Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Siap-Siap Menyambut Tahun 2010

Secepat pertumbuhan ayam broiler, begitulah rasanya kami melewati tahun 2009. Tanpa terasa, tiba-tiba kami sudah berada di penghujung tahun 2009. Ya, sejak Oktober, tim Infovet maupun keluarga besar PT Gallus Indonesia Utama, mulai melakukan evaluasi kinerja 2009 dan rencana tahun 2010.

Di akhir tahun ini mulai terasa suasana kerja menyambut pergantian tahun. Suasana ini bukan suasana peringatan tahun baru yang berupa hajatan meniup terompet, melainkan kesibukan memikirkan bagaimana target tahun 2010, bagaimana topik-topik yang akan disajikan tahun 2010 dan bagaimana agenda aksi untuk menyukseskan 2010.

Dalam jajaran redaksi sudah dilakukan review topik Fokus 2009 dan bagaimana rancangan tahun 2010. Pembahasan ini dilakukan di annual meeting Infovet yang berlangsung 25 Oktober 2009 berbarengan dengan acara peringatan Ulang Tahun ASOHI ke-30 dimana wartawan Infovet dari daerah ikut serta, yaitu Drh Untung Satriyo, Drh Masdjoko Rudyanto, Drh Yonathan Rahardjo dan Sadarman Spt.

Selanjutnya pada bagian marketing iklan maupun distribusi majalah melakukan serangkaian inovasi agar tahun 2010 prestasi kami lebih meningkat lagi. Tak ketinggalan pula divisi divisi lain dalam PT Gallus Indonesia Utama yang merupakan saudara dari Infovet. Gita Pustaka (penerbitan buku), Gita Organzier (event organizer) Majalah satwa, G-Multimedia dan Gita Consultant masing-masing menyusun agenda 2010.

Pada akhir tahun ini pula, tim marketing dan redaksi Infovet melakukan silaturahmi dengan beberapa mitra Infovet untuk mendapatkan bermacam masukan menyongsong tahun 2010. Sudah barang tentu Infovet juga diminta sejumlah perusahaan untuk memberi masukan dan informasi mengenai perkembangan 2009 dan prediksi 2010.

Di luar kegiatan tersebut, agenda rutin bulanan tetap berjalan, wawancara dengan narasumber untuk mendapatkan informasi yang sesuai topik Fokus edisi Desember ini berjalan dengan lancar, meskipun banyak narasumber yang tengah sibuk dengan kegiatan akhir tahun.

Selamat Tahun Baru 2010, Sukses Beserta Kita. Amien

MEMPERTAHANKAN KONDISI OPTIMUM KINERJA SALURAN PENCERNAAN AYAM

Oleh :
Drh. Wayan Wiryawan
Technical Advisor
Malindo Group
wayan.wiryawan@malindofeedmill.co.id

Manajemen dan formulasi pakan dapat mempengaruhi efek kerja dari pada saluran pencernaan. Kesehatan dari pada saluran pencernaan (usus) sangat mempengaruhi pemanfaatan nutrisi yang terkandung dalam sediaan pakan dan juga pertumbuhan ayam. Problem gangguan kesehatan pada saluran pencernaan (usus) muncul karena status nutrisi yang tidak baik dan juga karena kondisi lingkungan yang tidak higienis terutama selama tahap awal pemeliharaan anak ayam.

Untuk mendapatkan efektifitas biaya dan optimalisasi pertumbuhan dari ayam yang dipelihara, berkenaan dengan fungsi saluran pencernaan, maka sangat perlu untuk dilakukan:
  1. Pelihara kesehatan saluran pencernaan (usus) melalui penyediaan dan pemberian pakan dengan nilai nutrisi/gizi yang tepat dan kondisi lingkungan yang bersih.
  2. Perawatan yang efektif terhadap adanya kelainan pada saluran pencernaan (usus).

Fungsi dan Struktur Saluran Pencernaan Ayam
Untuk menjaga integritas dan kondisi sehat dari saluran pencernaan pada ayam, pemahaman yang sangat jelas dari struktur dan fungsi saluran pencernaan adalah sangat penting. Sistem kerja saluran pencernaan pada unggas dalam memecah pakan yang dikonsumsinya menjadi komponen yang paling mendasar (basic components) secara mekanikal dan kimiawi. Komponen yang paling mendasar (basic components) dari pakan selanjutnya diserap (absorption) oleh sel-sel (vili-vili) pada dinding usus.

Sistem saluran pencernaan dari ayam dimulai dari paruh dan berakhir pada anus (cloaca). Organ yang terkait dengan sistem pencernaan meliputi; oesophagus, tembolok (crop), proventriculus, gizzard, duodenum, usus kecil (small intestine), sepasang caecum dan usus besar. Organ vital lain yang terkait dengan fungsi sistem pencernaan adalah hati dan pankreas.

Dengan beberapa pengecualian (keberadaan dari tembolok, gizzard, proventrikulus, usus pendek dan kloaka), anatomi saluran pencernaan dan fisiologi dari unggas adalah serupa dengan hewan mamalia. Oleh karena adaptasi untuk bisa terbang pada bangsa unggas, maka ukuran saluran pencernaannya relative kecil, karena berhubungan dengan berat tubuhnya. Namun demikian kondisi ini dikompensasi oleh vascularisasi yang lebih tinggi (kaya pembuluh darah), tingkat ekskresi lambung yang lebih tinggi, waktu henti pakan dalam usus yang ditingkatkan, dan kadar keasaman yang lebih rendah pada saluran pencernaannya dibandingkan dengan hewan mamalia.

Bangsa unggas juga memiliki jumlah villi usus yang lebih banyak dengan kemampuan regenerasi sel epithel yang tinggi (48 sampai 96 jam), dan respon yang sangat cepat terhadap adanya radang (kurang dari 12 jam, dibandingkan dengan 3-4 hari pada jenis mamalia), yang membuat bangsa unggas lebih peka terhadap gangguan fungsi saluran pencernaan dalam kapasitas menyerap nutrisi pakan dibanding dengan mamalia.

Integritas Saluran Pencernaan
Kondisi optimum dari saluran pencernaan dapat digambarkan sebagai keadaan utuh dari struktur dan fungsinya atau sederhananya kondisi maksimal dari fungsi saluran pencernaan dalam mencerna dan menyerap nutrisi pakan.

Memelihara kondisi GIT (Gastro intestinal tract)
Beberapa paramater yang dapat digunakan untuk menilai saluran pencernaan ayam berfungsi baik:
  1. Kecernaan dan penyerapan nutrisi pakan yang baik.
  2. Sangat rendahnya nilai nutrisi pakan yang terbuang menjadi kotoran
  3. Bau sangat minim dari kotoran yang dihasilkan
  4. Sangat rendah bahkan hampir tidak ada ayam yang nampak sakit atau mati
  5. Feed Convertion Ratio sangat baik (sesuai standar)

Pembahasan lebih lanjut mengenai Sistem pertahanan alami membantu integritas saluran pencernaan, Faktor yang dapat mempengaruhi integritas saluran pencernaan, Pemberian pakan seawal mungkin pada anak ayam dan hubungannya dengan kesehatan saluran pencernaan. Peranan faktor-faktor yang berkenaan dengan pakan dalam meningkatkan integritas saluran pencernaan, serta kesimpulan dari artikel ini dapat di baca di majalah Infovet edisi 184/ November 2009...atau informasi pemesanan atau berlangganan selengkapnya...klik disini

Ayam Arab Punya Telur, Ayam Kampung Punya Nama

Sejak merebaknya wabah Flu Burung di Indonesia sekitar 5 tahun yang lalu, berakibat signifikan terhadap populasi ayam kampung. Meski sampai kini belum ada data resmi tentang populasi tersisa, yang dirilis oleh instansi kompeten. Namun dapat dipastikan bahwa tergerusnya populasi ayam yang banyak dipelihara secara turun temurun oleh sebagian besar penduduk Indonesia itu, bisa mencapai lebih dari 60-70%.

Meski ayam kampung dari segi populasi sudah anjlog ke titik yang paling memprihatinkan itu, namun tetap saja harga jual daging ayam kampung tidak dapat naik berlipat-lipat. Hukum ekonomi tidak berlaku disini.

Benar adanya, bahwa harga daging ayam kampung tetap saja masih paling tinggi dibandingkan dengan daging ayam ras potong ataupun ayam petelur afkir. Masih menjadi beruntung, karena belum ada unggas lain yang mampu mengganti dan menggeser posisi daging ayam kampung.

Berbeda sekali dengan komoditi telur ayam kampung, justru posisinya telah lama digeser sekitar 10tahun yang lalu oleh ”Ayam Arab”. Sehingga tepat sekali jika ada peribahasa baru ”Ayam Arab punya telur, dan Ayam Kampung Punya Nama”.

Sebuah peribahasa adaptasi dari ”Kerbau punya Susu dan Sapi Punya Nama”. Yang kurang lebih maknanya adalah, ayam arab yang bertelur, akan tetapi di pasar dijual dengan ”brand” atau nama dagang ”telur ayam kampung”.

Seperti diketahui bahwa sudah lebih dari 10 tahun terakhir ini, komoditi telur ayam arab beredar di pasar dengan daya serap konsumen yang cukup lumayan menjanjikan keuntungan para pedagang telur dan juga para peternaknya. Entah siapa yang mengawali dan memulai klaim telur ayam arab itu sebagai ayam kampung. Kala itu, memang ada resistensi atau penolakan dari konsumen untuk mengkonsumsi telur putih kecil-kecil itu, namun toh akhirnya dapat diterima dengan baik oleh konsumen, bahkan sampai saat ini, laju konsumsi terus bergerak naik.

Bahkan kini, meski sebagian besar konsumen sudah tahu dengan benar bahwa itu tiada lain adalah telur ayam arab, tetap saja dibeli. Asumsi konsumen, telur ayam arab sama saja dengan telur ayam kampung.

Punahnya Ayam Kampung?
Lalu apa implikasi dan dampak buruk dengan populasi ayam kampung yang dari tahun ke tahun terus semakin menyusut jumlahnya itu dan mendekati kepunahan?
Sebuah kekhawatiran yang pantas untuk dicermati dan menjadi perhatian semua pihak jika tidak ingin plasma nuftah ayam Indonesia itu hilang dan tinggal sebuah nama saja.

Laju konsumsi telur ayam arab yang secara signifikan terus meningkat, adalah berkorelasi nyata dengan tergerusnya populasi ayam kampung. Para peternak tentu saja akan lebih memilih beternak ayam arab jika saja potensi keuntungan nyata di depan mata. Sedangkan budidaya ayam kampung harus diakui, kurang menjanjikan keuntungan ekonomis, terutama jika hanya untuk produksi telur.

Terlebih lagi dengan kesulitan yang dialami para peternak (dalam hal ini penduduk di pedesaan) untuk memperoleh bibit ayam kampung yang berkualitas baik. Sebab untuk mendapatkan bibit yang tahan terhadap sergapan aneka penyakit saja, pada saat ini sudah semakin sulit.
Hampir tidak ada usaha yang benar-benar intensif untuk memproduksi bibit anak ayam kualitas baik. Umumnya yang diperjualbelikan saat ini adalah peliharaan yang tersisa dari terjangan wabah Flu Burung 5 tahun yang lalu. Artinya tiada ada upaya ’up grade’ genetik dari pihak manapun.

Sangat disayangkan jika sampai saat ini tidak ada campur tangan dan peran serta yang serius dari institusi penelitian pemerintah atau instansi pemerintah maupun pakar perguruan tinggi. Sehingga sangat mungkin jika ada yang memprediksi dalam 20 tahun mendatang, ayam kampung Indonesia akan tinggal nama saja.

Realita di lapangan saat ini kalaupun ada budidaya ayam kampung secara semi intensif, umumnya tetap saja mengarah kepada penggemukan atau menjadi ayam potong dengan kisaran pemeliharaan 70-80 hari saja. Sama sekali tidak ada pemeliharaan yang mengarah untuk produksi bibit apalagi menghasil telur. Yang lebih memprihatinkan lagi, pada saat ini setelah wabah FB, sudah jarang ditemui penduduk di pedesaan maupun pinggiran perkotaan yang memelihara secara ekstensif atau dilepas bebas.

Sedikitnya populasi ayam yang dipelihara secara ekstensif atau dilepas, oleh karena berbagai faktor pendukung. Pertama, adanya himbauan dan larangan dari pihak pemerintah daerah, kepada penduduk dalam memelihara ayam kampung, hal itu dalam rangka mencegah wabah FB.
Kedua, dari aspek keamanan ayam, jika dipelihara bebas sering terjadi pencurian ataupun dimakan binatang liar. Ketiga, jika diperkotaan lahan untuk melepas ayam sudah semakin sempit. Sedangkan jika di pedesaan ayam kalu dilepas akan menuai protes dari penduduk lain, terkait dengan ketakutan FB.

Informasi bias yang diterima oleh masyarakat tentang penyakit FB sangat terasa sekali dengan protes dan keberatan warga jika ada yang memelihara ayam, baik di kurung maupun dilepas. Kondisi seperti riil terjadi di sebagian besar wilyah Indonesia, sehingga menjadi faktor terberat dan potensial pemusnah ayam kampung paling sistematis.

Jika tidak ada perubahan paradigma penyampaian informasi tentang penyakit FB yang benar, maka akan terjadi sebuah kondisi yang paling tragis. Ayam kampung akan hilang dari bumi Indonesia. Dan peribahasa di atas yaitu ”Ayam Arab punya Telur, Ayam Kampung punya Nama” bukan hanya peribahasa semata akan tetapi sudah pasti akan menjadi realita. (iyo)

Kampanye Makan Telur Pinsar

Pusat Informasi Pasar Unggas Nasional (Pinsar UN) kembali menggelar kampanye sadar gizi. Kali ini giliran anak-anak yang tergabung dalam program kursus menggambar Global Art yang sedang berkompetisi di Pluit Village, Jakarta, Minggu (18/10) .

Sementara dr Asrina Veranita memberikan informasi seputar pentingnya makan makanan yang bergizi dari daging dan telur ayam. Antusiasme anak-anak terlihat saat mendapat paket makanan yang berisi nugget dan telur rebus, mereka langsung melahap tanpa harus dikomando pembawa acara.

Acara tersebut dimeriahkan oleh penampilan Albert Fakdawer yang merupakan penyanyi dan aktor Indonesia yang melejit setelah menjadi pemeran utama dalam film layar lebar berjudul Denias dan Senandung di Atas Awan. (wan)

Visi ASEAN 2020: Saling Peduli dan Berbagi Untuk Dunia Peternakan

Latar belakang pendirian ASEAN tahun 1967 adalah untuk mewujudkan cita-cita luhur, yakni membentuk kawasan Asia Tenggara menjadi kawasan yang aman. Namun sejak tahun 1997, para pemimpin ASEAN mulai berpikir tentang pembangunan identitas kolektif di antara warga bangsa ASEAN melalui pencanangan ASEAN VISION 2020 sebagai komunitas Asia Tenggara yang saling peduli dan berbagi. Demikian disampaikan Dr Ir Ali Agus DAA DEA di depan peserta seminar internasional dan workshop yang diselenggarakan oleh Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Mengingat kebutuhan yang mendesak, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-12 di Cebu Filipina pun memutuskan untuk mempercepat pembentukan komunitas ASEAN, dari rencana semula tahun 2020 menjadi 2015. “Itu sebagai batas akhir pembentukan pasar barang, jasa, dan tenaga kerja global yang bebas di ASEAN,” ujar Dr Ir Ali Agus DAA DEA pada Rabu (14/10) saat berlangsung Seminar dan Workshop Internasional “ASEAN Vision 2020 in Higher Education of Animal Science.”

Oleh karena itu, seminar dan workshop yang berlangsung selama dua hari, 14-15 Oktober 2009, diharapkan mampu membentuk sebuah forum/network pendidikan tinggi peternakan di negara-negara Asia Tenggara, sebuah forum bernama South East Asia Network for Animal Science (SEANAS).

Enam pembicara yang hadir dalam acara ini adalah Prof Dr Ir Tri Yuwanta SU DEA (Dekan Fakultas Peternakan UGM), Prof Dr Suthut Siri (Head of Departement of Animal Technology, Faculty of Agricultural Product, Maijo University, Chiang Mai, Thailand), Prof Dr Halimatun Yaakub (Head of Departement of Animal Science, Faculty of Agriculture, University Putra Malaysia, Selangor, Malaysia). Selanjutnya, Dr Cesar C Sevilla (Director of Institute of Animal Science, Faculty of Agriculture, UPLB at Los Banos, Phillipines), Prof Dr Nguyen Xuan Trach (Dean of Faculty of Animal and Aquaculture Sciences, Hanoi University of Agriculture, Hanoi, Vietnam), dan Prof Dr Zaelan Jelan (President Malaysian Association of Animal Production).

Seminar dan workshop yang diikuti pimpinan perguruan tinggi di Indonesia dan ASEAN, serta mahasiswa S1, S2, dan S3 ini diharapkan pula mampu meningkatkan kepedulian akan kesepakatan komunitas ASEAN di tahun 2015. “Juga bisa meningkatkan jejaring sesama pengelola institusi pendidikan tinggi peternakan di kawasan ASEAN, serta membangun forum komunikasi di antara mereka,” pungkas Ali Agus berharap. (Sadarman)

Pahlawan Devisa Itupun Tergantikan oleh Peternakan

Oleh : Danang Herry Mantoro

Satu nusa satu bangsa satu bahasa kita
Tanah air pasti jaya
Untuk selama lamanya
Indonesia merdeka
Indonesia pusaka
Nusa bangsa dan bahasa
Kita bela bersama….

Sepenggal lagu kebangsaan tersebut diatas terasa sangat tersentuh apabila kita melihat pemberitaan di media cetak maupun elektronik akhir-akhir ini, dimana pekerja-pekerja asal Indonesia yang berada di luar negeri terutama di negeri tetangga banyak diusir secara paksa terkadang mendapat siksaan fisik. Pengusiran dilakukan terutama dengan alasan paling sering yaitu masuk ke negeri tetangga dengan illegal. Sungguh keadaan yang seharusnya tidak boleh terjadi mempertaruhkan harga diri dengan mengorbankan rasa kebangsaan dan kita tidak bisa berbuat apa-apa utnuk membantu saudara kita yang sering dibanggakan sebagai pahlawan devisa karena melalui mereka keluarganya bisa mendapatkan uang yang nilainya mencapai 1.7 triyun pada saat periode lebaran tahun 2009 atau 1430 Hijriyah lalu.

Angka yang mungkin terlihat besar kalau kita hanya melihat sesaat, tetapi menjadi tidak ada artinya karena sesungguhnya kita akan mendapakan penghasilan berlipat dari nilai diatas jika kita mau menggerakkan roda perekonomian bangsa. Salah satunya dari sektor pertanian, tanpa kita harus mengorbankan harga diri kita, tanpa kita harus men-sweeping warga negara yang telah mengusir saudara kita. Tapi mari kita ciptakan negeri ini sebagai magnet bagi warga negara lain untuk mengabdikan diri mereka kepada warga Negara Indonesia yang terkenal sangat ramah dan penuh penghormatan kepada para tamunya dengan menggiatkan kemampuan roda perekonomian. Sepatutnya kita bisa gali kembali potensi yang tertutupi oleh kemilau angin surga akan mimpi sebagai negara industri yang terlalu dini tanpa berpijak pada kemampuan dasar bangsa ini sebagai negara agraris.

Mari kita mencoba memikirkan kenapa mereka rela meninggalkan keluarga mengurangi hak sebagai orangtua untuk menyaksikan kebebasan dan kebahagian anak-anaknya berkembang bersamanya dan rela mengabdi kepada bangsa lain demi rupiah. Sebaliknya pemerintah mendukungnya dengan memberi gelar kehormatan sebagai pahlawan devisa sebuah gelar yang sangat tinggi sebagai PAHLAWAN yang bisa jadi pemberian gelar tersebut hanya untuk menutupi ketidakmampuan pemerintah membuka peluang lapangan kerja di negeri sendiri.

Sontak pemberian gelar tersebut secara tidak langsung memacu jumlah tenaga kerja yang dikirim keluar negeri dan semakin membuat insan Indonesia lupa untuk mengolah dan menggali potensi anugerah Illahi. Jika mereka harus di usir di hina dan disiksa maka hal tersebut akan dipermaklumkan sebagai salah satu wujud perjuangan sebagai pelengkap gelar Pahlawan devisa yang mengorbankan harga diri demi ringgit, dollar ataupun real…… Dimanakah hati nurani kita sebagai bangsa yang dikaruniai oleh Sang Khalik kekayaan alam yang sungguh luar biasa dan sampai detik ini masih menyia-nyiakan anugerah-Nya dengan menelantarkan sumber daya alam yang kita miliki.

Mari kita balas perlakuan mereka dengan menunjukkan bahwa kita bisa menjadikan negeri ini sebagai magnet bagi mereka dibawah kendali bangsa ini kita menjadi tuan rumah dinegeri sendiri, biarkan insan-insan Indonesia yang cerdas menjadi pemimpin di negerinya karena mampu mengelola sumber daya alam sebagai senjata paling tajam melebihi runcingnya bayonet ataupun tajamnya pisau belati.

Seandainya kita berhitung dari sub sektor peternakan sebagai bagian dari sektor pertanian untuk menyumbang tenaga kerja sebagai langkah mengurangi pergerakan tenaga kerja ke luar negeri dengan pemanfaat maksimal dengan kemampuan menyediakan harga ekonomis dan terjangkau bagi masyarakat dan akan meningkatkan konsumsi daging dan telur hingga mampu menyamai Malaysia maka kita akan dapat meningkatkan jumlah kesempatan memperoleh pekerjaan di peternakan 8 kali lipat dari sekarang.

Dengan perhitungan sederhana,jika saat ini sektor peternakan dan pendukungnya mampu mempekerjakan 2,5 juta rumah tangga petani peternak, maka akan ada tambahan 7 kali dari sekarang atau ada tambahan 7 kali 2,5 juta setara dengan 17,5 juta tenaga kerja tambahan terserap di bidang peternakan.
Jika kita menilik berapa nilai yang akan didapatkan dengan penambahan konsumsi per kapita setara dengan Malaysia dalam bentuk rupiah akan terkumpul nilai seperti perhitungan di bawah ini.
  • I. Produksi DOC 25.000.000 per minggu
  1. Anak kandang = 25.000.000/500*8 periode = 400.000 orang
  2. Penjual ayam = 25.000.000/7 hari/25 ekor = 150.000 orang
  3. Penangkap = 25.000.000/7 hari/1000 ekor*7 orang = 25.000 orang
  4. Breeder dan Hatchery = 15.000 orang
  5. Pakan = 15.000 orang
  6. Petani jagung = (25.000.000*2kg*52mg*4) / (2 periode*7 ton/ha*2) = 312.000 orang
  7. Petani kedelai dan bahan baku lain = 312.000 orang
TOTAL = 1.229.000 orang

  • II. Dengan perhitungan yang hampir sama dengan konsumsi perkapita telur yang sekitar 80 butir pertahun akan didapatkan pula jumlah tenaga kerja pada bidang peternakan ayam petelur berkisar 1.250.000 orang yang berarti jumlah total perkiraan tenaga kerja di bidang peternakan ayam bukan ras baik pedaging dan petelur berkisar 2.500.000 orang.

Berdasarkan asumsi di atas, jika kita berhasil mengejar ketertinggalan konsumsi perkapita baik telur maupun daging asal unggas setara dengan Negeri Malaysia, maka kita harus memacu produksi kita delapan kali lipat dari sekarang yang tentunya akan mempeluas kesempatan kerja melonjak menjadi 2.500.000 kali 8 (delapan) atau 20.000.000 juta orang akan terkait secara langsung sebagai tenaga kerja pendukung sub sektor peternakan dengan kata lain akan tersedia tambahan lapangan pekerjaan sebesar 17.500.000 orang.

Sungguh jumlah yang sangat tidak sedikit dan akan sangat berarti bagi bangsa ini, kita tidakperlu lagi mengirimkan tenaga kerja keluar negeri yang berarti mengurangi kebersamaan keluarga, dan kita akan kembali mengingatkan sistem pertanian nenek moyang kita dimana keluarga petani hidup dan mencari kehidupan disekitar rumah mereka sebagai petani yang tangguh yang mampu menciptakan kreatifitasnya untuk kemajuan diri, keluarga, bangsa dan Negara.

Dengan kata lain maka aborsi DOC yang tidak lebih hanya merupakan legalitas atas penjunjungan kepentingan konglomerasi sebagian pelaku perunggasan sudah selayaknya untuk tidak dilakukan karena hal tersebut merupakan pembodohan publik yang terencana berkedok penyelamatan perunggasan bangsa. Biarkan bangsa ini mencari jati diri dengan membanggakan apa yang pantas untuk dibanggakan sebagai bangsa yang bermartabat. Satu sisi untuk penyelamatan kepentingan sepihak, malah sektor peternakan petelur dibuat babak belur karenanya. Saatnya untuk menciptakan produk berdaya saing tinggi dengan biaya ekonomis tetapi menguntungkan bukan dengan biaya tinggi tetapi menguntungkan dengan mengorbankan kesempatan warga Negara membeli produk asal unggas.

Seandainya kita berhitung berapakah nilai uang yang akan didapatkan seandainya kita benar-benar menggali potensi peternkan kita maka akan didapatkan nilai yang sungguh luar biasa dan kita akan dibuat berdecak kagum karenanya. Mari kita coba buktikan dengan asumsi yang akan dilukiskan sebagai berikut, jika keuntungan dari jumlah produksi DOC 25.000.000 ekor per minggu adalah Rp 1.000/ekor maka akan didapatkan nilai 25 milyar per minggu atau 200 Milyar per 8 minggu produksi.

Jika kita bisa melipatgandakan konsumsi perkapita dengan menyediakan produk asal unggas yang murah menjadi 8 kali dari sekarang maka akan terkumpul satu periode adalah tidak kurang dari 1,6 Trilyun setara dengan jumlah uang TKI yang dikirimkan selama periode lebaran tahun 2009. Sungguh pahlawan devisa tersebut bisa tergantikan oleh bidang peternakan tanpa harus mengorbankan harga dan martabat sebagai bangsa Indonesia dan penulis yakin Indonesia mampu menjadi magnet yang akan menggaet perhatian dunia.

Dan akhirnya sempalan lirik lagu …… NUSA BANGSA DAN BAHASA KITA BELA BERSAMA …. Akan semakin terasa merdu dan membanggakan setiap warga Negara INDONESIA meresap keseluruh relung sebagai pengejawantahan dan perwujudan SUMPAH PEMUDA 28 OKTOBER 1928. Salam Peternak! (Red)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer