Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Seminar PT Behn Meyer Bahas Organic Mineral

Peserta seminar melakukan sesi tanya jawab dengan pembicara
Penerapan dalam pemberian nutrisi dalam pakan di lingkup budidaya ikan dapat meningkatkan produksi dan keuntungan yang cukup besar. Terkait dengan itu, PT Behn Meyer pada Rabu, 30 April 2014 mengadakan seminar dengan tema “Mineral Organic-Latest Trend In Aqua Feed” di Hotel Grand Zuri, Serpong. Hadir sebagai pemateri dalam seminar ini diantaranya, Regional Technical Manager Aquaculture Behn Meyer yaitu Dr Wee Kok Leong, Itsara Suannakhan DVM MBA selaku Territory Manager Zinpro, dan Orapint Jintasataporn PhD dari Kasetsart University Bangkok.

Menurut Dr Wee, banyak sekali unsur anorganik yang diakui yang melakukan fungsi penting dalam tubuh. Beberapa mineral yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup besar dan disebut macro/elemen, sementara yang dibutuhkan dalam jumlah lebih kecil disebut sebagai micro/elemen (trace mineral ). Unsur-unsur mikro (trace mineral) mengalami peran besar di bidang nutrisi udang bersama dengan mineral lain untuk kesehatan ikan dan udang.

“Trace mineral memainkan peran utama dalam gizi untuk berbagai fungsi tubuh dan pertumbuhan untuk semi intensif/intensif dalam budidaya perikanan. Fungsinya antara lain untuk kekebalan tubuh atau ketahanan terhadap penyakit, kemudian ikan atau udang terbebas dari stres,” terang Dr Wee.

Sementara Itsara Suannakhan DVM MBA mengemukakan pada dasarnya udang dan ikan serta hewan air lainnya memerlukan mineral seperti seng, mangan, tembaga, besi, selenium  yang berfungsi memperbaiki metabolisme. Seperti untuk merangsang pembentukan enzim, hormon, dan kekebalan tubuh

Orapint Jintasataporn PhD dari Kasetsart University Bangkok mengatakan mineral merupakan komponen penting yang merupakan aktivator banyak enzim, kemudian hormon, dan vitamin. Kelebihan lainnya dari organik mineral adalah mampu diserap maksimum dalam tubuh, sementara inorganik mineral hanya sebagian kecil yang terserap yakni sekitar 19%-20%.

Ir Teddy Candinegara selaku Executive  Sales Directorr PT Behn Meyer Indonesia menyampaikan dengan terselenggaranya seminar ini diharapkan Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dalam pemanfaatan produk organik mineral. Peningkatan produksi bukan satu-satunya cara untuk memenuhi lonjakan permintaan dunia untuk mengangkat sektor perikanan. Dalam budidaya perikanan penting diperhatikan mengenai konversi pakan, kemudian nilai keseragaman yang tinggi, hingga kesehatan ikan misalnya melihat sisiknya yang indah tentu akan memiliki nilai jual tersendiri. (nunung)

Dompet Dhuafa Gagas Revolusi Peternakan Indonesia

Dompet Dhuafa peduli peternakan Indonesia. Kepedulian tersebut diwujudkan dalam bentuk sebuah draff nota kesepahaman berupa penandatanganan MoU atau (memorandum of understanding) yang dilakukan bersama-sama dengan Yayasan Damandiri dan Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) melalui gagasan program berkonsep, Revolusi Peternakan Indonesia (RPI). Dimana RPI ini perdana di publikasi pada Selasa, 15 April 2014. Bertempat di halaman Rumah Sehat (RS) Terpadu Dompet Dhuafa, Parung, Bogor.

Acara yang dimulai pagi pukul 09.00 Wib dibuka dengan pagelaran musik tradisional sunda. Sedang, mengenai latar belakang diluncurkannya program revolusi peternakan ini, Ketua Dewan Pembina Dompet Dhuafa, Parni Hadi menuturkan dalam kata sambutannya, “keprihatinan yang terlihat dimana negeri ini masih saja mengimpor ternak dari luar negeri. Padahal, Indonesia memiliki lahan peternakan luas dengan segala potensi didalamnya untuk bisa swasembada ternak. Disini harus ada jalan perubahan yang ditempuh di sektor peternakan agar jangan sampai Indonesia berada dlam situasi Darurat ternak, yakni dengan dilakukannya revolusi dibidang peternakan” ujar pria yang pernah berkarir dalam bidang Jurnalis ini.

Revolusi peternakan merupakan upaya untuk mencapai kedaulatan pangan dan energy. Termasuk dapat terpenuhinya kebutuhan daging nasonal, tentu saja. Meski mencapainya memang tidak mudah, namun bisa dimulai dengan langkah-langkah kongkrit biar sedikit asal berjangka panjang seperti yang telah dirintis Dompet Dhuafa melalui gerakan Tebar Hewan Kurban (THK), Program Kampung Ternak Nusantara dan sekarang program revolusi peternakan.

Hal ini yang menjadi tujuan dan konsentrasi program Revolusi Ternak, sepeti yang disampaikan Ahmad Juwaini, selaku Presiden Direktur Dompet Dhuafah. Menurutnya, program ini memberi kesempatan kepada peternak lokal khususnya yang mengalami kekurangan modal dan belum terampil beternak, agar nantinya dapat diberdayakan lebih edukatif sehingga ternak yang dihasilkan bisa mempunyai daya saing dengan produk hewan hasil import. Hal ini, otomatis akan menambah pemasukan para peternak kita.

Ditambahkannya, “Dompet Dhuafa juga akan melakukan pendampingan pada peternak selama 3 sampai 4 bulan samapai kemampuannya dibidang peternakan memadai.”

Target yang ingin dicapai Dompet Dhuafa dengan dijalankannya program revolusi peternakan ini adalah peningkatan kebutuhan jumlah ternak lokal sebanyak 1 juta ternak kambing (dalam periode 5 tahun). Caranya dengan makin memperluas lagi jaringan pemberdayaan peternak ke seluruh Nusantara, tidak hanya di pulau jawa sepeti yang sudah dilakukan saat ini dengan 1.000 peternak lebih yang sudah diberdayakan.

Dukungan dan apresiasi penuh pada RPI pun diberikan oleh Ketua Yayasan Damandiri, Prof. Dr. Haryono Suyono. Katanya “Saya percaya, Dompet Dhuafa yang sudah memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun dalam program pemeliharaan ternak, mampu mensukseskan program ini, sehingga nantinya banyak peternak tertolong, bisa menambah penghasilan mereka (peternak) dan peternak Indonesia semakin maju”. Namun beliau, yang juga pernah menjabat sebagai Menko Kesra Kabinet Pembangunan di era Orde Baru ini berharap “bagaimana keluarga miskin dan penyandang disabilitas juga dapat di berdayakan agar turut bisa menjadi peternak, agar mereka punya pekerjaan, keterampilan dan berpenghasilan. Intinya semoga RPI ini dapat memberikan kesejahteraan yang layak bagi semua masyarakat peternak,” tutupnya/ rama

Klinik Nature Vet Gagas Berdirinya Komunitas My Second Chance

shareholder klinik Nature Vet, Ferry Kartolo tengah memotong tumpeng, sebagai tanda lahirnya komunitas My Second Chance
Mengadopsi hewan dibutuhkan pertimbangan tersendiri, karena biasanya ada beberapa isu yang biasanya melekat pada hewan yang akan diadopsi, misalnya masalah kesehatan. Berangkat dari situasi tersebut,  Drh Silfiana Ganda kusuma dari klinik Nature Vet Tebet dan beberapa pencinta anjing menggagas berdirinya komunitas My Second Chance (MSC) pada 2 Maret 2014.

Saat ini ada lebih dari 1000 ekor anjing dan kucing yang berada di sedikitnya tujuh tempat penampungan di Jakarta membutuhkan pengadopsi. Jumlah ini masih belum termasuk dengan anjing dan kucing  yang tinggal bersama keluarga sementaranya (foster), dan anjing liar yang berada di jalanan.

Isu besar yang saat ini dihadapi oleh rata-rata tempat penampungan anjing adalah keterbatasan kapasitas penampungan dan dana. Sementara di sisi lain, belum ada regulasi yang mengontrol populasi anjing dan atau tindakan hukum pada orang-orang yang menelantarkan atau membuang anjing peliharaannya.

Gerakan dari komunitas ini adalah untuk mengkampanyekan pilihan mengadopsi dan penggalangan dana untuk mendukung kegiatan adopsi. Bekerja sama dengan beberapa klinik hewan yang ada di Jakarta, komunitas MSC membiayai penanganan kesehatan untuk hewan-hewan terpilih dari berbagai shelter yang ada di Jakarta, sehingga siap untuk diadopsi. Pada tahap awal, fokus bantuan adalah untuk upaya  sterilisasi dan vaksin.

Acara kampanye dan penggalangan dana pertama yang dilakukan komunitas MSC bersamaan dengan pembukaan cabang ke dua Klinik Nature Vet di kawasan Gading Serpong, Tangerang. Dalam event tersebut, MSC mencoba memberikan edukasi kepada masyarakat, pencinta hewan,  mengenai proses adopsi, dan isu seputar kesehatan mengenai hewan adopsi.

Terkait dengan perawatan anjing senior, Drh Silfiana menekankan pentingnya  pemeriksaan menyeluruh setiap tahun untuk mendeteksi seandainya ada gangguan fungsi organ dalamnya seperti jantung, hati, ginjal, dan organ lain.    

Acara dimeriahkan dengan kegiatan amal dan penggalangan dana dalam bentuk Dog Fashion Show, Eating competition, penjualan cindera mata MSC, serta partisipasi beberapa vendor yang menjual produk perawatan anjing dan aksesoris. Sebagian dari keuntungan penjualan tersebut disumbangkan untuk program sterilisasi hewan yang digagas MSC. Jadi kenapa harus membeli jika pilihan untuk mengadopsi semakin mudah dilakukan saat ini, so let’s adopt don’t buy. (Sumber: Komunitas My Second Chance/nung)

Ekspos Kegiatan dan Anggaran Ditjen PKH

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menyelenggarakan pertemuan eskpose kegiatan  dan anggaran Tahun 2015 untuk Dinas Propinsi yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di seluruh Indonesia, Rabu, 23 April 2014.

Kegiatan yang berlangsung selama dua hari di Tangerang ini dihadiri oleh seluruh kepala dinas propinsi yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan seluruh Indonesia. Hadir dalam pembukaan acara tersebut diantaranya Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan Syukur Iwantoro dan para Direktur dan Sekretaris Direktorat lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Pada sambutannya Syukur menyampaikan, “Tujuan dari ekspose propinsi ini adalah mensinergikan penyusunan perencanaan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan pusat dan daerah termasuk UPT pusat”.

 Ditambahkannya di akhir sambutannya, “Saya menekankan perlunya ada sinergi kegiatan dengan UPT lingkup Ditjen Peternakan dan Keswan karena UPT merupakan kepanjangan tangan dari Ditjen PKH di daerah untuk melaksanakan fungsi-fungsi perbibitan, budidaya, pakan, keswan dan kesehatan masyarakat veteriner dan pascapanen”.

 Pada pertemuan tersebut para kepala dinas memberikan presentasi terkait tahun awal dari rencana strategis (Renstra) 2015 – 2019.
Saat ini telah disusun dan dibahas pokok-pokok rencana strategis 2015 - 2019. Renstra ini selanjutnya akan disosialisasikan dan dibahas bersama dengan para stakeholder termasuk dinas yang membidangi peternakan dan kesehatan hewan tingkat propinsi dalam waktu yang tidak terlalu lama, sehingga penyusunan renstra dibuat paralel dengan penyusunan kegiatan tahun 2015.

 Renstra ini menjadi acuan utama pembangunan peternakan dan kesehatan hewan baik di pusat maupun daerah. Oleh karena itu pada expose kegiatan propinsi untuk tahun 2015 menjadi sangat penting sebagai langkah awal memulai kegiatan perencanaan tahunan. Dalam perencanaan tahun 2015 sebagai langkah awal, diperlukan sinergi penyusunan perencanaan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan sehingga tujuan dapat tercapai/ wan

Aksi Damai Peternak Layer Kabupaten Blitar

Mereka, kelompok peternak layer yang tersebar di berbagai area di Kabupaten Blitar, bergabung pada aksi damai yang diprakarsai oleh Paguyuban Peternak Desa Dadaplangu, Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar.
Sabtu, 26 April 2014, di depan kantor Desa Dadaplangu, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar terlihat kerumunan peternak petelur. Gunung Pegat yang merupakan icon dari Desa Dadaplangu tersebut hening menatap keramaian peternak di hadapannya. Sore itu sekitar pukul 16.00 terlihat sekelompok besar orang berkerumun di perempatan jalan mempersiapkan sebuah aksi untuk menyampaikan keluh kesah kepada publik dan pemerintah.

Harga telur yang rendah bahkan mencapai harga di bawah BEP selama beberapa bulan terakhir, atau lebih tepatnya 10 bulan terakhir setidaknya demikian menurut Sukarman selaku ketua panitia aksi damai yang juga merupakan peternak ayam petelur Desa Dadaplangu, menjadi latar belakang digelarnya aksi damai tersebut.
Mewakili kelompok peternak rakyat, Sukarman mengutarakan, bahwa mengingat Blitar merupakan basis dari peternakan rakyat, maka alangkah bijaknya apabila pemerintah daerah selalu mengambil kebijakan yang berpihak pada peternak rakyat dan bukan investor asing.

“Kami mendengar ada desas desus yang mengatakan akan masuknya investor asing di area Jatim untuk beternak ayam petelur yang memerlukan area hingga 500 hektar,” ungkapnya.

“Di luar terbukti atau belumnya isu tersebut kami di sini hanya mengantisipasi, bilamana hal itu benar adanya, maka kami sungguh berharap pemerintah berani berkata tidak! Dan, membuat kebijakan yang berpihak kepada kami. Sudah terlalu banyak kerugian yang harus kami tanggung, banyak kandang-kandang kosong karena pemiliknya tidak sanggup lagi membiayai operasional kandang. Sementara beternak ayam petelur adalah mata pencaharian utama kami,” paparnya kembali dengan berapi-api.

Tidak hanya itu saja, ternyata ada keluhan lain, kebijakan mengenai breeding agar tidak terlalu tinggi mematok harga jual DOC, serta tidak serta merta menjual telur breeding ke pasaran karena DOC tidak terserap oleh pasar. Hal ini menjadi penting, karena melubernya telur breeding ke pasaran juga merupakan salah satu faktor penyebab harga jual telur di bawah standar.

Selanjutnya isu paling panas yang diangkat pada sore hari itu adalah, beredarnya informasi bahwa per 1 Mei akan ada kenaikan harga pakan hingga 300 rupiah per kg yang artinya pakan konsentrat naik 15 ribu rupiah per zak. Kenaikan harga pakan ini akan semakin mencekik kami, sementara penanganan wabah Avian Influenza juga tak kunjung selesai, jadi pada intinya bantu kami dengan kebijakan yang menguntungkan anak bangsa, angkat harga telur, tolak investor asing, tata ulang regulasi tentang keluarnya telur breeding ke pasaran, dan tangani wabah AI dengan baik bila mana perlu, adakan program vaksin AI gratis untuk peternak, demikian seperti diutarakan Sukarman mengakhiri pembicaraan. (Mas Djoko R/Bali)

Kompak dan Bersatulah Peternak Layer!

Munas (Musyawarah Nasional) I Pinsar Layer Nasional (13-14/3) di FaPet UGM Jogjakarta telah melahirkan satu organisasi yang dicita-citakan lebih sempurna untuk menyatukan langkah peternak layer yang selama ini dikenal susah disatukan.

Perkenalan Ketua Pinsar Petelur Nasional
Berangkat dari kegelisahan peternak layer karena terus merosotnya harga telur nasional dibawah harga pokok produksi (HPP) sejak triwulan pertama tahun 2014 dan terus berlanjut hingga saat ini.

Munas (Musyawarah Nasional) I Pinsar Layer Nasional pada (13-14/3) di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Jogjakarta telah melahirkan satu organisasi yang dicita-citakan lebih sempurna dan diharapkan mampu menyatukan gerak langkah peternak layer yang selama ini dikenal susah disatukan.

“Diharapkan organisasi ini dapat menjadi wadah yang lebih responsif yang didasari atas rasa saling terbuka, membangun rasa saling percaya, dan taat kepada rekomendasi hasil koordinasi antar sesama peternak baik ditingkat daerah hingga ke tingkat nasional. Untuk itu kami mohon dukungan seluruh peternak layer di Indonesia,” demikian disampaikan Yudianto Yogiarso didampingi 4 peternak seraya memperkenalkan organisasi Pinsar Layer Nasional disela pelaksanaan seminar teknis yang diselenggarakan PT Ceva Animal Health pada Rabu, 23 April 2014 di Jakarta.

Munas pembentukan Pinsar Layer Nasional ini dihadiri oleh 62 perwakilan peternak layer se-Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Munas ini menyepakati organisasi ini sebagai organisasi yang berdiri sendiri. Terpilih 5 peternak sebagai ketua (presidium) : Man Budhi (Magelang), Feri (Sukabumi), Suyadi (Blitar), Yudianto Yogiarso (Jogjakarta) dan Roby (Cianjur).

Pada kesempatan berbeda, selaku sesepuh peternak petelur nasional Paul Iskandar berharap keguyuban dan ketaatan yang dibangun dalam wadah organisasi terus dijaga, menyentuh semua lapisan peternak layer. “Jangan lagi meneruskan kebiasaan buruk, peternak baru mau berkumpul kalau harga sedang jelek,” harapnya.

Perlunya cermat dan kompak 
Kiranya semua masyarakat perunggasan sudah mafhum kalau pembentukan keseimbangan harga yang baru sedang dalam proses. Adapun penguatan harga telur dan juga broiler yang seolah terhambat. Penyebabnya bisa jadi kompleks, namun salah satunya – yang banyak diyakini oleh pelaku broiler maupun layer adalah terlalu. Lebarnya selisih harga dalam satu pulau atau wilayah yang berdekatan.

Nah, apabila ini yang dijadikan titik tolaknya, maka ke depannya nampaknya peternak harus mulai menganyam jaringan informasi yang solid sekaligus merenda kekompakan dalam memasarkan hasil unggasnya tersebut.

Ini memang tidak mudah dilakukan, tapi di era informasi yang sudah sedemikian terbuka seperti saat ini, informasi harga komoditi unggas itu sudah diupayakan oleh berbagai pihak – salah satunya oleh Pinsar Layer Nasional. Tinggal bagaimana semua pihak memanfaatkan informasi itu dengan bijak untuk kemaslahatan perunggasan di Indonesia. Hanya ada satu langkah yang harus di tempuh, yaitu “kompak”. Itu artinya, koordinasi berbagai wilayah harus dijalankan dengan lebih terorganisasi lagi, sehingga sistem pemasaran unggas yang stabil kelak bukanlah mimpi.

Bahkan seorang peternak layer yang enggan disebut namanya mengatakan bahwa memang situasi seperti sekarang, menempatkan posisi tawar peternak di level yang paling bawah. Padahal tidaklah seharusnya kita seperti itu. Memang harus diakui bahwa peternakan di Indonesia didominasi oleh segelintir perusahaan besar yang notabene juga mengontrol segala hal yang berkaitan dengan dunia peternakan. Hingga pertanyaan muncul, Apakah memang kita sebagai peternak kecil akan selalu begini tanpa bisa berbuat apa-apa?/Wan

Jawaban selengkapnya, simak di Infovet edisi Mei 2014.

Ir Suryo Suryanta: Syukur dan Yakin

”Saya tidak memandang segala sesuatu yang ada di hadapan mata sebagai suka dan duka, semua perjalanan ini disyukuri dan dijalani dengan didasari keyakinan.” Demikian prinsip hidup 
Ir. Suryo Suryanta, Sales Manager PT. Hobbard & Novogen.

Awal perjalanan Suryo di ranah perunggasan dimulai dengan bekerja di CPJF, sebuah farm yang terletak di kawasan Curug, Tangerang. Suryo menceritakan tepatnya pada 15 Mei 1995, ia dipercaya menjadi supervisor produksi, yang kesehariannya berada di kandang.

”Saya belajar dari kandang, belajar menjadi anak kandang serta bagaimana mengurus ayam. Karena saya meyakini dasar bisnis ayam ada di kandang,” ungkapnya. “Saya mempelajari kendala maupun permasalahan yang muncul di dalam kandang. Kunci keberhasilannya adalah pada tahap memelihara ayam,” sambungnya.
Jodoh beserta garis nasib kita siapa yang tahu. Rupanya, ditengah menjalani masa sebagai pegawai baru, Suryo dengan berani mengambil langkah untuk mengakhiri masa lajang dan memboyong sang istri untuk menetap tinggal di Curug.

Kemantapan Suryo untuk membina keluarga tadi, semakin mendorongnya untuk berani menghadapi perubahan keadaan. “Saya memperoleh dukungan mental untuk berpindah tempat kerja, hingga saat ini sudah yang ke 6 perusahaan saya berlabuh,” tutur suami dari Drh Ani Juwita Handayani itu.
Bagi Suryo, semua yang kita hadapi direfleksikan sebagai tantangan yang harus ditaklukkan, sehingga menjadi motivasi untuk melangkah. Ujar Suryo, dengan dorongan keluarga perjalanan lebih ringan dan dikaruniai kemudahan-kemudahan untuk mencapainya.

Jadilah Pemenang
Pengalamannya bekerja di CPJF, kemudian berpindah ke SHS, lalu BUPS, Tiga Dara, hingga ISA Indonesia, Suryo beropini bahwa bisnis perunggasan di Indonesia sangat baik dan peluangnya sangat besar. Ia melihat dari sisi jumlah penduduk sebagai pasar, serta kemajuan ekonomi Tanah Air yang akan membuat kita layak membusungkan dada di kancah dunia.

Menurutnya, bangsa Indonesia lebih baik dibanding Malaysia maupun Thailand. “Mereka di sana sudah stagnan, atau seperti mati suri karena tidak ada semangat untuk maju. Semua tidak bisa ekspansi, sementara biaya produksi semakin naik,” urai Suryo. “Namun harus menjadi dasar kita untuk berhati-hati setelah nanti memasuki Pasar Tunggal Asean, jadilah kita sebagai pemenang dan jangan jadikan kita bagian pasar dari negara lain,” tandasnya.

Lanjut Suryo, perlunya penggarapan di struktur produksi Tanah Air yang masih belum efisien, karena mayoritas pelaku produksi ada di farm level 3 dan 4. Mereka yang memiliki populasi ribuan sampai puluhan ribu saja, dapat terjadi ketidakefisienan disana-sini. Strategi berikutnya adalah dipikirkan bagaimana pada level mereka tersebut, menjadi usaha kompetitif dan efisien.

“Sudah saatnya mengubah jiwa peternak ke jiwa bisnis. Maksud saya menuju bisnis yang efisien, dengan memaksimalkan performance serta memiliki daya saing pasar yang kuat,” saran Suryo untuk para pelaku bisnis perunggasan di Indonesia. Ia menambahkan, sangat penting menjadkan karyawan kadang sebagai aset, sehingga mereka mendapatkan kemajuan seiring dengan kemajuan perusahaan/farm.

Sukses Adalah Sekarang
Kesuksesan adalah sesuatu yang abstrak bukan berwujud fisik, sehingga relatif dan hak setiap orang untuk sukses serta dapat mencapainya setiap saat. Makna sukses bagi Suryo adalah sukses bukanlah nanti, tetapi sukses adalah sekarang. Prinsip Suryo dalam berkarya ia ibaratkan seperti air mengalir. “Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi, sehingga kita harus mempunyai bobot. Disitulah kita selalu belajar dan belajar. Karena untuk belajar, semua menjadi ingin terus berkarya,” terang ayah 2 putra dan 1 putri ini.

Kepada Infovet, Suryo menyampaikan obsesinya menjadi pribadi yang bermanfaat bagi keluarga dan banyak orang pada umumnya. Suryo sangat senang bisa berbagi atau sharing ilmu dan pengalaman./nung.

Dan simak lengkap pengalaman inspiratifnya di Infovet edisi Mei 2014.

UPT Puskeswan Bantul Juara Nasional Mengintegrasikan Pelayanan dan Profesionalitas

Sebuah kebiasaan, meskipun itu tidak benar dan kurang sesuai dengan tuntutan zaman, maka jika itu dibiarkan seolah akan menjadi sebuah pedoman bahkan bisa menjadi “aturan baku” di dalam sebuah institusi pemerintah. Oleh karena, jika tak ada upaya yang bersifat progresif revolusioner, maka akan sangat sulit untuk menghasilkan kebiasaan yang lebih baik dan benar sesuai aturan serta mengikuti irama kemajuan.
Begitu juga bila selama ini ada berbagai upaya dari pemerintah melalui kebijakan renumerasi jabatan dan juga kompetensi keilmuwan, hal itu tiada lain untuk lebih mengarahkan para abdi negara itu kepada kewajiban utamanya sebagai aparatur penyelenggara negara untuk benar-benar memberikan layanan yang prima kepada masyarakat.

Begitu juga halnya dengan Unit Pelaksana Tehnis (UPT) Puskeswan Bantul Yogyakarta, yang belum lama ini (akhir tahun 2013) menyandang predikat sebagai Unit Kerja Pelayanan Publik (UKPP) Berprestasi Utama Tingkat Nasional. Penilaian yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia untuk pertama pertama kali ini, memang bermaksud untuk memberikan sebuah penghargaan sekaligus sebagai pemacu institusi pemerintah dalam lingkup sektor pertanian agar terus meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat pada umumnya dan khususnya kepada para petani/peternak.

Penghargaan dan apresiasi itu tentunya bukan menjadi “piagam kebanggaan” semata bagi para pejabat yang memangkunya, namun justru merupakan cambukan yang harus dimaknai sebagai aktifitas yang sudah selayaknya dilakukan sebagai sebuah unit penyelenggara negara dalam bidang peternakan dan kesehatan hewan.

Hal itu juga yang diungkapkan oleh Drh Sri Ida S, MMA berkaitan dengan prestasi dan penghargaan yang diterima lembaga yang dipimpinnya. UPT Puskeswan Bantul yang merupakan bagian dari Pemerintah Kabupaten Bantul yang dalam hal ini Dinas Pertanian dan Kehutanan, memiliki 10 buah Puskeswan, Laboratorium. Adapun sumber daya manusianya meliputi tenaga teknis Dokter Hewan sebanyak 16 orang, yang mana hanya 6 orang yang berstatus PNS, Sarjana Peternakan 2 orang, Sarjana Pertanian 1 orang dan paramedis 3 orang serta 4 orang lulusan SMU dalam bidang adminsitrasi.

Ida mampu mengubah kebiasaan dan ritme kerja yang selama ini banyak bersifat pasif, dan menunggu menjadi proaktif jemput bola dan berbasis kinerja dan berorientasi pelayanan total kepada masyarakat.

Menurut Ida, demikian panggilan akrabnya, bahwa sebenarnya jika melihat dari sumber daya alam serta potensi ternak yang ada, saat ini Kabupaten Bantul sudah sangat kekurangan tenaga teknis Dokter Hewan.

Kondisi yang memprihatinkan seperti itu, tentu saja akan membuat para peternak di Bantul kurang mendapatkan pelayanan yang optimal. Namun menjadi sangat beruntung oleh karena di Kabupaten bantul saat ini Dokter Hewan yang berpraktek secara mandiri alias praktek partikelir dan bukan berstatus PNS, relatif banyak. Jika dibandingkan dengan luas wilayah Kabupaten ini, maka mungkin kabupaten Bantul termasuk yang paling banyak Dokter Hewan berpraktek mandiri. Di satu sisi memperlihatkan bahwa begitu besarnya potensi ternak yang ada, namun juga di sisi yang lain menggambarkan bahwa sebuah ironi jika potensi ternak yang ada di kabupaten ini belum mampu dieksploitasi dan didayagunakan oleh pemerintah daerah itu.

Menurut Ida, aset ternak di kabupaten ini sangatlah besar. Tentu saja keberadaan ternak itu telah memberikan efek positif yang sangat banyak (multiplier effect) terutama dalam menopang kesejahteraan rakyatnya. Sangat berbeda dengan ternak ayam negeri (layer dan broiler) ataupun feedloter (perusahaan penggemukan sapi, kambing) yang umumnya butuh modal kuat namun hanya mampu menyerap sedikit tenaga kerja, sedangkan eksistensi ternak di kabupaten Bantul umumnya dimiliki oleh peternak skala gurem. Meskipun demikian justru ternak di Bantul sudah mampu menjadi katup pengaman penggangguran dan bahkan sampai ke aspek lingkungan hidup./ (Iyo)

CEGAT SINDROM KERDIL DENGAN LANGKAH TEPAT

Contoh kasus: Ayam usia panen berat hanya 300-400 gr

























Akhir-akhir ini, kasus kekerdilan muncul lagi pada beberapa peternakan ayam pedaging komersial dan pada Broiler breeding farm. Adanya kasus semacam ini menimbulkan kerugian peternak, karena jumlah ayam kerdil bisa mencapai 10-50 persen dari populasi. Kekerdilan atau Sindrom Kekerdilan pada ayam sangat merugikan. Karena, ayam yang kerdil akan sulit dijual, konversi pakan yang tinggi dan dapat mengakibatkan kematian, walaupun tingkat kematiannya tidak terlalu tinggi.

Bila kita melakukan kunjungan lapangan ke peternak-peternak ayam pedaging (broiler), masih kerap kita dengar adanya keluhan mengenai ketidakseragaman ayam yang dipeliharanya. Menurut penuturan mereka, pada saat DOC tiba kondisinya terlihat seragam, tetapi setelah ayam mulai menginjak usia di atas 14 hari, baru terlihat adanya ayam yang terlambat pertumbuhannya.

Pertumbuhan yang tidak seragam pada ayam broiler memang banyak penyebabnya seperti :

·         DOC berasal dari Bibit Muda atau Bibit Tua Sekali

·         Multi strain dalam satu flock/kandang

·         Kurang tempat pakan dan tempat minum

·         Kepadatan ayam di kandang yang terlalu tinggi

·         Penyakit infectious seperti Coccidiosis dan Sindroma Kekerdilan pada Broiler (Runting and Stunting Syndrome/RSS)

Pada umumnya para peternak berpendapat bahwa beberapa penyebab yang menyebabkan ayamnya tidak seragam seperti karena DOC, multistrain dalam satu kandang, kurang peralatan makan dan minum, kepadatan ayam dalam kandang dan penyakit coccidiosis, mereka sudah dapat mengatasinya di lapangan. Tetapi untuk sindroma kekerdilan atau Runting and Stunting Syndrome, para peternak masih meraba-raba penyebabnya, karena kejadian di lapangan kadang ada dan kadang tidak ada/hilang dengan sendirinya.

Sindroma Kekerdilan pada Broiler mempunyai berbagai nama lain seperti : Malabsorption Syndrome; Runting Syndrome; Reovirus Malabsorption; Pale Bird Syndrome; Helicopter Disease; Brittle bone Disease

Apa itu sindroma kekerdilan pada broiler? dan apa saja penyebabnya? Sindroma kekerdilan didefinisikan sebagai : Sekelompok ayam (umumnya terjadi 5-40% populasi ) yang mengalami laju pertumbuhan yang kurang pada kisaran usia 4-14 hari. Dimana setelah pada awalnya pertumbuhan tertekan, kemudian kembali normal, tetapi tetap lebih kecil dari yang normal.

Bila kondisi di atas dialami peternak broiler maka beberapa kerugian sudah nampak di depan mata seperti:

-          tingginya ayam yang harus di culling

-          tingginya FCR

-          rataan berat badan di bawah standar

-          berat badan yang sangat bervariasi

Kondisi ini akan menjadi masalah bila ada kontrak dengan “slaughter house” / rumah potong ayam dan masalah dengan penjualan karena banyaknya ayam kecil. Menurut beberapa ahli penyakit ayam kekerdilan/RSS sindroma kekerdilan ini merupakan sindroma penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kekerdilan, diantaranya :

1.     Genetik, yaitu kekerdilan yang disebabkan oleh infeksi virus Reo virus, Picorna virus, Calici virus, Adeno virus, Parvo virus, Rota virus, Toga virus, Corona virus dan Enterolike virus yang dapat menular secara vertikal, sehingga jika induk ayam pernah terkena penyakit kekerdilan kemungkinan anaknya dapat tertular

2. Serangan penyakit, yaitu selain penyakit pada point 1, penyakit viral (ND, Gumboro dan Mareks), penyakit bakterial (korisa, CRD) dan penyakit parasit (koksidiosis) juga dapat memicu kekerdilan pada ayam

3.  Kesalahan tata laksana pemeliharaan, seperti kepadatan kandang yang berlebih, brooding yang kurang tepat maupun kualitas dan distribusi ransum yang kurang baik

Selain hal diatas ada beberapa penyakit juga dapat memicu timbulnya sindroma kekerdilan /(Wawan)

*Selanjutnya simak di Majalah Infovet edisi cetak Mei 2014

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer