Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

VAKSINASI KOLERA JARANG DILAKUKAN?

Guna melacak jejak Kolera unggas atau Fowl Cholera, Infovet Jawa Timur menembus pegunungan Malang Barat melalui jalan panjang yang berliku-liku, lewat berbagai peternakan hingga di kota Malang bertemu dengan Drh Setyono Al Yoyok Direktur Poultry Shop Pakarvet di Kabupaten Malang. Apa statement yang didapatkan dalam wawancara di poultry shop berlanjut di rumah dokter hewan yang juga membuka praktek dokter hewan ini?

”Di lapangan tidak begitu menjadi masalah. Selama pegang program pullet jarang terjadi,” kata Drh Setyono Al Yoyok sang direktur Pakarvet Malang. Intinya, tindakan yang dibutuhkan, katanya, ”Persiapan kandang, brooding atau pemanas pengindukan buatan, biosecurity.”

Vaksinasi bakterial tidak terlalu diperhatikan dan jarang dipakai dalam penanganan Kolera Unggas dan umumnya penyakit bakterial. Berbeda dengan vaksinasi bakterial untuk penyakit Coryza. Ya, Coryza saja yang diperhatikan. Sedangkan vaksinasi parasit Koksidiosis, jarang divaksin walau ada vaksin Koksi. Demikian menurut Drh Setyono Al Yoyok.

Berdasar pemantauan lapangan oleh sumber Sentral Ternak, vaksin yang banyak beredar di lapangan dan banyak digunakan pada ayam umumnya untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh virus. ”Karena virus tahan terhadap obat antibiotika,” kata sumber Sentral Ternak. Vaksin tersebut antara lain vaksin AI, Gumboro, ND, Cacar, IB dan Mareks.

Namun perhatikan statement ini, ”Ada juga beberapa vaksin untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh bakteri seperti vaksin Kolera dan Coryza.” Ya, memang vaksin bakterial ini ada, cuma penggunaannya yang menurut Drh Yoyok jarang.

Bagaimana sesungguhnya ihwal vaksin Kolera Unggas, Infovet mendapatkan data dari Balai Besar Penelitian Penyakit Veteriner Bogor yang telah memproduksi vaksin ini. Sumber Bbalitvet mengungkap telah diproduksi vaksin bivalen isolat lokal untuk pengendalian penyakit kolera unggas Vaksin Kolera Unggas.

Vaksin tersebut adalah vaksin bivalen inaktif yang dikembangkan dari isolat lokal  Kolera Unggas sendiri adalah penyakit bakterial yang menyerang ayam dan itik, disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida. Komposisi vaksin dibuat dalam bentuk inaktif yang terdiri dari dua isolat (bivalen).
 
Drh Rondius Solfaine MP Staf pengajar bagian patologi anatomi FKH Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dalam artikel untuk FKH Blog berpendapat tentang vaksinasi Kolera ini, ”Apabila memungkinkan, vaksin dapat digunakan untuk pencegahan infeksi penyakit Kolera unggas.” Menurutnya beberapa jenis vaksin dapat digunakan baik vaksin aktif (kuman Pasteurella dilemahkan) dan vaksin inaktif (kuman Pasteurella dimatikan).
 
”Keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam hal cara pemakaian, daya proteksi dan titer antibodi yang dihasilkan. Hal tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi peternakan yang bersangkutan,” kata Drh Rondius. Bagaimana kenyataan lapangan?
 
Dari banyak program vaksinasi peternakan, memang tidak didapatkan adanya program vaksinasi Kolera ini. Ambillah salah satu contoh jadual vaksinasi pada ayam petelur suatu peternakan. Pada saat ayam umur 2-3 minggu divaksin IB dan ND. Umur 6 minggu divaksinasi IB dan ND lagi. Umur 10 minggu ILT dan Cacar Ayam. Umur 6-16 minggu divaksin AE (Avian Encephalomyelitis). Mana yang untuk Kolera? Tidak tercantum.
 
Majalah Kesayangan Anda Infovet pernah memberitakan bahwa Kolera unggas telah lama ada di Indonesia dengan kejadian pertama dilaporkan Bubberman pada 1912. Pernah ada letupan di Bogor-Jawa Barat, pada ayam petelur dan itik. Dan, ada anjuran, diperlukan vaksinasi apabila ditemukan dengan jelas penyakit Koleranya. Tentang hal ini mesti dikonsultasikan dengan dokter hewan anda untuk meneguhkan diagnosa. Waktu vaksinasi yang dianjurkan adalah pada saat ayam umur 6–8 minggu dan diulang umur 8–10 minggu.
(Yonathan/Infovet Nov 12)

KOLERA, ANTISIPASI SAMPAI AKHIR

Antisipasi peternak sudah tergolong bagus? Bila ayam sudah mengalami kembung, berarti sudah banyak bakteri yang berkembang di dalam tubuh ayam.
Menurut Drh Dyah Mei Anggraini dari PT Tekad Mandiri Citra wilayah kerja Jawa Timur kebanyakan penyakit Kolera jarang ditemukan. Meski, akhirnya ia mengakui kepada Infovet, pernah menjumpai penyakit yang gejalanya antara Kolera dan AI di daerah Pakis Malang. Begitupun secara umum diakui penyakit Kolera jarang ditemukan.

Satu kunci penting untuk terciptanya kondisi sebagus itu menurut Drh Dyah adalah, dilihat kesehatan waktu ayam kecil atau umur muda (umur 3 hari sampai 1 minggu). Hal ini dilambari antisipasi peternak menurutnya sudah tergolong bagus, “Dengan penyemprotan kandang,” katanya, “Ayam mau masuk, kandang disemprot lagi dengan antiseptik atau desinfektan.”

Seorang peternak yang mengaku telah puluhan tahun bergelut dengan ayam mengatakan, “Pelihara ayam dari starter sampai dengan grower jangan di kandang tanah. Karena alas kandang seperti sekam bila basah atau lembab dapat menjadi media penularan yang baik bagi berbagai macam penyakit.”

Tegasnya, serangan Kolera dapat dihindari bila pemeliharaan ayam diatur dengan baik. “Litter harus sering dibolak-balik agar tidak menggumpal,” kata seorang peternak menerangkan kiatnya dalam mencegah timbulnya penyakit ini di kandang.

Adapun untuk peternak yang tidak mau repot melakukan pekerjaan membolak-balik sekam pada lantai pertama kandang, ia lebih memilih kandangnya kandang panggung, bahkan ada yang mendirikan kandang di atas kolam. Dalam kandang kolam ini, kotoran ayam pun langsung jatuh jadi santapan ikan yang dipelihara dalam kolam.

Selain itu juga menjaga kebersihan tempat pakan dan minum dengan seri dicuci dan dibilas dengan desinfektan.

Kemudian kalau toh kasus Kolera terjadi juga, dengan angka kejadian Kolera pada 5-10 ekor dari 3000 ekor ayam, menurut kesaksian Drh Dyah, cirinya langsung mati secara mendadak. Berdasar pengalamannya pula, diagnosa serangan Kolera Unggas ini pada pemeriksaan bedah bangkai dengan mengamati perubahan yang terjadi pada organ-organ tubuh adalah paru-baru membengkak dan mengalami nekrosis.

“Biasanya serangan Kolera terjadi pada ayam usia 27-30 hari pada broiler atau lebih dari 30 hari pada ayam jantan,” ujar seorang praktisi. Masa inkubasi penyakit Kolera sendiri berlangsung selama 3-9 hari. Seorang praktisi yang banyak mengamati kasus kolera pada ayam petelur di Blitar mengatakan, “Serangan kolera terjadi pada umur lebih dari 4 bulan. Kadang-kadang ayam mati tanpa gejala klinis yang jelas, biasanya pada malam hari.” 

Diagnosa banding Kolera berak ayam berwarna hijau keruh, tidak seperti ND yang hijau muda. Beda lagi dengan serangan NE (Necrotic Enteritis) yang beraknya berwarna merah. 

Untuk mengetahui ayam terserang Kolera, tanda-tandanya adalah ayam berak hijau yang tampak pada warna kotorannya yang mengotori air, pakan dan lain-lain, keluar cairan dari mulut dan tubuh ayam, nafsu makan ayam turun yang dapat dilihat juga, pial bengkak berwarna biru. Pada saat bangkai ayam dibedah, tampak hatinya membesar, perdarahan pada hati, lambung (proventrikulus).

Dengan memperhatikan tanda-itu disertai dengan penurunan produksi, adanya telur yang pecah di dalam perut ayam serta hati yang terlihat seperti belang-belang, dicurigai telah terjadi kasus  Kolera. 

Kematian akibat serangan Kolera kelihatan dengan memastikan melalui pembedahan bangkai. Sebaliknya, adalah penting untuk memastikan ayam sudah sembuh dari penyakit Kolera yang dideritanya setelah tahap-tahap pengobatan yang tepat.

Bila menghadapi kasus Kolera ayam di lapangan yang lebih sering muncul karena permasalahan air, di mana pada musim penghujan, sekam kandang acapkali basah, treatment sekam harus diperhatikan. Bila ayam sudah mengalami kembung, berarti sudah banyak bakteri yang berkembang di dalam tubuh ayam. Dianjurkan peternak memberikan antibiotik pada ayam, pada kasus pencernaan ayam yang jelek ini.
(Yonathan/Infovet Nov 2012)

SIDIK JADI KEMENANGAN


Bambang Suharno

“Setiap orang adalah unik. Setiap orang punya cara tersendiri untuk meraih kemenangan dengan lebih cepat. Cara tersebut mungkin hanya berlaku pada dirinya dan tidak berlaku bagi orang lain. Ya, unik seperti sidik jari. Sebut saja Sidik Jari Kemenangan.”

Kalimat di atas saya kutip dari buku 7 keajaiban Rezeki karya Ippho Santosa. Sidik Jari Kemenangan adalah istilah khas dari Ippho untuk menggambarkan bahwa setiap orang sejatinya memiliki cara sendiri untuk meraih kemenangan. Kita boleh belajar tentang bermacam strategi dan taktik, tapi dalam merealisasikannya bisa berbeda-beda hasilnya. Misalkan anda berada dalam satu kelas training marketing yang diajar oleh suhu marketing Hermawan Kertajaya. Jika dalam satu kelas mempraktekkan ilmu Hermawan sama persis, hasilnya tidaklah akan sama. Anda berguru kepada seorang pengusaha yang mencetak laba miliaran rupiah tiap hari dan langsung mempraktekkannya, apakah hasilnya sama? Tidak juga. Ingat, ada sidik jari kemenangan. Kita perlu melihat pada diri kita, berdasar pengalaman-pengalaman lampau, berdasarkan minat dan bakat kita sehingga dapat menulis kalimat demi kalimat mengenai kehebatan kita untuk meraih kemenangan. Dengan cara ini, anda akan tahu bahwa cara sukses anda berbeda dengan orang lain.

Menurut Ippho, apapun bentuk sidik jari kemenangan anda, dibutuhkan beberapa pendukung untuk dapat meraih keajaiban rezeki. Saya tidak dapat merangkum semua isi buku itu dalam satu halaman artikel ini. Saya akan menyampaikan poin menarik yang sepengetahuan saya belum disampaikan oleh pengarang lainnya.

Yaitu tentang sepasang bidadari. Ippho menyebutkan, ada sepasang bidadari yang akan membantu anda meraih keajaiban dalam hidup. Siapakah dia?

Dikisahkan seorang sahabat ingin membeli satu unit rumah di sebuah kompleks perumahan. “Saya ingin membeli rumah ini untuk investasi, tapi saya juga ingin membiayai ibu saya menjalankan ibadah umrah. Saya jadi bingung ngatur duitnya” kata calon pembeli.

Sang penjual mengatakan, “kalau begitu tunda dulu beli rumahnya, kapan lagi dapat membahagiakan sang ibu kalau bukan sekarang?” (Penjual ini agak aneh, ada pembeli potensial kok malah menyuruh menunda beli rumah hehe).

Singkat cerita pembeli tersebut akhirnya memutuskan akan tetap membiayai umrah sang ibunda tercinta dan tetap berniat membeli rumah. Rupanya si penjual sangat beruntung, menyuruh calon pembeli mendahulukan yang lain malah tetap dapat pembeli.

Kemudian apa yang terjadi? Tidak disangka-sangka, pembeli tadi malah memenangkan salah satu doorprize yang memang disediakan dan diundi untuk setiap pembeli. Anda mau tahu doorprizenya? Satu unit sepeda motor senilai biaya umrah. Luar biasa, yang awalnya mau dapat satu malah dapat semuanya. Begitulah, berbakti pada orang tua tidak akan berakhir dengan sia-sia.

Itu adalah bidadari pertama, yaitu ibu. Pesan utama dari cerita ini, kalau anda serius ingin meraih kemenangan, berbaktilah pada orang tua. Iphho menegaskan, berbakti pada orang tua akan menguak langit dan memanggil rejeki. Doa orang tua membuat rezeki betul-betul tercurah. (Dan hati-hati karena yang sebaliknya juga berlaku, cerita Malin Kundang adalah contohnya). Begitu doa orang tua selaras dengan doa kita, maka energi doa akan berlipat ganda. Orang tua adalah bidadari pertama.

Siapakah bidadari kedua? Tidak lain adalah pasangan kita. Percaya atau tidak, adanya pasangan akan membuat rejeki bertambah. Banyak kaum muda menunda pernikahan karena alasan belum siap secara ekonomi. Mereka mensyaratkan punya rumah sebelum menikah. Setelah punya rumah, ingin punya perangkat rumah sebelum menikah, selanjutnya ingin kendaraan dan seterusnya.

Untuk anda yang belum punya pasangan dan mempertimbangkan kesiapan ekonomi, disarankan untuk segera menikah dalam keadaan ekonomi sulitpun, karena dengan menikah akan terbuka pintu rezeki. Lihat buktinya di kanan kiri anda. Betapa banyak orang yang menunda pernikakan akhirnya malah tidak dapat mengumpulkan uang, sebaliknya yang berani menikah dalam keterbatasan, secara bertahap mereka dapat “memanggil rejeki”. Ini terjadi karena adanya keselarasan impian di dalam pasangan tersebut. keselarasan impian akan diikuti dengan keselarasan doa.

Jika anda sudah punya impian kemenangan, sampaikankah pada sepasang bidadari agar menyelaraskan doa mereka dengan doa anda. Kekuatan doa akan mengalirkan energi kebaikan dan kesuksesan.

Kembali ke sidik jari kemenangan, Ippho Santosa dalam bukunya memberikan halaman kosong yang harus diisi oleh pembaca mengenai sidik jari kemenangan. Setahu saya memang belum ada teknologi yang dapat memotret sidik jari kemenangan setiap individu. Untuk anda yang ingin meraih kemenangan, mulailah menulis keunikan anda, keunggulan anda dan bagaimana cara anda meraih kemenangan yang mungkin berbeda dengan orang-orang di sekitar anda. Selanjutnya sampaikan kepada sepasang bidadari agar keduanya mendukung dan mendoakannya.

Selamat meraih kemenangan. 

Ultah PT Gallus ke-10 : Terus Tingkatkan Kinerja Divisi

Dalam rangka memperingati hari ulang tahun PT Gallus Indonesia Utama yang ke-10, diadakan syukuran pada tanggal 10 September 2012, sekaligus halal bihalal. Acara syukuran digelar dengan sederhana, dihadiri Ketua Umum ASOHI, Sekjen ASOHI Drh Irawati Fari, serta tamu undangan dari PT Paeco Agung. Seluruh karyawan PT Gallus dan para tamu berkumpul dalam suasana keakraban dan kehangatan.

PT Gallus resmi menjadi badan hukum pada 30 November 2001. Pengesahan oleh Departemen Kehakiman dan HAM tanggal 9 September 2002. Saat ini PT Gallus mempunyai divisi-divisi seperti Majalah Infovet, divisi penerbitan GITA Pustaka, GITA Organizer, GITA Multimedia, dan GITA Consultant.

Dalam sambutannya, Pemimpin Umum PT Gallus Drh Tjiptardjo SE menyampaikan harapannya. Untuk ke depan PT Gallus mudah-mudahan akan semakin kokoh dan memberikan kontribusi bagi pelaku bisnis veteriner dan peternakan khususnya, serta masyarakat luas pada umumnya.

Ketua Umum ASOHI turut mengungkapkan kebahagiaannya memperingati lahirnya PT Gallus yang tepatnya jatuh pada tanggal 9 September. “Pengembangan kinerja divisi-divisi harus senantiasa ditingkatkan. Jangan mudah puas dengan hasil yang ada sekarang ini,” katamya. Ia melanjutkan, tidak ada salahnya seperti divisi Majalah Infovet menciptakan terobosan baru dalam memunculkan informasi-informasi yang pintar dan tetap sedap dibaca.

BENARKAH “CLOSED HOUSE” MENYIMPAN SEGUDANG PENYAKIT?

Memang di lapangan banyak muncul pertanyaan kritis oleh peternak yang sedang diperkenalkan tentang sistem pemeliharaan kandang tertutup atau Closed House (CH). Mulai yang benar-benar mengkritisi system itu sampai ke jenis pertanyaan yang cenderung menyesatkan. Demikian paparan Ir Dhanang Purwantoro ketika tulisan Infovet edisi Maret 2012 yang lalu mengupas tentang CH dan banyak muncul perasaan skeptis dari yang belum menerapkan sistem itu.
 
Beredar informasi menyesatkan bahwa CH menjadi sarang aneka penyakit bagi kawasan sekitar, juga tentang aneka penyakit jamur yang tumbuh subur di kawasan sekitar dan bahkan ada informasi tentang tingginya kasus penyakit pernafasan dan penyakit lain yang penularannya melalui udara.
Dengan ringan Dhanang menjawab aneka keraguan yang belum menerapkan itu dengan mengajaknya berkunjung dan bertanya langsung yang sudah menerapkan sistem itu. Para peternak yang sedang berminat dan belum mengaplikasikan sistem itu dipersilakan bertanya langsung kepada peternak lain yang sudah menerapkannya.
 
Hasilnya berupa tanggapan yang memang beraneka ragam. Ada yang langsung memutuskan untuk mengaplikasikan dan ada yang masih terus berfikir ulang. Namun demikian mayoritas yang berminat akan dengan mantap untuk segera menerapkan sistem itu. Sebuah keraguan adalah hal yang biasa dialami oleh pelaku bisnis termasuk peternak. Sebab dengan keraguan akan muncul banyak pemikiran dan pertimbangan sehingga akhrinya dibuatlah sebuah keputusan.
 
Jika saja CH masih banyak persoalan dengan penyakit dan juga dengan hasil/ produktifitas, maka tentu saja CH sudah tidak akan lagi diaplikasikan dan berhenti dalam pengembangan dan penyempurnaan. Buktinya bahwa sistem CH di luar negeri menjadi keharusan dan di Indonesia sendiri, hingga saat ini terus berkembang dan menjadi pilihan para peternak yang cerdas dan ingin meraih keuntungan berlipat.
 
“Kalau memang CH menjadi masalah baru dalam sistem pemeliharaan ayam, maka sudah pasti tiada lagi pengembangan dan penyempurnaan sistem itu, bahkan tidak ada lagi yang membuat peralatan pendukung untuk sistem itu. Namun buktinya, justru model dan bentuk peralatan pelengkap untuk CH terus diperbarui dan terus disempurnakan oleh para produsennya. Ini bukti nyata bahwa CH bukan menjadi biang munculnya aneka penyakit” ujar Dhanang dengan tegas, menolak sinyalemen yang salah.
 
Dhanang memang mengakui, banyak penawaran pembuatan CH yang diterima oleh para peternak di Indonesia, dengan tidak jelas jejak rekam perusahaannya. Kandang yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit itu, meskipun mampu memberikan peningkatkan produktifitas, ternyata ada yang tidak sepadan dengan nilai investasinya. Hal itu menurut Dhanang oleh karena ada segelintir perencana dan pembuat konstruksi kandang CH yang tidak menerapkan layanan lengkap atau paripurna. Antara perencana dan penyedia perlengkapan CH tidak satu atap, sehingga akan menghasilkan kandang sistem CH yang asal-asalan. “Jika perencana dan equipment untuk kandang CH tidak kualified, maka hanya akan menghasilkan kandang CH “ecek-ecek” dan barangkali benar jika kemudian banyak aneka penyakit dan gangguan pertumbuhan pada ayam-ayamnya” tegas Dhanang.
 
Sepertinya Dhanang memang berniat menyanggah pendapat yang salah tentang sistem kandang tertutup, maka kepada Infovet ditawarkan untuk melihat sendiri di lapangan akan hasil yang diperoleh para peternak yang sudah mengaplikasikan CH. Memang benar adanya, bahwa ada beberapa konstruksi CH yang asal-asalan, meski equipment yang digunakan berkualitas relative bagus. Akhirnya memang kurang optimal, alias tidak setara dengan nilai investasi pembuatan kandang CH. Sedangkan pada CH dengan disain konstruksi dan equipment yang sesuai rekomendasi pembuat peralatan, akan diperoleh hasil yang sungguh mencengangkan.
 
Bahkan ketua APAYO Drh Hary Wibowo, dengan nada berkelakar bahwa jika CH sudah banyak menjadi pilihan peternak, akan mengancam para peternak skala menengah seperti dirinya.
“Kalau CH sudah banyak diterapkan oleh para peternak, maka tidak perlu ada lagi model kemitraan, karena hasil pemeliharaan dengan sistem itu mampu memelihara dalam jumlah banyak dalam satu kandang dan irit tenaga kerja. Sedangkan model kemitraan, sampai saat ini lebih cenderung memberi kesempatan peluang usaha kepada para peternak skala gurem” jelasnya.
 
Berkaitan dengan intensitas gangguan kesehatan atau serangan penyakit pada kandang CH, menurut Hary, memang harus diakui menjadi sangat minimalis. Artinya problema penyakit yang sering menjadi masalah pada sistem terbuka, akan dipangkas pada titik terkecil dan sebaliknya produktifitas akan mencapai titik maksimal. Hal yang sama ditekankan oleh Dhanang, bahwa CH akan membuat produktifitas ayam mencapai titik optimal, dengan resiko gangguan kesehatan atau serangan penyakit sangat rendah sekali.
Di samping itu, memang harus diakui pula, bahwa tingkat keseragaman pertumbuhan dapat terjaga dengan baik. Namun dengan catatan jika CH dibuat dengan aturan yang benar. Disain dan equipment yang ditawarkan oleh Dhanang, memberikan jaminan akan hasil yang memuaskan. Dan bahkan ia mengklaim sebagai perencana dan pelaksana pembuatan CH yang terbaik di Indonesia sampai saat ini.
 
Infovet yang melihat dan membuktikan di lapangan pada kandang CH hasil pekerjaan Dhanang, bahwa aspek uniformitas/ keseragaman pertumbuhan nyaris mencapai 95% atau jauh di atas rata-rata keseragaman pertumbuhan pada sistem kandang terbuka yang hanya mencapai 65-75% saja. Dan dari hasil recording /catatan harian, terlihat sekali tingkat mortalitas yang sangat rendah sekali dan bahkan nyaris total dalam periode pemeliharaan selalu di bawah 1%. Sebuah angka yang selalu dinanti dan diharapkan oleh para peternak.  Memang harus diakui, bahwa meski secara kasat mata terlihat, bahwa begitu padat dan rapat populasi ayam dalam suatu kandang, namun ternyata ayam sangat nyaman dan tidak terlihat sedikitpun ayam terganggu dalam bernafas maupun gerakannya. Inilah yang dimaksud dengan efisiensi ruangan dan kenyamanan.
 
Selanjutnya terkait dengan informasi adanya gangguan penyakit yang berasal dari Jamur dalam pakan dan penyakit CRD kompleks, Dhanang menyanggah dan menjelaskan akan sinyalemen itu. Memang tidak salah jika sinyalemen akan munculnya penyakit itu pada kandang CH, namun itu terjadi umumnya pada kandang CH yang konstruksinya ecek-ecek. Mengapa bissa terjadi demikian ? Oleh karena umumnya, kandang CH yang dibangun tidak sesuai dengan disain yang benar, justru akan menjadi masalah bagi ternak yang berada di dalamnya. Kasus penyakit oleh karena jamur yang terjadi pada CH ecek-ecek, lebih disebabkan mekanisme penyimpanan dan pengelolaan pakan yang tidak baik. Pada CH yang baik, lanjut Dhanang, tempat utama pakan / silo,ada treatment pakan sebelum di alirkan ke tempat-tempat pakan pada kandang. Sehingga potensi terjadi kontaminasi agen infeksi jamur relative akan sangat kecil terjadi. Begitu juga dengan tangki penyimpan air minum yang selalu rutin mendapatkan treatmen, maka akan diperoleh air minum yang sangat hiegynis. Jadi CH konstruksi yang ditawarkan Dhanang dengan tempat pakan dan minum yang serba otomatis.
 
Selain itu, sistem pengatur udara yang bersifat otomatis dan didukung mega blower keluar/ exhaust fan yang penempatannya selalu diperhitungkan dengan matang, maka potensi gangguan penyakit CRD ataupun penyakit pernafasan lainnya,  akan sangat kecil terjadi. Penempatan mega blower yang asal pasang, tidak sesuai dengan seharusnya, maka tidak akan mampu memberikan kenyamanan ayam yang berada di dalam. Mega blower tidak hanya berfungsi untuk membantu mengatur suhu udara di dalam kandang saja, namun juga berfungsi membuang gas amoniak dan sulfida yang  menjadi gas iritans pada sistem pernafasan ayam. Dengan demikian, efek buruk gas iritans itu tiada akan merusak kesehatan ayam. Sebab gas itu menjadi pemicu awal munculnya gangguan pernafasan yang disebabkan oleh agen penyakit virus, mycoplasma maupun bakteri serta jamur.
 
Pada kandang CH 'ecek-ecek' sering justru kasus penyakit CRD maupun mycotoxin, memang menjadi masalah serius setelah kasus penyakit konvensional lainnya mampu ditekan. Hal itu jelas sekali oleh karena penempatan dan penataan alat pengatur suhu ruangan yang salah dan atau kurang tepat. Juga oleh karena pengatur suhu ruangan yang tidak bersifat otomatis. Mestinya jika mau menerapkan CH, maka semua haruslah bersifat otomatis, dengan mengurangi kontak sekecil mungkin pekerja dengan ayam.
 
Kasus penyakit CRD ataupun penyakit lainnya yang penularannya lebih cenderung melalui udara, pada kandang sistem CH akan dapat ditekan sekecil mungkin. Namun dengan syarat, bahwa disain dan konstruksi CH harus sesuai dengan rekomendasi termasuk peralatan yang digunakan.(iyo)

DAHLAN ISKAN BICARA SOAL TERNAK SAPI INDONESIA

Gebrakan Dahlan Iskan tidak hanya berhenti di sektor energi Listrik, polemik Impor Gula dan Jalan Tol, tetapi ternyata merangsek masuk juga di sektor peternakan. Ketika berkunjung di Yogyakarta menjadi pembicara pada sebuah seminar “Pemimpin Muda Belajar Merawat Indonesia” yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum UGM Yogyakarta, 29 Maret 2012, sedikit menyinggung masalah pembangunan sektor pertanian termasuk subsektor peternakan.
Meski hanya sekilas namun nampaknya menteri yang penuh dengan kejutan dan gebrakan ini, begitu memahami benar akan basis kuat Negara Indonesia adalah harus bertumpu pada bidang agraris. Ia mencontohkan di negeri Cina yang dikenal dengan pertumbuhan ekonominya tertinggi di dunia, bahwa petani begitu diperhatikan kesejahteraannya. Meskipun lahan pertanian yang digarap oleh petani di Cina hanya merupakan pinjaman dari Negara, dan petani hanya sebagai penggarap, namun toh jauh dari sejahtera di banding dengan petani Indonesia.
 
Indonesia memang tidak menganut paham sosialisme yang menguasai tanah dan hasil tambang oleh Negara, namun jika menilik dan merujuk kepada pasal 33 UUD 1945 (Amandemen) bahwa semang­at untuk mensejahterakan warga Negara juga nyaris mirip sekali. Pada pokok substansinya amanat Konstitusi Indonesia, bahwa tanah dan hasil bumi yang berada di dalamnya di kelola oleh Negara untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.
 
Berbicara tentang basis kuat dan tumpuan pembangunan Indonesia, yang seharusnya dipilih menurut mantan pimpinan perusahaan raksasa media Jawapos Grup ini, tiada lain memang bidang pertanian. Untuk itu, Dahlan merasa sangat heran sekali kenapa Indonesia harus impor daging dan ternak sapi, jika potensi dan sumber daya alam yang ada sebenarnya mampu dioptimalkan.
 
Ia pertama menggebrak perusahaan bibit padi PT Sang Hyang Sri untuk meningkatkan produksi bibit dan kualitasnya. Kemudian dilanjutkan dengan merevitalisasi PT Berdikari. Seperti kita ketahui, bahwa perusahaan itu didirikan sebenarnya untuk mengembangkan peternakan sapi di Indonesia. Namun justru kini lebih banyak bergerak di usaha me­bel dan pariwisata. Akhirnya ujar Dahlan di depan peserta seminar, ia perintahkan menutup usaha yang tidak terkait dengan misi dan tujuan didirikannya Perusahaan itu, dan kini kembali beralih ke sektor peternakan sapi.
 
Menurut Dahlan, sangat tidak masuk akal jika keluhan ketersediaan pakan untuk ternak sapi di Indonesia tidak mencukupi. Sebab perusahaan perkebunan Negara yaitu PTP misalnya, banyak tersedia lahan kosong yang infrastrukturnya sudah tersedia dengan baik. Akan tetapi lahan sela yang kosong itu tidak dimanfaatkan, bahkan limbah perkebunan sawit, kopi, teh dan nanas, serta cengkeh belum dimanfaatkan  secara optimal.
 
Maka PT Berdikari kini menurut Dahlan, harus fokus dan serius menggarap usaha peternakan sapi. Untuk tahun 2012 ini Dahlan menugaskan kepada PT Berdikari agar mampu memasok 100.000 ekor sapi bagi kepentingan domestik. Impor daging dan ternak sapi harus segera di akhiri, jelas Dahlan. Kemudian tahun 2013 mendatang menurutnya target nya 250.000 ekor sapi.
Menurut Dahlan, keluhan tiadanya infrastruktur bagi pengembangan ternak sapi di kawasan PTP pada saat ini sudah tidak pantas dikeluhkan oleh para investor plat merah maupun swasta, khususnya BUMN yang bertugas di sektor pertanian.
 
Dahlan menjelaskan bahwa kawasan perkebunan yang dikelola oleh Negara (misalnya PTP) umumnya adalah peninggalan kolonial Belanda dan sebagian kecil hasil pembangunan bangsa Indonesia pasca merdeka, merupakan kawasan yang sudah sangat mapan kesediaan infrastrukturnya. Mulai dari jalan raya yang relatif panjang dan memadai menuju kota pelabuhan, jaringan irigasi yang tersedia sudah tertata representatif serta tersedianya pasokan energi listrik yang mandiri. Selain itu sebagai kota satelit, kawasan perkebunan selalu melimpah tersedia tenaga kerja yang handal dan juga tersedianya lahan maupun limbah perkebunan untuk ternak sapi.
 
Hanya sayangnya memang paparan sepintas namun cukup mendalam itu, tidak mendapat tanggapan dari peserta yang sebagian besar adalah civitas akademika fakultas hukum. Maka menjadi menarik jika ASOHI, GOPAN atau ISPI maupun PDHI mengagendakan sebuah pertemuan khusus yang membahas masalah pembangunan peternakan dengan menteri yang memang konsern terhadap potensi domestik. Alangkah kecewanya jika kemauan mulia dan ide Dahlan ini tidak mendapat sambutan dari para pelaku usaha peternakan dalam negeri.
 
Momentum menarik ini memang harus segera direspon oleh organisasi profesi peternakan dan para pelaku usahanya. Kita patut menunggu siapa yang lebih dahulu memulai ! Apakah ASOHI memulai lebih dahulu? Atau malah ISPI dan PPSKI? (iyo)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer