Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

SMK FARMING TLOGOWUNGU,PENYEDIA SDM PETERNAKAN DINI SELAIN SNAKMA

Dalam sebuah peristiwa acara dokter hewan perunggasan di Jakarta, Infovet bertemu dengan kepala sekolah peternakan yang merupakan sekolah alternatif pencetak dini tenaga peternakan selain Snakma. Ia adalah Drh SS Ngestiningsih yang menjabat sebagai Kepala SMK Farming Tlogowungu.

Kalau Snakma (Sekolah Peternakan Menengah Atas) merupakan sekolah menengah peternakan di bawah Departemen Pertanian, maka SMK Farming Tlogowungu Pati Jawa Tengah merupakan bukti nyata kepedulian pengembangan peternakan sejak dini di bawah Departemen Pendidikan Nasional (dulu Depdikbud). Sebagaimana Snakma, dengan SMK Farming dicetak tenaga teknis peternakan siap pakai.

SMK Farming Tlogowungu merupakan penerima Indolivestock Award 2006 untuk kategori Pengembangan SDM. Prestasi lain adalah sebagai sekolah unggulan 2006 Jawa Tengah, Juara II Lomba Kompetensi Siswa Tingkat Jateng 2007 dan Juara III tahun 2008 serta 2009.
Drh SS Ngestiningsih mengatakan secara khusus kepada Infovet tentang adanya praktek kerja industri yang merupakan langkah pembiasaan siswa terhadap dunia kerja yang akan dihadapinya nanti. Umumnya praktek kerja industri dilakukan lebih cepat dan mudah dalam kerja di peternakan.

Sebagai contoh yang telah berlangsung pembiasaan kerja di industri peternakan itu telah dilakukan di beberapa peternakan seperti peternakan mitra PT PKP Unit Kudus, PT Sari Niaga Pasifik Subang Jawa Barat, Kelompok Ternak Sapi Perah Jagan Margorejo Pati, PT Cemerlang Unggas Lestari dan Jonggo Farm Wedar Jaksa Pati.

Drh Ngestiningsih yang alumnus FKH IPB tahun 1988 ini mengaku telah memelihara fasilitas yang dimiliki untuk dipakai belajar siswa di SMK ini sejak 1990. Dalam mengelola SMK yang berdiri sejak 1987 dibawah asuhan Yayasan Pendidikan Kekeluargaan Gotong Royong ini ia dibantu oleh suaminya. Fasilitas yang dimiliki kini pun berupa unit produksi dan pelatihan ayam pedaging berkapasitas 20 ribu ekor, unit produksi dan pelatihan sapi, kambing etawa, ruang multimedia dan asrama siswa.

Salah satu metode peningkatan kurikulum di SMK adalah ia dan suami rajin menghadiri acara-acara yang diselenggarakan kalangan peternakan dan kesehatan hewan yang dari situ dimasukkan kurikulum alternatif. Ngestiningsih mengaku kebutuhan tenaga peternakan lebih dari jumlah lulusan yang dihasilkan. Maka soal kualitas selalu diperhatikan sehingga untuk SMK ia selalu update informasi supaya para siswa dan lulusan SMK Farming bisa menjadi agen penyebar ilmu ke peternak.

Dalam rangka itulah praktek kerja industri seperti yang diselenggarakan di PKP Region Jawa Tengah dilakukan sebaik-baiknya. “Supaya sama-sama diuntungkan,” kata Drh Ngestingingsih. Makin nyata di sini, metode pendidikan yang diterapkan adalah “bersekolah sambil bekerja” atau “learning by doing”, ditunjang sarana belajar dan praktek yang memadai, “Sehingga lulusan SMK Farming siap memasuki dunia kerja,” akunya.

Alhasil, lulusan-lulusan SMK Farming ada yang diterima di PT Medion Bandung sebagai asisten teknisi peternakan, operator industri dan bidang kerja sejenisnya. Ada pula yang diterima di PKP Unit Kudus sebagai operator peternakan ayam pedaging, di PT Sierad Produce sebagai penyuluh dan berbagai operator peternakan ayam. Selain itu beberapa juga diterima diberbagai perusahaan peternakan lain baik sebagai operator penggemukan sapi potong, operator toko daging, operator peternakan maupun penanggungjawab logistik dan sejenisnya.
Drh Ngestiningsih pun menyampaikan setiap lulusan SLTP atau MTs dapat mendaftarkan di SMK Farming untuk mengikuti jalur keahlian dan ketrampilan bidang budidaya ternak di SMK Tlogo Wungu Pati Jawa Tengah yang punya kelas industri atau kelas wirausaha.

Masing-masing lulusan berkompetensi sebagai operator peternakan ayam pedaging dan ayam petelur dengan sertifikat PT PKP, vaksinator, pengelola toko daging, pemotong ayam pada rumah potong ayam (RPA) dengan sertifikat MUI, juru timbang panen ayam pedaging, penenggungjawab logistik peternakan, pembuat pupuk organik, operator pembibitan atau penggemukan sapi, kambing dan domba, mengolah hasil ternak, mengolah pakan hijauan, dll.
Kalangan peternakan dan kesehatan hewan pasti sadar betul tentang kebutuhan sangat penting terhadap tenaga teknis ini. (Red)

KEDAULATAN PANGAN

Oleh: Drh H. Tjiptardjo P, SE

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kebutuhan mendasar yang harus terjamin adalah ketersediaan bahan pangan, dalam tata ekonomi yang berdasarkan pasar bebas memang tidak tertutup adanya kebutuhan yang harus dipasok dari negara lain, namun demikian harus dapat dibatasi dan hal-hal yang bersifat strategis dapat dipenuhi sendiri dari sumber lokal.

Dari analisis kelembagaan yang terkait dengan kecukupan pangan, ditataran global akan terjadi kecenderungan ketidakseimbangan laju penambahan penawaran dan permintaan, untuk itu harus diwaspadai dan dipersiapkan. Terkait dengan bahan pangan asal hewan maka Program Swasembada Daging Sapi 2014 merupakan upaya yang perlu penyesuaian agar dapat lebih efektif.

Mengacu pada Seminar Nasional “Peluang dan Tantangan Investasi Peternakan Sapi dalam rangka Swasembada Daging Sapi 2014” yang diselenggarakan oleh ASOHI (Asoasiasi Obat Hewan Indonesia) paad akhir September 2010 di Jakarta, memang banyak hal yang perlu perbaikan untuk dapat mencapai sasaran terbaik.
Hal-hal yang harus dipertajam adalah efisiensi dari sumber dana dengan prioritas kegiatan yang terkait langsung dengan pencapaian program serta peran serta Pemerintah daerah yang perlu ditingkatkan. Tepat sekali ulasan dalam artikel harian Kompas tanggal 1 Oktober 2010 yangbertajuk “Program Belum Fokus, Pemda Tidak Mendukung Program Swasembada Daging Sapi”.
Dalam peningkatan populasi sapi yang tidak boleh diabaikan adalah optimalisasi stock yang ada dengan meningkatkan produktivitasnya, melalui berbagai upaya yang tidak sulit dilaksanakan dengan biaya yang relatif tidak tinggi.

Kegiatan yang perlu menjadi prioritas adalah penyelamatan sapi betina produktif yang sampai saat ini laju pemotongannya masih tinggi, untuk itu perlu dukungan Pemerintah Daerah melalui pengawasan pada RPH (Rumah Potong Hewan). Selain itu juga diperlukan optimalisasi kondisi kesehatan reproduksi sehingga angka kelahiran bisa ditingkatkan, disamping perbaikan kondisi umum melalui pencegahan penyakit parasit khususnya cacing yang menghambat pertumbuhan dan pertambahan berat badan.

Diharapkan melalui penajaman program secara tepat, efisiensi dapat dilakukan dan efektivitas dapat ditingkatkan sehingga sasaran program dapat dicapai.
(*)

5 STRATEGI DOKTER HEWAN HADAPI TUNTUTAN PERUNGGASAN

Tuntutan dunia perunggasan begitu banyak dan semakin bertambah, dimulai dari tuntutan keragaman sebagai tuntutan paling besar dari konsumen, tuntutan keamanan pangan, kekarantinaan, penanganan penyakit, disusul tuntutan-tuntutan yang lain. Diperlukan strategi menghadapi tuntutan itu. Apa saja 5 strategi yang ditawarkan Wakil Menteri Pertanian?

Kompak, komunikatif, membangun jaringan kerja, dan membagi ilmu pengetahuan, dan pemetaan secara cepat adalah 5 strategi bisnis perunggasan yang diharapkan dimiliki dokter hewan.

Harapan ini disampaikan oleh Wakil Menteri Pertanian Republik Indonesia Dr Bayu Khrisnamurti dalam acara Lokakarya Perencanaan Pengembangan Perunggasan Nasional di Jakarta belum lama ini. Bayu mengungkap kecenderungan tuntutan dunia perunggasan berdampak besar dan menimbulkan harapan sangat besar pada profesi dokter hewan, Harapan itu adalah agar dokter hewan bisa berperan dan memenuhi esensinya sebagai profesi yang layak dan dibutuhkan masyarakat.

Keragaman sebagai tuntutan paling besar dari konsumen itu adalah semakin banyak jenis produk, semakin banyak kualitas, konsumen semakin banyak menuntut penghantaran atau pengemasan dengan contoh pengemasan nugget ayam dan sayap ayam.

Di sini, “Keragaman adalah suatu yang tidak dapat dihindari,” kata Dr Bayu Khrisnamurti dalam acara yang diselenggarakan oleh USDA (United States Department of Agricultural), FAO (Food and Agricultural Organization), Kementerian Pertanian RI dan ADHPI (Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia) itu.

Menurut Dr Bayu Khrisnamurti, industri perunggasan tidak hanya menghasilkan produk secara utuh, namun juga memerlukan proses produksi dengan industri yang juga beragam.
Tuntutan selanjutnya adalah keamanan pangan, di mana kalau produk sedemikian beradab dengan jenis berbeda-beda bisa dibayangkan intervensi yang berbeda. Di sini dalam proses produksinya, “Banyak momen yang harus dilewati, dan dengan sendirinya banyak ancaman keamanan produk,” kata Bayu.

Ia mencontohkan ancaman itu adalah penyakit bakteri, penyakit virus dan lain-lain penyakit serta ancaman yang sangat banyak sekali, yang mempengaruhi kepastian produk yang disajikan konsumen apakah sudah benar-benar aman.

Adapun kondisi di Indonesia juga ada tuntutan tambahan, yaitu soal kehalalan. “Contohnya chicken nugget, apakah pengamanan menunjukkan proses dalam chicken nugget halal?” tanya Bayu Khrisnamurti.

Ia pun melontarkan pertanyaan selanjutnya tentang kepastian jaminan bukan hanya pada perusahaan-perusahaan tapi juga pada produk. Selama ini pertanyaan di negara maju yang banyak diajukan tentang suatu produk tertentu adalah, “Siapa yang membuat produk itu?” Menurut Bayu, pertanyaan ini sudah mulai berlaku di Indonesia. Misalnya pada bidang pertanian, karet yang dibeli berasal dari pohon yang mana? Lalu daging yang dibeli dari peternakan mana?

Berikutnya Dr Bayu mengungkap kebutuhan dan tuntutan fungsi-fungsi kekarantinaan juga semakin ketat dan semakin efisien. “Tidak membuat biaya yang tinggi, proses kekarantinaan harus tegas, bagus, baik, efisien dan berbiaya murah,” tegasnya.
Kecenderungan berikutnya adalah penanganan penyakit. “Kita harus dapat mendeteksi penyakit sedini dan seakurat mungkin, bahkan kalau perlu dengan pemeriksaan biomolekuler secepat mungkin dan diakhiri dengan mekanisme penjaminan seandal mungkin,” kata Dr Bayu Khrisnamurti.........(yonathan)

Selengkapnya baca majalah Infovet edisi September 2010

DEKAN TERMUDA FAPET UNSOED DILANTIK


Pada 9 Agustus 2010 Dr Ir Akhmad Sodiq MSc Agr dilantik sebagai Dekan Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Jawa Tengah. Pada saat dilantik, ia baru menginjak usia 41 tahun dan menjadikannya sebagai dekan termuda sepanjang sejarah Fapet Unsoed.

Pelantikan dan Serah Terima Jabatan berlangsung di Gedung Soemardjito Universitas Jenderal Soedirman. Akhmad Sodiq dilantik untuk masa jabatan antar waktu tahun 2008-2012 menggantikan Dekan sebelumnya Prof Dr Ir Mas Yedi Sumaryadi MS yang di tengah masa jabatannya terpilih menjadi Pembantu Rektor I.

Suami dari Susiati SAg ini terpilih melalui paparan Program Kerja Calon Dekan Pengganti Antar Waktu Fakultas Peternakan Unsoed Masa Jabatan 2008-2012. Dalam paparannya, ia menjabarkan visi yang sangat sederhana namun tepat sasaran yaitu “Kebersamaan dan Silaturahim untuk Mewujudkan Kemajuan dan Kesejahteraan Fakultas Peternakan Unsoed”.

Sementara itu, dilantik juga sebagai Dekan Fakultas Pertanian Unsoed Dr Ir H Achmad Iqbal MSi periode 2010-2014, Prof Dr Hj Triani Hardiyati SU sebagai Direktur Program Pascasarjana periode 2010-2014. Drs Bambang Agus Pramuka MAcc Ak PhD sebagai Asisten Direktur I Program Pascasarjana, dan Dr Agus Suroso MS sebagai Asisten Direktur II Program Pascasarjana.

Acara pelantikan dihadiri oleh Anggota Senat Universitas, Jajaran Pejabat di Fakultas Pertanian dan Peternakan, Pejabat Struktural di lingkungan Unsoed, Dharma Wanita Persatuan Unsoed dan juga Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian. (sapt/red)

KETIKA ADA RANAH SPESIALIS DI KALANGAN DRH KITA

Dokter hewan memisahkan diri dari rumpun pertanian? Mau jadi dokter hewan spesialis? Milikilah kompetensi, dan ikutlah bergabung dalam organisasi non teritorial sesuai dengan bidang spesialis itu. Ini pergulatan seru kalangan dokter hewan untuk meningkatkan kualitasnya yang berarti pergulatan besar kalangan peternakan dan kesehatan hewan secara umum untuk kebaikan bersama?

Pakar nutrisi perusahaan besar pakan ternak di Indonesia Dr Drh Desianto Budi Utomo MSc selaku Bidang Ilmiah Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI) mengungkap perkembangan terbaru Kodefikasi Program Studi Kedokteran Hewan di Indonesia.

Kodefikasi itu adalah, “Program Studi Kedokteran Hewan sebagai rumpun pengembangan ilmu tersendiri sebagaimana kecenderungan perkembangan sains, teknologi dan pendidikan tinggi kedokteran hewan di dunia. Ilmu Kedokteran Hewan tidak berada di bawah rumpun Pertanian, tetapi dalam rumpun Medis,” kata Desianto di depan peserta Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) ADHPI (Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia) sebagai ONT (Organisasi Non Teritorial) di bawah PDHI (Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia), di Jakarta belum lama ini.

Dasar dari kodefikasi itu disampaikan Dr Desianto bahwa, “Dokter (dr, drg, Drh) merupakan suatu profesi yang disebut profesi penyembuh atau the healing profession. Profesi kedokteran atau profesi medis dikenal sebagai profesi luhur selanjutnya harus menggali dasar-dasar berdirinya profesi ini agar memiliki pondasi yang kokoh dan dapat mempertahankan arah dan tujuannya yang mulia. Kedokteran hewan merupakan suatu ilmu yang termasuk dalam rumpun ilmu kedokteran karena secara hukum/legal menggunakan nama kedokteran.”

Adapun, diuraikan Dr Desianto, Dokter Hewan mempunyai peran-peran khusus bagi masyarakat melalui dunia hewan (manusya mriga satwa sewaka) yang meliputi menjaga dan meningkatkan kesehatan hewan, produktifitas dan keadaan yang baik dari hewan-hewan yang dimanfaatkan manusia agar tidak membawa bahaya bagi manusia dan lingkungan. Lalu, menggunakan ilmu dan teknologi di bidang veteriner dalam layanan medik veteriner kepada masyarakat, bangsa dan negara secara kompeten dan profesional. Dan, mencegah terjadinya dan mengurangi terjadinya kesengsaraan atau teraniayanya hewan (kesejahteraan hewan) sebagai obyek profesi yang harus dilindungi dan dibela.

“Mengingat begitu besarnya tanggung jawab profesi dokter hewan, maka profesi dokter hewan haruslah memenuhi kompetensi dan standar yang diperlukan sesuai dengan sumpah dan kode etik dokter hewan dan juga mengacu kepada standar internasional,” sitir Dr Desianto Budi Utomo.
Diuraikan, kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan etika, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk diakui mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas pekerjaan.

Sementara, kompetensi medik veteriner adalah kecerdasan bertindak dan kemampuan mengambil keputusan di bidang medik veteriner dengan mengacu pada kaidah-kaidah dan perkembangan ilmu kedokteran hewan terkini; kepentingan tertinggi klien, pasien, masyarakat dan lingkungan, serta keluhuran sumpah/janji dan kode-etik profesi. “Begitulah, maka setiap tenaga kesehatan hewan harus memiliki standar kompetensi,” kata Dr Drh Desianto Budi Utomo MSc.
Tenaga kesehatan yang dimaksud meliputi dokter hewan, dokter hewan spesialis, diploma kesehatan hewan maupun lulusan pendidikan tinggi lainnya yang berbasis kesehatan hewan. Di sinilah menariknya, muncul istilah dokter hewan spesialis yang selama ini belum dikenal pada profesi kedokteran hewan. Selama ini lebih dikenal keahlian berdasar minat.

Selanjutnya Dr Desianto mengungkap, “Standar Kompetensi dokter hewan diperlukan untuk menentukan standar kemampuan minimal lulusan dokter hewan dalam rangka memberikan jaminan mutu pelayanan medis veteriner maupun memperkuat otoritas veteriner dokter hewan.”
Standar kompetensi dokter hewan Indonesia sebagai standar normatif dirumuskan bahwa, tutur Desianto, “Dokter hewan harus memiliki wawasan etika veteriner dan pemahaman terhadap hakekat sumpah dan kode etik profesi serta acuan dasar profesi kedokteran hewan; memiliki wawasan di bidang sistem kesehatan hewan nasional dan legislasi veteriner; memiliki keterampilan melakukan tindakan medis yang lege-artis.”

Lalu, lanjut Dr Desianto tentang standar kompetensi itu, “Dokter hewan memiliki keterampilan dalam menangani sejumlah penyakit pada hewan besar, hewan kecil, unggas, hewan eksotik, satwa liar, satwa aquatik dan hewan laboratorium; memiliki keterampilan dalam melakukan diagnosis klinik, laboratorik, dan epidemiologik penyakit hewan; penyusunan nutrisi untuk kesehatan dan gangguan medik; pemeriksaan antemortem dan postmortem; pemeriksaan kebuntingan, penanganan gangguan reproduksi dan aplikasi teknologi reproduksi; pengawasan keamanan dan mutu pangan asal hewan.”

Berikutnya masih tentang standar kompetensi itu, “Dokter hewan memiliki wawasan pengawasan dan pengendalian mutu obat hewan dan bahan-bahan biologis, termasuk pemakaian dan peredarannya; pengukuran dan penyeliaan kesejahteraan hewan; memiliki keterampilan dalam komunikasi profesional; memiliki kemampuan manajemen pengendalian dan penolakan penyakit strategis dan zoonosis, pengamanan hayati hewan, serta pengendalian lingkungan; memiliki kapasitas dalam transaksi therapeutik, melakukan anamnese, rekam medik, persetujuan tindakan medik, penulisan resep, surat keterangan dokter, edukasi klien; memiliki dasar-dasar pengetahuan analisis ekonomi veteriner dan jiwa kewirausahaan.”

Dr Desianto pun mengungkap dokumen penting dokter hewan Indonesia itu bahwa, “Dokter hewan spesialis-1 (Sp 1) adalah seseorang yang memiliki gelar dokter hewan (Drh), menjadi anggota dan mendapat pengakuan dari ONT terkait, telah mengikuti dan lulus pendidikan spesialis yang diselenggarakan oleh PTKHI (Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan Indonesia) bersama-sama dengan ONT terkait, pendidikan spesialis (Sp 1), persyaratan pendidikan spesialis (Sp).

Terkait ONT, Dr Desianto menyampaikan bahwa ONT adalah organisasi yang hanya beraktivitas ilmiah yang bermanfaat dan meningkatkan kompetensi anggotanya serta membuat aturan-aturan etikal ilmiah keprofesian sesuai kelompoknya dan ONT tidak dibenarkan melakukan advokasi kedudukan dan peran profesi maupun pendekatan-pendekatan keorganisasian kemasyarakatan secara sendiri, melainkan sebagai bagian dan atau bersama dengan PDHI (Pengurus Besar ataupun Cabang).

Dalam persyaratan Drh spesialis tersebut, dipersyaratkan manajemen ONT sudah berjalan dengan baik. Dalam hal ini sudah ada kepengurusan, aktif, memiliki dewan pakar, memiliki tata aturan yang baku, ART dan lain-lain. Adapun, AD ONT adalah AD PDHI. Selanjutnya ONT dipersyaratkan sudah melakukan standarisasi kompetensi dalam bentuk pengakuan legal kompetensi bagi anggotanya. “Pelaksanaannya tergantung dari ONT masing-masing,” tambah Desianto.

Adapun dari konsep yang ada, Desianto mengungkap spesialisasi yang diusulkan untuk dikembangkan di Indonesia antara lain kedokteran hewan kecil, kedokteran hewan laboratorium, kedokteran hewan besar, patologi veteriner, bedah veteriner, medik reproduksi, medik konservasi, radiologi veteriner, anestesiologi veteriner, parasitologi klinis, epidemiologi klinis, patologi klinik, farmakologi dan farmasi veteriner.

Apa yang disampaikan Dr Drh Desianto Budi Utomo MSc diakui berdasar Anggaran Dasar (AD) PDHI, Anggaran Rumah Tangga (ART) PDHI dan Ketetapan Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Nomor 01/MP2KH/PDHI/V/2009 tentang ketentuan pendidikan profesi dokter hewan, persyaratan substantif, pendidikan berkelanjutan, spesialisasi profesi dan kodefikasi.

Lantaran dalam konsep ini ADHPI belum termasuk dalam ONT yang membawahi spesialiasi dokter hewan perunggasan, maka Munaslub ADHPI itu memutuskan untuk memasukkan agenda ini pada Kongres PDHI Oktober mendatang di Semarang Jawa Tengah.
Ini pergulatan seru kalangan dokter hewan untuk meningkatkan kualitasnya yang berarti pergulatan besar kalangan peternakan dan kesehatan hewan secara umum untuk kebaikan bersama? Semoga. (yonathan/red)

Toto Winata, Menjadi Guru Besar ITB

Sabtu, 7 Agustus 2010, menjadi hari yang membahagiakan bagi Prof. Toto Winata. Beliau menyampaikan pidato ilmiah berjudul “Dari Hamburan Atom hingga Material Semikonduktor” dalam sidang pleno terbuka di hadapan Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB).

Ini merupakan bentuk pertanggungjawaban akademik beliau sebagai seorang Profesor dalam bidang Fisika Atom dan Material Elektronik.

Sebuah kebanggaan bagi kita semua tentunya, mengingat gelar profesor ini merupakan gelar tertinggi di suatu akademisi. Terlebih lagi pria kelahiran Jakarta, 10 Desember 1963, turut berperan dalam mendukung gerak maju dunia perunggasan, yaitu sebagai Senior Manager Divisi Enginering di Medion.

Kiprah dan kontribusi Prof. Toto Winata memberikan sebuah bukti nyata bahwa Medion memiliki tenaga kerja yang handal dan profesional sehingga mampu menghasilkan produk-produk berkualitas.

Terakhir, kami menyampaikan selamat atas pengangkatan Prof. Toto Winata sebagai Guru Besar di ITB. Semoga karya-karya beliau dapat memajukan bangsa dan negara Indonesia. Selamat! (Red)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer