada masa brooding kehidupan ayam terjaga dengan baik, diharapkan penyerapan antibodi induk terhadap IBD yang ada dalam kuning telur bisa sempurna. Sehingga ayam bisa mengatasi infeksi IBD dini yang bersifat subklinis. Selain itu juga meminimalkan faktor pencetus stres pada ayam seperti menjaga kecukupan pakan, minum, kecukupan sirkulasi udara, pencahayaan dan ketenangan lingkungan.

d. Program Kesehatan
Kasus Gumboro bisa terjadi jika kekebalan ayam tidak bisa mengatasi serbuan virus lapangan yang masuk ke tubuh ayam dan virus lapangan lebih cepat sampai di bursa dibanding virus vaksin yang diberikan. Hal ini bisa terjadi karena kondisi ayam yang tidak optimal karena stres (manajemen, lingkungan), titer antibodi induk yang rendah, jumlah virus lapangan yang terlalu banyak, strain virus vaksin yang dipakai tidak cocok dengan virus yang ada di lapangan, dan waktu pemberian vaksin yang tidak tepat.
Meminimalisir faktor pencetus stres bagi ayam sangat penting terutama pada awal kehidupan ayam. Jika ayam menderita cekaman baik karena faktor internal ataupun eksternal bisa mengakibatkan daya tahan tubuh ayam menurun. Sehingga agen-agen patogen bisa mudah menginvasi tubuh ayam. Jumlah virus di lapangan yang tinggi akan meningkatkan resiko terkena Gumboro. Antibodi induk ayam hanya bisa melindungi sampai umur sekitar 2-3 minggu, dan daya netralitasnya pun terbatas, jika agen infeksi yang harus dinetralkan terlalu banyak, jumlah antibodi tidak bisa mencukupi sehingga ayam akan kalah juga.
Untuk mengurangi kerja ayam dalam menetralkan antigen, meminimalkan jumlah virus di lapangan sangatlah penting. Ini dilakukan dengan persiapan kandang yang benar-benar baik sebelum kedatangan ayam. Sebelum dipakai kandang harus dicuci kering dan basah sampai bersih, kemudian dilakukan desinfeksi berulang.
Penyemprotan insektisida ke lantai, langit-langit, tiang, dinding dan sekitar kandang perlu dilakukan untuk membunuh serangga seperti semut, kumbang franky (Altophobius, sp) dll yang bisa menjadi reservoir virus IBD. Pemberian antibiotika berspektrum luas selama 3-5 hari pertama kehidupan anak ayam akan membantu mengeliminasi bakteri yang ada pada anak ayam, diharapkan akan mengurangi kasus radang omfalitis sehingga penyerapan kuning telur bisa optimal. Selain itu dengan memperkuat kondisi tubuh anak ayam dengan pemberian multivitamin secara rutin akan membantu mengurangi pengaruh cekaman pada anak ayam.
Pencegahan koksidiosis dengan vaksinasi ataupun pemberian koksidiostat diharapkan bisa meminimalisir kejadian koksidiosis pada ayam dan diharapkan secara tidak langsung akan mengurangi kejadian Gumboro ataupun menurunkan tingkat keparahan koksidiosis. Jika ayam terkena koksidiosis pada minggu-minggu awal biasanya resiko terkena Gumboro menjadi lebih besar dan parah.

e. Biosekuriti
Biosekuriti merupakan suatu usaha pengamanan biologik yang bertujuan untuk mencegah masuknya agen-agen patologik ke tubuh ayam. Tidak hanya meliputi proses desinfeksi kandang dan lingkungan, namun merupakan suatu usaha yang terpadu dan berkesinambungan dari tingkat konseptual, struktural dan operasional. Meliputi tata letak, lokasi farm dan kandang, bangunan kandang, pemagaran serta bangunan pendukung seperti kantor, mess karyawan, gudang pakan atau telur, ruang ganti baju, car dip. Juga pola replacement yang all in all out.

f. Ketepatan pemilihan vaksin
Pemilihan vaksin yang cocok dengan virus di lapangan sangat penting. Pada saat ini ada banyak macam jenis vaksin yang dijual di pasaran. Dari yang bersifat mild sampai yang intermediate plus. Vaksin yang tergolong mild virusnya bisa menembus titer antibodi induk pada angka 125. Intermediate pada titer 250, sedangkan yang intermediate plus bisa menembus titer di angka 500-800.
Berdasarkan grup molekulernya virus gumboro digolongan dalam 6 macam virus. Di Indonesia kebanyakan dari jenis group molekuler 3, 4 dan 5. Kita harus jeli dan pintar dalam memilih produk yang demikian banyaknya di pasar. Vaksin yang mahal tidak selalu menjamin bebas dari kebocoran vaksinasi. Kecocokan strain virus dengan lingkungan setempat harus diutamakan. Jika suatu jenis vaksin sudah cocok di farm kita lebih baik jangan diubah. Virus vaksin yang terlalu keras sebaiknya hindari diberikan terlalu dini, karena bisa merusak sel-sel limfoid di bursa.

g. Ketepatan Waktu Vaksinasi
Hal yang tak kalah penting untuk meminimalisir kebocoran vaksinasi adalah penentuan waktu yang tepat kapan sebaiknya vaksinasi dilakukan. Untuk dapat menentukan waktu vaksinasi yang tepat, pengukuran maternal antibodi (MAb) terhadap IBD mutlak harus dilakukan. Karena pembibit tidak pernah memberitahukan titer antibodi dari induknya. Pemeriksaan biasanya dilakukan dengan teknik ELISA.
Dengan mengetahui status MAb nya kita dapat melihat tingkat keseragaman titer dan menghitung kecepatan penurunannya, sehingga dapat diperkirakan waktu yang tepat untuk vaksinasi. Vaksinasi yang dilakukan pada saat titer MAb masih tinggi tidak akan efektif, virus vaksin justru akan dinetralisir oleh antibodi sehingga virus tidak akan bisa multiplikasi dan pada akhirnya tidak akan muncul respon vaksinasi yang diharapkan. Dan bisa jadi jika ada virus lapangan yang bisa menembus kekebalan ayam, kejadian Gumboro akan muncul.

Kasus Gumboro tidak bisa kita anggap enteng dan sepele, baik berat ataupun ringan akan merugikan farm kita, namun kebocoran vaksinasi tersebut masih bisa kita minimalisir. Tentunya dengan eliminasi faktor-faktor pencetus, sikap disiplin dan konsistensi dalam penerapan manajemen pemeliharaan seperti persiapan kandang yang baik, pemilihan DOC yang berkualitas, menjalankan manajemen pemeliharaan yang sesuai stándar, penerapan biosekuriti yang konsisten, pemilihan jenis vaksin dan waktu vaksinasi yang tepat diharapkan bisa menekan bahkan menghilangkan kasus IBD di farm kita, sehingga kerugian ekonomis akibat IBD bisa kita hindari. (*)

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN MILK FEVER PADA SAPI PERAH

Peternakan sapi perah rakyat di Indonesia masih banyak menemui beberapa permasalahan serius yang berulang dari waktu ke waktu. Salah satunya penyakit gangguan metabolisme yang masih banyak ditemukan adalah Milk fever atau hipocalsemia. Banyak kejadian sapi-sapi yang ditemukan ambruk setelah melahirkan dan tidak kuat berdiri lagi berujung pada pisau jagal. Beberapa pertolongan medik  baik secara peroral, intravena maupun subkutan dari berbagai macam sediaan kalsium yang ada belum memberikan hasil yang signifikan.
Peternak harus paham sapi-sapi yang menunjukkan gejala-gejala awal Milk fever seperti gemetar pada otot-otot pergerakan sehingga pertolongan memberikan harapan baik. Presentase kasus Milk Fever terjadai sebelum melahirkan 3%, pada saat melahirkan 6%, 1-24 jam setelah melahirkan 75%, 25-48 jam 12 %, lebih dari 48 jam 4 %
Kalsium sangat penting peranannya dalam kontraksi otot polos tubuh termasuk pergerakan otot polos saluran pencernaan, kontraksi uterus dan  pembukaan penutupan spinchter putting pada sapi perah. Kadar kalsium darah pada kondisi normal adalah 10 mg/100 ml. Pada kondisi Milk fever, kadar Ca darah akan menurun sampai menjadi sekitar 3-7 mg/100ml.

Pemberian pakan dengan kandungan Ca > 100 g/hari selama masa dry pregnant 
berhubungan dengan meningkatnya risiko kejadian milk fever.


Metabolisme kalsium
Metabolisme kalsium erat hubungannya dengan magnesium dan vitamin D. Hubungan magnesium dalam metabolisme kalsium bisa melalui beberapa jalur. Magnesium dibutuhkan untuk pelepasan paratiroid hormon dari kelenjar paratiroid. Bila paratiroid hormon yang disekresikan kurang, akan mempengaruhi mobilisasi kalsium dari tulang.
Vitamin D diperlukan untuk menstimulasi absorbsi kalsium dari saluran pencernaan. Vitamin D harus diubah dulu menjadi 25 hidroksi vitamin D di hati yang prosesnya membutuhkan magnesium. Kemudian menjadi 1,25 dihidroksi vitamin D di ginjal yang membutuhkan paratiroid hormon. Sehingga bisa dinyatakan bahwa magnesium berperan pada langkah pertama, yaitu pelepasan paratiroid hormone dari kelenjar paratiroid, kemudian paratiroid hormon berperan pada langkah kedua yang berfungsi langsung mempengaruhi mobilisasi dan absorbsi kalsium.

Pengaturan Homeostasis Ca



Peranan magnesium dikatakan lebih kepada fungsi regulatorik. Kekurangan magnesium akan mengakibatkan terlambatnya proses yang dibutuhkan untuk memulai proses mobilisasi kalsium pada kondisi hipokalsemia.
Peranan vitamin D dalam metabolisme Ca adalah dalam aksi sinergisnya dengan hormone paratiroid untuk merangsang aktifitas osteoklastik resorpsi tulang dan meningkatkan reabsorpsi tubulus ginjal terhadap Ca. Peranan utama 1,25 dihidroksi vit D adalah kemampuannya merangsang transport aktif (trans seluler) Ca dari pakan melewati epitel usus halus. Ca bisa di serap dari lumen usus halus baik dengan aktif maupun pasif transport (peri seluler). Transpot pasif (peri seluler) sangat dipengaruhi oleh kadar ion Ca dalam lumen usus.
Transport yang efisien dari Ca yaitu bila Ca dari pakan sangat rendah atau kebutuhan akan Ca sangat tinggi terjadi dengan cara transport aktif melewati epitel usus halus. Proses transport ini membutuhkan 1,25 dihidroksi vit D untuk merangsang terbentuknya protein pembawa Ca melewati epitel usus halus.

Penyimpanan Kalsium di Tulang
Penyimpanan kalsium di tulang dibagi menjadi dua bentuk:

  1. Sebagian besar kalsium terikat dalam kolagen tulang dalam bentuk deposit CaHPO4. Mobilisasi Ca dari deposit CaHPO4 dipengaruhi oleh hormone paratiroid
  2. Sejumlah kecil kalsium disimpan dalam bentuk larutan yang berada dalam kanalikuli tulang. Paratiroid hormone akan menstimulasi larutan kalsium dalam tulang untuk ditransfer cepat ke darah. Pada sapi dewasa larutan kalsium ini berjumlah sekitar 6-10 g Ca. Menariknya, penambahan garam-garam anion (ammonium klorida) dalam pakan selama masa transisi dalam formulasi yang tepat bisa meningkatkan transfer larutan Ca ini sekitar 5-6 g.


Patofisiologis Hipokalsemia
Hemostasis kalsium berasal dari keseimbangan output, input dan siklus ulang dari kalsium. Mekanisme mobilisasi dari tulang, absorbsi dari makanan dan konservasi di ginjal dari kalsium dipengaruhi oleh hormon paratiroid dan 1,25 dihidroksi vitamin D. Secara umum, kadar kalsium dalam plasma darah diatur dengan sangat akurat.
Dimulainya laktasi membutuhkan kalsium dalam jumlah yang sangat banyak pada sapi perah. Sapi yang menghasilkan 10 liter kolostrum (2,3 g Ca/kg ) akan kehilangan 23 g Ca hanya pada satu kali pemerahan. Jumlah ini sama dengan hampir sembilan kali jumlah  kalsium dalam seluruh plasma darah sapi. Kalsium yang hilang dari kolostrum ini harus segera digantikan kembali dengan cara meningkatkan absorbsi dari saluran pencernaan dan mobilisasi dari tulang.
Selama masa dry, kebutuhan kalsium yang minimal (12 g/hari) membuat mekanisme mobilisasi dan absorbsi kalsium ini relatif inaktif. Pada saat kelahiran, sapi harus bisa menyediakan 30 g kalsium atau lebih perhari. Kondisi ini mengakibatkan, hampir semua sapi mengalami  hipokalsemia dalam variasi derajat keparahan sehari setelah melahirkan pada saat usus halus dan tulang berusaha menyesuaikan diri dengan kebutuhan kalsium pada awal masa laktasi itu. Melihat kenyataan ini kita seharusnya tidak heran apabila beberapa sapi gagal mengatasinya. Pada sapi yang gagal menyediakan kalsium ini, susu yang dihasilkan akan mengakibatkan kalsium di ekstra sel dan plasma akan menurun  drastis dan menampakkan tanda-tanda klinis hipokalsemia atau Milk fever.
Ada tiga tahapan gejala klinis  Milk fever, tahap 1: sapi masih bisa berdiri, namun sudah mulai gemetaran (tremor), sempoyongan, telinga dingin, dan terjadi eksitabilitas. Jika tidak segera dilakukan penanganan akan melanjut ke fase 2. Tahap 2: sapi tidak mampu berdiri, namun masih mencoba bangun, posisi duduk  (sternal recumbency),  namun tidak mampu untuk bangun. Kondisi sapi melemah, tidak mau makan, suhu tubuh subnormal, sapi kadang meletakkan kepalanya pada flank membentuk huruf S yang menyebabkan kelemahan otot-otot tulang belakang.  Tahap 3: dalam jangka waktu lama jaringan otot akan kekurangan Ca, terjadi kelumpuhan. Sapi mengalami penurunan reflek tubuh, koma, kembung, dan terjadi kematian beberapa jam kemudian.

Tabel level calcium pada induk laktasi dan kejadian Milk fever
Kondisi induk
Level calcium dalam darah
  1. Laktasi normal
8.4-10.2 mg/100 ml
  1. Pada saat melahirkan
6.8-8.6 mg/100 ml
  1. Milk fever ringan
4.9-7.5 mg/100 ml
  1. Milk fever sedang
4.2-6.8 mg/100 ml
  1. Milk fever berat
3.5-5.7 mg/100 ml

Hipokalsemia dan akibat sekunder yang ditimbulkannya
Sebuah study yang melibatkan 7.761 ekor sapi perah dari 34 peternakan sapi perah di Amerika Serikat menunjukkan bahwa sapi yang menunjukkan tanda-tanda hipokalsemia akan mengalami 2,6 kali lebih berisiko terhadap distokia, 2,4 kali terhadap ketosis dan 2,3 kali terhadap Left Displasis Abomasum. Distokia akan berhubungan lebih lanjut dengan retensi plasenta yang akan meningkat 2,2 kali dan 2,1 kali terhadap metritis. Bila retensi plasenta terjadi, kemungkinan akan menjadi metritis akan meningkat menjadi 6,0 kali. Studi juga menunjukkan bahwa Milk fever klinis secara langsung meningkatkan risiko terhadap kejadian RFM (retained foetal membranes) 3,2 kali dan 1,7 kali terhadap metritis.
Milk fever juga berhubungan erat dengan prolapsus uteri. Hal ini berhubungan dengan terlambatnya involusi selama sapi dalam kondisi hipokalsemia. milk fever juga berhubungan secara kualitatif dengan meningkatnya kejadian sistik ovari meskipun mekanismenya belum begitu jelas. Distokia, RFM, sistik ovari, metritis dan gangguan pasca kelahiran lainnya akan mempengaruhi penampilan reproduksi baik secara langsung maupun tidak langsung. Milk fever meningkatkan risiko terhadap gangguan pasca kelahiran tersebut sehingga meskipun tidak secara langsung mempengaruhi, milk fever diprediksi menurunkan tingkat kesuburan sapi (fertility).

Strategi Pencegahan Milk Fever
1. Kalsium dalam pakan.
Pemberian pakan dengan kandungan Ca > 100 g/hari selama masa dry pregnant berhubungan dengan meningkatnya risiko kejadian milk fever. Sapi dengan berat 500 kg membutuhkan 31 g Ca/hari untuk maintenance dan kebutuhan fetus pada kebuntingan akhir.  Bila sapi selama dry pregnant diberi pakan dengan kandungan Ca yang tinggi (>100g/hari), kebutuhan Ca dapat dipenuhi semuanya hanya dengan transport pasif dari Ca dalam pakan. Transport aktif dan penyerapan Ca dari tulang, tertekan dan tidak terjadi. Hasilnya, pada saat melahirkan, pada saat  sapi membutuhkan Ca dalam jumlah tinggi sapi tidak bisa menggunakan mekanisme penyerapan Ca dari tulang maupun transport aktif Ca dari pakan. Akibatnya, sapi akan mengalami hipokalsemia berat sampai mekanisme tersebut bisa di rangsang dan bekerja yang biasanya berlangsung dalam beberapa hari setelah melahirkan.
Pakan dengan Fosfor yang tinggi (>80g PO4/hari) juga meningkatkan risiko terjadinya milk fever. Hal ini terjadi karena tingginya Fosfor dalam darah akan secara langsung menghambat enzyme yang mengkatalisis pembentukan 1,25 dihidroksi vitamin D di ginjal. Hal ini akan menurunkan produksi 1,25 dihidroksi vitamin D yang pada akhirnya juga menurunkan resorbsi Ca dari lumen usus halus sebelum kelahiran.

2. Pemberian Garam Anionik
Keseimbangan kation-anion dalam pakan sapi transisi sebelum melahirkan terbukti bisa mempengaruhi kejadian Milk fever. Pakan dengan kandungan kation yang tinggi khususnya Na + , K + dan Ca ++  cenderung menyebabkan Milk fever. Pakan dengan kandungan anion yang tinggi khususnya Cl – dan S – bisa mencegah terjadinya Milk fever. Pakan sapi transisi yang cenderung banyak hijauan, banyak mengandung kation, khususnya K +. Hal ini akan mengakibatkan sapi akan berada pada kondisi metabolic alkalosis yang bisa dilihat dari tingginya pH urine. Penambahan anion akan menakibatkan penurunan metabolic alkalosis bahkan bisa menyebabkan metabolic acidosis.
Hormon paratiroid dan 1,25 dihidroksi vitamin D menurun kemampuannya dalam metabolisme Ca bila kondisi darah adalah alkaline. Dan akan meningkat apabila kondisi darah asam.  Ada cara untuk menghitung perbedaan kation anion dalam pakan (DCAD = Dietary Cation Anion Difference) yang bisa digunakan untuk menghitung seberapa banyak anion yang harus ditambahkan dalam pakan agar bisa mengakibatkan metabolic acidosis. Perbedaan tersebut dinyatakan dalam mEq.

3. Injeksi Vitamin D
Vitamin D berperan dalam metabolisme Ca seperti yang sudah dijelaskan pada pemaparan sebelumnya. Penambahan dalam tubuh dari sumber luar akan membantu penyerapan Ca dari lumen usus halus.

4. Treatment Pencegahan dengan Calcium Chloride
Calcium Chloride telah dipakai secara efektif sebagai sumber Ca untuk pencegahan Milk fever. Senyawa ini merupakan bentuk Ca yang ketersediaannya sangat bagus. Bentuk  Ca lain seperti limestone (CaCO3) Calcium propionate diserap kurang bagus. CaCl2 juga merupakan senyawa yang bersifat asam. Kombinasi dari ketersediaan yang baik, sifat asam dan by pass sebagian oleh rumen mampu meningkatkan kadar Ca darah. Puncak Ca darah bisa dicapai dalam 30 menit setelah pemberian oral dan akan menurun lagi setelah 24 jam.
Calcium Chloride merupakan garam Ca yang sangat mudah larut dan ionisasi akan meningkatkan penyerapan Ca. Penyerapan Ca dari CaCl2 bisa terjadi baik dalam bentuk transport aktif maupun pasif. Pemberian CaCl2 oral mampu menurunkan kejadian Milk fever klinis dari 11,8% menjadi 4,9%. Oral CaCl2 juga mampu menurunkan Milk fever subklinis dari 52% menjadi 29,4%, juga mampu menurunkan kejadian LDA dari 7,8% menjadi 1%.
Oral CaCl2 juga bisa digunakan untuk kasus Milk fever yang kadar Ca darahnya sampai   4 g/100ml. Oral CaCl2 juga bisa digunakan untuk mencegah kejadian Milk fever yang berulang setelah treatment Ca intravena dilakukan. CaCl2 adalah senyawa yang iritan sehingga dapat menimbulkan risiko yang mengiringi administrasi oral. Bila sampai terjadi aspirasi pneumonia maka akan mengakibatkan iritasi  saluran pernafasan dan alveolusnya. Pengguanaan dalam bentuk gel mengurangi risiko yang mungkin  terjadi.

Drh. Joko Susilo
Medik Veteriner  Muda, Balai Veteriner Lampung
Direktorat Kesehatan Hewan, Dirjen PKH
Kementrian Pertanian RI


MENCEGAH IMUNOSUPRESI DENGAN MANIPULASI PAKAN


Untuk tumbuh kembang, ayam membutuhkan pakan yang sempurna, cukup kandungan nutrisinya. Pemberian pakan untuk ayam harus memenuhi syarat minimal, setidaknya cukup dalam hal zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh ayam untuk proses pertumbuhan.

Pertumbuhan tersebut mencakup proses untuk melengkapi sel-sel dalam tubuh ayam dengan bagian yang berasal dari luar yang telah merupakan persenyawaan-persenyawaan kimia yang diperlukan tubuh untuk fungsi optimum dari banyak reaksi-reaksi kimia dalam proses metabolisme, termasuk proses-proses pertumbuhan, untuk hidup pokok, untuk kerja, untuk produksi dan reproduksi. Namun pemberian pakan yang bermutu dengan jumlah yang pas untuk kebutuhan di awal pemeliharaan merupakan kunci keberhasilan untuk mendapatkan berat badan optimal yang seragam.
Pemeliharaan ayam ras komersial baik broiler maupun layer dibedakan atas beberapa fase, yakni fase starter dan finisher untuk broiler sedang untuk layer meliputi fase starter, grower dan finisher. Pemeliharaan pada fase starter di awali pada umur 0-4 minggu dimana terjadi pembelahan dan pertumbuhan sel yang tinggi. Fase ini merupakan kunci awal untuk mencapai keberhasilan pencapaian berat badan yang optimal, sehingga pakan yang diberikan harus mempunyai nilai nutrisi yang baik buat pertumbuhan otot.
Namun keberhasilan pada fase ini dipengaruhi oleh kualitas DOC, pakan serta lingkungan, artinya untuk mencapai pertumbuhan yang standar maka harus didukung dengan kualitas DOC yang baik, kondisi lingkungan yang kondusif serta kualitas pakan yang baik dengan ketersediaan pakan yang cukup.
Di fase awal pemeliharaan peternak juga harus memperhatikan hal-hal mengenai manajemen pemberian pakannya, pemrograman vaksinasi serta perlakuan pemberian feed additives yang ditujukan untuk mendukung pembentukkan immunity ayam seperti penambahan vitamin C ataupun larutan elektrolit lainnya.
Peternak harus segera mengkondisikan DOC supaya cepat beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti memberikan pakan dan air minum pada DOC yang baru ditebar. Cara ini terbukti dapat mengoptimalkan fungsi-fungsi organ pencernaan sehingga kandungan kuning telur sebagai cadangan makanan akan segera terserap habis. DOC dengan kuning telur yang terlalu lama dapat mengganggu pertumbuhannya.


Berbagai feed aditive dan feed suplement bisa ditambahkan dalam ransum atau air minum 
untuk mencegah timbulnya kasus imunosupresi.

Pakan untuk Kekebalan
Penyusunan ransum untuk ayam broiler dan layer perlu memperhatikan kandungan zat-zat makanan yang dibutuhkan dengan harga yang terjangkau. Tujuan pemberian makanan pada ayam adalah untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam dari serangan beberapa bibit penyakit. Adalah wajar bila makanan yang dimakan ayam harus cukup kandungan zat-zat gizinya, bila tidak maka ayam mudah sekali terpapar bibit penyakit.
Kemudian untuk meyakinkan bahwa zat-zat makanan dalam ransum dapat dikonsumsi, dicerna, dicegah dari kerusakan, diabsorpsi, dan ditransportasi ke sel-sel dalam tubuh, peternak dapat menambahkan bahan-bahan yang berfungsi sebagai makanan tambahan, yang digunakan ayam untuk meningkatkan metabolisme dalam tubuh, sehingga ayam dapat tumbuh dengan optimal.
Beberapa makanan tambahan pelengkap yang bukan zat makanan seperti

  1. Peningkatan pellet yang mempengaruhi tekstur dan menguatkan makanan yang sudah dibuat pellet, 
  2. Pemberi bau enak yang biasa digunakan untuk meningkatkan palatabilitas makanan, 
  3. Beberapa enzim yang berfungsi untuk memperbaiki daya cerna di bawah kondisi tertentu, 
  4. Pemberian antibiotika seperti senyawa-senyawa arsen dan nitrofurans konsentrasi rendah berfungsi untuk mencegah makanan dari serangan perusakan oleh mikroorganisme dan mencegah timbulnya keracunan yang disebabkan oleh mikroflora dalam usus, 
  5. Pencegah jamur yang digunakan untuk mencegah jamur yang merusak bahan makanan dan makanan yang berada dalam saluran pencernaan ayam, 
  6. Pemberian antibiotika berspektrum luas dengan daya absorpsi yang baik dalam bahan pakan berfungsi untuk memerangi penyakit-penyakit khusus, 
  7. Pemberian senyawa-senyawa kimia tertentu yang digunakan untuk meningkatkan daya penyembuhan dari antibiotika terhadap penyakit, 
  8. Beberapa obat pencegah cacing yang ditambahkan ke dalam ransum tertentu secara periodik, 
  9. Penambahan koksidiostat secara rutin ke dalam ransum broiler dan ransum layer muda dengan konsentrasi rendah, 
  10. Penambahan antioksidan yang digunakan untuk mencegah asam-asam lemak yang tidak jenuh dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak dari perusakan-perusakan yang disebabkan oleh peroksidasi, 
  11. Penambahan sumber-sumber karotenoid ke dalam ransum untuk memperbaiki figmentasi dari daging broiler dan kuning telur pada layer, 
  12. Pemberian reserpin, aspirin dan obat-obat penenang lainnya yang digunakan untuk memperbaiki pertumbuhan, membatasi apkiran dan memperbaiki efisiensi penggunaan makanan pada broiler dan 
  13. Penambahan hormon atau zat-zat lainnya yang berfungsi untuk memperbaiki proses metabolisme dalam tubuh ayam seperti hormone estrogen untuk memperbaiki pertumbuhan dan kualitas karkas ayam pada umur 16 minggu, senyawa-senyawa thyroaktif seperti kasein yang mengandung yodium dimana pada layer berfungsi untuk memperbaiki produksi telur, kualitas telur, kualitas kulit telur, serta mencegah degradasi lemak di bawah kondisi tertentu, dan pemberian obat-obatan tertentu termasuk hormone untuk memperpendek periode rontok bulu atau moulting atau mempercepat jatuh bulu ayam pasca berproduksi lama. (wan) 


TAK SEKADAR MENAKAR MUTU PAKAN

Pada dasarnya, proses produksi pakan dalam suatu feedmill merupakan suatu kesatuan dan kualitas pakan yang tidak hanya ditentukan oleh pengaruhnya terhadap ternak yang bisa diukur. Di dalam feedmill terdapat banyak bagian untuk bekerja sama dalam menghasilkan pakan, mulai dari pembelian, proses penyimpanan di gudang bahan baku, proses produksi, proses penyimpanan di gudang pakan, dan pengirimannya sampai ke peternak. Kualitas pakan itu sendiri tidak hanya terbatas pada kandungan protein pakan yang seringkali dihubungkan dengan performans akhir yang bagus sehingga menimbulkan asumsi salah bahwa semakin tinggi protein pakan akan semakin baik meskipun peternak akan membayar lebih mahal untuk itu.

Produk pakan yang terbungkus rapi tercermin kualitas dan pengabdian kerja 
dari setiap bagian di feedmill.


Faktor Kualitas Pakan 
Pada dasarnya  kualitas pakan bisa dibagi atas 3 macam yaitu : (1) kualitas pakan berdasarkan kandungan nutrisinya yang diperkuat dari hasil analisa proksimat di laboratorium pabrik pakan, (2) kualitas pakan berdasarkan tampilan fisik yang bisa cepat dilihat dengan penciuman dan penglihatan biasa, dan (3) kualitas pakan berdasarkan kelengkapan bahan pendukung. Subyek nomor 3 misalnya kondisi berat pakan per karung, kualitas dan kondisi karung kemasan yang digunakan, cara menjahit karung kemasan, penggunaan label pada karung pakan, dan lain-lain.
Pada perusahaan tertentu ada yang telah memiliki sertifikat ISO. Apakah ada perbedaan antara feedmill dengan sertifikat ISO dengan yang tidak memperoleh akreditasi tersebut? Sertifikat ISO untuk feedmill mencerminkan kesungguhan segenap komponen dalam perusahaan pabrik pakan mulai dari manajemen puncak sampai kepada bawahan di tingkat produksi, quality control, pemasaran, keuangan, pembelian dan lain-lain untuk sesuai dengan bagian kerjanya masing-masing mengutamakan stabilitas mutu pakan yang dihasilkannya.

Faktor Kandungan Nutrisi 
Sesuai dengan klaim feedmill yang dicantumkan dalam label kemasan maka masing-masing nutrisi ditetapkan mempunyai batas maksimum atau minimum yang harus terdapat dalam produk pakan tersebut. Peternak sangat berkepentingan terutama dengan nilai protein yang terkandung dalam pakan. Apakah naiknya kandungan protein pakan disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan nutrisi spesies unggas modern sebagai akibat proses rekayasa genetis yang dilakukan di industri pembibitan?
Ayam modern lebih efisien dan lebih produktif dibandingkan varietas-varietas sebelumnya. Tetapi perubahan tersebut tidak serta merta diwujudkan dalam peningkatan kebutuhan protein, yang lebih penting adalah profil asam amino yang aman dan seimbang dalam pakan. Peternak semakin tergiur dengan pakan yang berprotein tinggi yang dibelinya, padahal belum tentu setara dengan profil asam amino di dalamnya. Teknis penentuan kadar protein di laboratorium berdasarkan jumlah N yang bisa ditangkap dikalikan faktor tetap 6,25 sedangkan sumber N bisa diperoleh darimana saja termasuk sumber-sumber protein “kosong” (kadar N tinggi atau protein tinggi tetapi profil asam amino sangat tidak lengkap dan tidak seimbang).
Jadi jangan terlalu terkecoh dengan protein ekstra tinggi dalam pakan, karena yang dipergunakan oleh ayam secara harian untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan produksi adalah asam amino tercerna. Secara makro, pada unggas (ayam) petelur unsur protein dan kalsium/fosfor merupakan nutrisi kritis yang paling mudah dilihat dalam kaitannya dengan kualitas pakan sebagai produk dari pabrik pakan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan diantaranya :

  1. Apabila menggunakan pakan konsentrat dan dicampur sendiri di farm, periksa ulang komposisi pencampuran.
  2. Periksa kualitas jagung dan katul yang dipergunakan. Jagung dan katul masing-masing mengandung 9 dan 11 % protein. Mengingat keduanya dipakai dalam jumlah besar maka penurunan kualitas bahan tersebut akan cukup berpengaruh terhadap perubahan kualitas pakan. 
  3. Apabila menggunakan pakan komplit maka penurunan kualitas merupakan pengaruh langsung dari fungsi produksi di pabrik seandainya hasil analisa lab bisa diandalkan.


Variasi Kualitas Pakan
Penyimpangan kualitas nutrisi pakan bisa dijelaskan sebagai kontribusi dari satu faktor atau lebih. Proses kerja di feedmill diawali dari proses pembelian yang menetapkan kondisi mutu barang yang bisa diterima di pabrik. Atas dasar perjanjian yang disanggupi oleh pemasok, maka setelah barang tiba di lokasi pabrik akan menjalani pemeriksaan mutu oleh quality control. Bagian quality control bekerja atas dasar kriteria mutu yang sama dan mempunyai kewenangan/kewajiban untuk menolak barang yang datang.

Permasalahan yang mungkin timbul adalah :

  1. Bagian quality control kurang teliti atau kurang tegas mempertahankan kriteria mutu yang sudah ditetapkan sehingga barang jelek bisa masuk ke dalam gudang 
  2. Pemasok secara sengaja atau tidak sengaja menempatkan bahan baku berkualitas lebih rendah pada timbunan yang sulit dijangkau pada waktu pemeriksaan pertama.
  3. Bahan baku mempunyai fluktuasi kandungan nutrisi yang cukup tinggi khususnya apabila bukan berasal dari limbah industri. Kadangkala nutrisionis atau formulator harus memperhitungkan variasi tersebut dalam kalkulasi formulasinya. 
  4. Kesalahan proses produksi di pabrik dimana terjadi kontaminasi antara bahan baku yang berbeda akibat penanganan di dalam gudang yang tidak sempurna, maupun penanganan mesin produksi yang tidak benar.

Faktor-faktor tersebut menyebabkan nilai aktual pakan tidak sama dengan yang seharusnya diinginkan dari formula. Bahan baku sumber protein antara lain dari kelompok tumbuhan yaitu bungkil kedele, corn gluten meal, bungkil kacang, ddgs; dari kelompok hewani misalnya meat bone meal, fish meal, poultry meat meal, bahkan feather meal yang tinggi protein meskipun rendah koefisien daya cerna.
Kontaminasi bahan rendah protein seperti katul atau tepung batu ke dalam bin penyimpanan bahan tinggi protein akan berdampak turunnya protein pakan karena meskipun proses produksi berjalan otomatis tetapi komputer tidak mampu membedakan kesalahan yang terjadi. Meskipun demikian in process QC apabila dijalankan secara ketat dapat menghindari terjadinya kesalahan tersebut, atau minimal menghindari pengiriman pakan salah ke peternak.
Sumber kesalahan bisa dimulai di gudang penyimpanan, dimana bahan tercecer di lantai gudang akibat karung bocor/sobek lalu sapuan yang dikumpulkan disatukan dengan bahan lain dan masuk ke bin penyimpanan yang salah. Ini adalah kesalahan yang umum terjadi dalam pabrik pakan ternak, sehingga diperlukan kejelian, kehati-hatian dan kejujuran dari operator yang bersangkutan.
Petugas QC bisa melakukan pemeriksaan isi bin dalam waktu yang teratur untuk memastikan ada tidaknya kontaminasi dalam setiap bin. Kontaminasi bisa terjadi antara pakan tinggi protein misalnya konsentrat 35% oleh pakan komplit rendah protein dimana sisa pakan secara tidak sengaja  bercampur ke dalam bin yang salah. Tetapi kesalahan ini hanya berakibat terbatas pada batch pakan dalam jumlah sedikit.
Sumber mineral makro khususnya kalsium dan fosfor biasa diperoleh dari tepung batu (limestone grit), di calcium phosphate, mono calcium phosphate, tepung tulang dll. Penyimpangan nutrisi kalsium bisa disebabkan oleh kasus yang serupa dengan yang bisa terjadi pada penyimpangan protein. Sumber kalsium mencemari bahan baku di bin atau sisa pakan rendah kalsium mencemari pakan tinggi kalsium seperti halnya konsentrat petelur. Kalsium dibutuhkan dalam jumlah besar pada fase produksi telur. Warna dan penampilan pakan kadang-kadang menjadi masalah bagi peternak. Ada peternak yang menyukai warna maupun bentuk jagung terlihat mencolok dalam pakan tetapi ada pula yang menyukai bentuk/ukuran yang lebih halus. Untuk pakan butiran/pellet   ukuran jagung harus sehalus mungkin. Biasanya menggunakan saringan 3 mm. Kehalusan jagung dan unsur bahan baku lainnya akan sangat membantu kualitas butiran/pellet yang dihasilkan.
Untuk pakan tepung ayam petelur dewasa, jagung digiling dengan saringan 4-5 mm sehingga butiran jagung masih terlihat di dalam campuran pakan tetapi tidak terlalu besar. Penyimpangan yang terjadi adalah apabila butiran jagung utuh atau bahan lainnya ditemukan di dalam pakan. Kondisi ini disebabkan oleh bocornya saringan yang sedang dipakai biasanya akibat benturan benda logam di dalam ruang grinding yang melubangi saringan.

Kualitas Pelayanan 
Bagaimana kualitas pelayanan pabrik terhadap peternak pelanggan maupun calon pelanggan? Apabila menelepon apakah langsung diberikan kepada petugas yang tepat ataukah dilempar kesana kemari yang selain membuang waktu juga mengeluarkan biaya pulsa telepon apabila menelepon interlokal. Apabila sudah tersambung ke petugas yang benar, apakah mendapat jawaban yang sopan, apakah petugas tersebut menguasai persoalan dan bisa memberikan jawaban yang jelas/akurat ?
Apakah keluhan pelanggan ditanggapi dengan cepat? Itu semua memberikan gambaran kemampuan perusahaan pakan ternak dalam melayani peternak pelanggan. Peternak paling sering mengeluh terhadap masalah kualitas pakan. Bagian marketing yang tanggap akan segera mengirimkan tenaga salesnya atau tenaga khusus ke lokasi peternak untuk menyelesaikan permasalahan. Apabila masalah terlalu rumit dan tidak mampu diselesaikan bisa diserahkan ke tingkat yang lebih tinggi. Paling penting adalah respon yang cepat karena ayam adalah barang hidup, dan penyimpangan yang dibiarkan akan semakin parah.
Tingkat produksi yang turun akan sulit mencapai posisi semula atau minimal membutuhkan waktu yang lama. “After sales service” juga termasuk dalam kualitas pakan secara tidak langsung. Apabila semua bagian dalam produksi dan penjualan pakan bekerja tidak hanya sesuai dengan deskripsi pekerjaannya secara benar tetapi juga mengerti betul paham memuaskan pelanggan dengan produk dan pelayanan yang prima, maka setidaknya peternak akan mengacungkan jempol untuk pakan yang berkualitas prima. Pada produk pakan yang terbungkus rapi tercermin kualitas dan pengabdian kerja dari setiap bagian di feedmill.

(Ditulis kembali dari artikel Suharja Wanasuria, http://feedindonesia.wordpress.com/2007/11/25/mengukur-kualitaspakan)

DIRJEN PKH LANTIK PENGURUS GOPAN 2015-2020

Setelah sukses menyelenggarakan Musyawarah Nasional (MUNAS) III dan Diskusi Nasional Perunggasan, dengan tema ”Revitalisasi Perunggasan Nasional; Membangun Perunggasan Berkeadilan yang Mensejahterakan Peternakan Rakyat”pada 30 September s/d 1 Oktober 2015, Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN), segera melaksanakan pelantikan pengurus, sekaligus menggelar Dialog Nasional, pada Kamis  5 Nopember 2015,  di IPB International Convention Center-Botani Square Bogor.

Pengurus GOPAN Periode 2015-2020 yang baru dilantik berfoto bersama Dirjen PKH Muladno.


Pelantikan pengurus GOPAN dilakukan langsung oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Prof Dr Ir Muladno MSA, yang juga sekaligus menjadi narasumber dalam Dialog Nasional. Selain Dirjen Muladno, narasumber dialog yang hadir lainnya adalah Pembina GOPAN, Ir Tri Hardiyanto, yang merupakan Ketua Umum GOPAN periode sebelumnya (kini digantikan oleh Ir. Herry Demawan, Ketua Umum Gopan periode 2015-2020), dan Sekjen Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU), Chandra Gunawan. 
Dialog nasional mengambil tema yang relevan saat ini yaitu ”Membangun Sinergi Masyarakat Perunggasan untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)”. Dialog nasional dilakukan dalam format talkshow interaktif yang dipandu oleh moderator. 
Acara pelantikan dan Dialog Nasional yang dihelat di IPB International Convention Center, Botani Square ini dihadiri tamu undangan dari berbagai pihak, antara lain perusahaan pembibitan, pabrik pakan, dunia kampus, pemerintahan dan kalangan internal GOPAN sendiri. (wan) 

SUSUNAN PENGURUS PERIODE 2015 – 2020
GABUNGAN ORGANISASI PETERNAK AYAM NASIONAL (GOPAN)


DEWAN PEMBINA :
1. Dr. Ir. Anton Aprijantono
2. H. Tri Hardiyanto
3. H. Bagus Setiabudi
4. H. Dudung Durajit
5. H. Sudirman Boer
6. Ir. Ruri Sarasono MBA.
7. H. Ajat Darajat

DEWAN PAKAR
       1.    Prof. Dr. Ir. AliAgus
       2.    Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin

PENGURUS HARIAN :
1. Ketua Umum : H. Herry  Dermawan
2. Ketua Harian : S. Sigit Prabowo
3. Sekretaris Jenderal : H. Sugeng Wahyudi
4. Sekretaris I : Eko Prasetio
5. Sekretaris II : Raditya Harioseno
6. Bendahara Umum : H. Setya Winarno
7. Bendahara I : Jenny Soelishani
8. Bendahara II : Ketut Yahya Kurniadi
9. Ketua Bidang Organisasi dan Antar Lembaga : Taufik Junaedi
10. Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Antar Lembaga : Joko Susilo
11. Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Antar Lembaga : Eko Puspohadi
12. Ketua Bidang Hukum dan Humas : Nano Supriyatno, SH.
13. Wakil Ketua Bidang Hukum dan Humas : Hari Wibowo
14. Wakil Ketua Bidang Hukum dan Humas : Budi Arianto
15. Ketua Bidang Pengolahan dan Pemasaran : H.  Suwandi
16. Wakil Ketua Bidang Pengolahan dan Pemasaran : H. Wismarianto
17. Wakil Ketua Bidang Pengolahan dan Pemasaran : Alvi Zuhri
18. Ketua Bidang Sarana dan Prasarana : H. Kadma Wijaya
19. Wakil Ketua Bidang Sarana dan Prasarana : H. Dudung Rahmat
20. Wakil Ketua Bidang Sarana dan Prasarana : Ibnu Fariz
21. Ketua Bidang IT dan Research &Development : H. Yusuf M.
22. Wakil Ketua Bidang IT dan Research&Development : Aif Sidhik
23. Wakil Ketua Bidang IT dan Research &Development : Kim Kim F. Julianto
24. Ketua Bidang Investasi dan Pengembangan : H. Anas Sujatmiko
25. Wakil Ketua Bidang Investasi dan Pengembangan : H. Wahyu Suhadji
26. Wakil Ketua Bidang Investasi dan Pengembangan : Agus Wahyudi

GAMAVET 90 BERBAKTI, MENGUKIR PRESTASI dan MOTIVASI

“Gamavet 90 Berbakti, Dokter Hewan UGM Memimpin” merupakan tema Reuni Perak, 25 Tahun keluarga besar alumni Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Angkatan 1990, yang tergabung dalam GAMAVET 90. Acara berlangsung di Gedung University Club (UC) UGM dari tanggal 16-17 Oktober 2015 dihadiri oleh sekitar 60 orang alumni yang datang dari beberapa daerah di Indonesia. Acara meliputi seminar motivasi dan tehnical, napak tilas, malam kenangan, dan ziarah ke makam rekan yang sudah meninggal.

Para alumni berfoto bersama didepan Gedung Balairung UGM.

Acara seminar dan diskusi yang merupakan puncak dari rangkaian acara Reuni Gamavet 90 dibuka oleh Dekan Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Dr. drh. Joko Prastowo, M.Si di Auditorium Kampus FKH UGM diikuti sekitar 100 orang mahasiswa FKH. Sebagai nara sumber seminar motivasi dari Gamavet 90 adalah drh. Sintong HMT Hutasoit, M.Si (Kepala Balai Veteriner Medan), drh. H. Susilawati, MMA (Kepala Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Siak, Propinsi Riau) dan drh. Muhammad Zunaydi (Manajer Area Indonesia Timur PT. Ciomas Adi Satwa). Sebagai Moderator, Dr. drh. Widagdo Sri Nugroho, M.P (Dosen FKH UGM dan Ketua PDHI cabang DIY) yang juga sebagai Ketua Panitia Reuni Gamavet 90.
Untuk seminar tehnical dilaksanakan didalam ruang kuliah. Para alumni Gamavet 90 berbagi pengalaman sebagai Dokter Hewan Profesional kepada para mahasiswa. Untuk bidang perunggasan diberikan oleh drh. Antonius Sigit Pambudi (Manajer Tehnik PT. Romindo Primavetcom) dan drh. Drh. Muhammad Zunaydi (Manajer Area Indonesia Timur PT. Ciomas Adi Satwa). Untuk bidang Manajemen Sapi Perah dan Sapi Potong diberikan oleh drh. Ade Hikmat Buana (Praktisi Dokter Hewan Sapi  Perah di Kabupaten Bandung Selatan) dan drh. H. Pratomo (Penggerak Peternakan Rakyat di Cilacap).
Dibidang Satwa Liar diberikan oleh drh. Made Iwan Dewatama (Aktivis lingkungan, mantan aktivis WWF), drh. Amir Ma’ruf (Praktisi bidang Primata, Dinas Kehutanan Samarinda, Kalimantan Timur).  Dibidang Hewan Kesayangan diberikan oleh AKBP. Drh. R. Chaindraprasta Saleh (Dokter Hewan pada Direktorat Satwa POLRI) dan drh. Hariadi Nugroho (Praktisi Hewan Kesayangan).
Usai seminar, seluruh alumni mengikuti acara napak tilas kampus dan berfoto bersama. Pada malam harinya diadakan malam kenangan 25 tahun Gamavet 90. Semua foto seluruh alumni dan peristiwa 25 tahun yang lalu ditayangkan untuk menyegarkan kembali ingatan para peserta. Kegiatan ziarah ke makam salah satu alumni Gamavet 90 merupakan penutup seluruh rangkaian acara reuni. Para alumni kembali ke daerah masing-masing dengan segala kenangan dan motivasi.  BRAVO GAMAVET 90. (Infovet)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer