Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Drh Sugeng Pujiono, Hidup Itu Harus Bekerja Keras, Cerdas dan Ikhlas

Drh Sugeng Pujiono, Hidup Itu Harus Bekerja Keras, Cerdas dan Ikhlas

Mengangkat profil seseorang selalu mengundang ketertarikan tersendiri bagi Infovet. Untuk itu pada kesempatan kali ini Infovet mengangkat profil seorang yang sukses di bisnis obat hewan. Ia mulai meniti karirnya dari bawah hingga kini menduduki posisi salah satu top manajemen di perusahaannya.
Adalah Drh Sugeng Pujiono pria kelahiran Gresik, 20 November 1963 yang kini menjabat sebagai Marketing Manager PT Sanbe Farma. Sugeng sendiri kaget kenapa harus profil dirinya yang diangkat. Namun kami (red. Infovet) berusaha memberikan penjelasan bahwa Sugeng dinilai sebagai salah satu tokoh bidang peternakan yang karirnya cukup sukses mulai dari bawah hingga posisinya saat ini.
Dibawah tangan dinginnnya, Sanbe Divisi Animal Health berhasil menjadi perusahaan nomor satu di bisnis obat hewan Indonesia dan bahkan berhasil menanamkan fondasi yang kuat di segmen pasar akuakultur.
Namun Sugeng malah menjawab, “Seharusnya yang diangkat adalah keberhasilan pimpinan saya, Drs. Jahja Santosa, Apt. yang telah berhasil membawa Sanbe hingga seperti sekarang ini. Atau juga seluruh anggota tim Sanbe yang menurut saya keberhasilan karir saya tak lepas dari kerja kolektif teman-teman di tim Sanbe,” ujar Sugeng dengan rendah hati.

Mulai Karir Dari Bawah
Dari awal karirnya Sugeng selalu menanamkan prinsip bahwa bekerja itu adalah ibadah. Jadi kalau dipercaya untuk memimpin itu sudah seperti menjalankan amanah. “Dalam hidup motto saya adalah Do the best what can we do, jadi prinsipnya ya melakukan yang terbaik apa bisa kita lakukan,” ujar pria dengan 7 putri dan 1 putra ini.
Dengan guyonannya yang santai Sugeng menuturkan bahwa dia adalah orang yang paling tidak laku di jual diperusahaan, oleh karena itu ia menjadi karyawan yang paling awet di Sanbe.
Semenjak lulus dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga di tahun 1988 ia langsung menjejakkan kakinya di blantika bisnis obat hewan melalui PT Sanbe Farma. Dengan predikat Veterinary Representative ia “membuka hutan” (red. pasar obat hewan) di wilayah Medan mencari titik dimana lokasi peternakan berada yang kelak menjadi pelanggan setia Sanbe. Setelah dua tahun di Medan, tepatnya tahun 1990, Sugeng kembali diminta merambah hutan bisnis obat hewan oleh Sanbe, kali ini di Banjarmasin. Hingga petualangannya, sebagai Vet Rep Sanbe berlanjut ke Samarinda, Kalimantan Timur di tahun 1992.
Berikutnya di tahun 1993, baru ia dipindahtugaskan ke Jawa Timur. Disinilah karirnya mulai menanjak cepat mulai dari Vet Rep, Wakil Supervisor, Supervisor, Regional Manager, Sales Manager dan posisi terakhir sekarang Marketing Manager Sanbe (mulai tahun 2004) dan Marketing Manager PT Caprifarmindo Labs (mulai tahun 2007).
Keberhasilan karir Sugeng tak lepas dari filosofi hidupnya yang selalu dicamkannya yaitu dalam bekerja itu harus kerja keras, cerdas dan ikhlas. Selain belajar dari pengalaman, ia juga rajin mengikuti berbagai pelatihan teknik marketing dan kepemimpinan. Tak hanya menjadi peserta pelatihan ia pun juga kerap didaulat menjadi pengisi seminar dan instruktur pelatihan bidang peternakan dan kesehatan hewan. Salah satunya adalah menjadi instruktur Training “Menjadi Marketer Handal di Industri Kesehatan Hewan” yang diadakan ASOHI, April 2008 lalu di Jakarta.

Jiwa Marketing Ditempa Sejak Kuliah
Ia menyelesaikan pendidikan dokter hewannya selama 7 tahun, namun tak sekadar kuliah ia juga membangun bisnis sampingan yang kini juga telah berbuah sukses. Sembari kuliah ia membuka bimbingan belajar bagi siswa SMA. Sugeng bertugas sebagai koordinator dan pengajar, bersama teman-temannya ia mengajar lebih dari 400 murid setiap tahunnya. Berangkat dari situ ia mulai belajar ilmu marketing tentang bagaimana cara mendapatkan peserta bimbel yang banyak dan mempertahankan loyalitas mereka.
Pengalaman marketingnya juga ditempa sewaktu menjalankan ko-ass sebagai medical representative sebuah perusahaan farmasi selama satu tahun (1987-1988). Di perusahaan itu, Sanbe Farma justru menjadi pesaing utama bagi perusahaan yang Sugeng enggan menyebutkan namanya itu. Sebagai kompetitor, justru Sugeng mengagumi cara kerja Sanbe dan bagaimana citra perusahaan itu dibentuk dan dikenal baik oleh pelanggannya. Oleh karena itu, selepas keluar dari perusahaan lamanya, Sugeng langsung bergabung dengan Sanbe Farma sebagai Vet Rep.

Catatan Sugeng tentang Perunggasan
Dari pengalaman Sugeng diperunggasan selama lebih dari 20 tahun, ia mencatat yang hal yang fenomenal adalah perubahan kualitas genetik ayam ras. Selain itu wawasan peternak pun kini telah cukup baik dalam mengikuti perkembangan khususnya dari segi pemeliharaan kesehatan hewan dan manajemen pemeliharaan.
Untuk broiler kalau dulu diera tahun 80-an untuk mencapai berat badan 1 kilo selama 30 hari pemeliharaan itu sangat sulit sekali dicapai. Namun kini ayam broiler umur 30 hari dengan manajemen yang baik mampu mencapai bobot 1,6 kg.
Lebih lanjut, kalau dulu peternak agak ‘ndableg’ bila diberi masukan mengenai manajemen pemeliharaan atau pengetahuan terbaru. Mereka selalu bilang, “Ah, pakai cara yang lama saja Mas, wong gak pake begitu-begitu juga masih jalan kok.”
Sugeng melanjutkan, “Tapi kondisi itu sudah terbalik sekarang. Kini peternak lebih terbuka terhadap perkembangan iptek. Kalau saja masih ada peternak yang kolot seperti itu, saya jamin tidak lama pasti bakal tutup farmnya.”
Perubahan fenomenal lainnya adalah berubahnya skala kepemilikan peternak. Kalau dulu peternak yang memelihara 500-1000 ekor ayam itu sangat banyak sekali dan menyebar, contohnya dulu seperti peternakan di daerah Jatim, Jateng, Jabar, dan Kalimantan.
“Namun kini kondisinya telah berubah, banyak peternak memilih beternak ayam dengan skala menengah ke atas, mungkin melihat dari sisi ekonomis dan efisiensinya. Sehingga bisa dikatakan jumlah pemainnya tidak banyak,” kata Sugeng.
Hanya dari sisi volume total produksi DOC, Sugeng menilai dibandingkan 20 tahun yang lalu kenaikannya masih stagnan atau tidak mengalami kenaikan yang signifikan.

Peran Sanbe Memajukan Perunggasan
“Sanbe ada karena peternak ada, jadi kalau peternak itu tumbuh maka Sanbe juga akan tumbuh bersama peternak. Bagaimana caranya supaya sama-sama tumbuh, yaitu saling memberdayakan. Dalam hal ini peternak tidak dibiarkan jalan sendiri tapi juga dibimbing dengan bantuan dan konseling,” jelas Sugeng.
Selanjutnya, Sugeng menjelaskan, Sanbe membantu dengan dua aspek yaitu bantuan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan dukungan dana. Untuk meningkatkan kualitas SDM peternak, Sanbe biasanya melakukannya secara personal maupun massal. Secara personal dapat dilakukan dengan konsultasi teknis dengan tenaga lapangan Sanbe langsung di farm. Sementara secara massal dilakukan dengan rutin mengumpulkan peternak untuk dilakukan penyuluhan. Dan setiap tenaga lapangan Sanbe memang diwajibkan dan dituntut mampu melakukan hal ini.
Selain itu Sanbe juga rutin melakukan pelatihan yang bisa dilakukan di kantor pusat Sanbe di Bandung atau dilokasi tempat peternak berada. Pelatihan ditempat biasanya dilakukan bila lokasi farm di luar pulau jawa karena pertimbangan efisiensi waktu dan biaya.
Selanjutnya guna memberdayakan peternak Sanbe juga menyediakan fasilitas bantuan dana yang dikhususkan bagi pengembangan skala usaha peternakannya. Dengan begitu akan terjalin kerjasama yang saling sinergis dan menguntungkan. Bantuan dana ini dalam bentuk pinjaman tanpa bunga dan telah dimulai sejak era krisis moneter tahun 2007. Hal-hal tersebut itulah yang menjadi bagian pelayanan prima PT Sanbe Farma. Banyak peternak yang merasakan manfaat dari segala pelayanan prima Sanbe ini namun belum banyak terekspos.
Intinya Sanbe memberikan pencerahan dan pemberdayaan ke peternak, karena Sanbe ada karena peternak ada. Sesuai dengan visi Sanbe yaitu tumbuh dan berkembang bersama peternak. Sedangkan Sanbe mengemban misi untuk menyediakan sarana kesehatan hewan yang dibutuhkan peternak berupa obat-obatan dan vaksin yang bermutu.
“Untuk itu kini Sanbe telah memiliki pabrik vaksin termutakhir PT Caprifarmindo Labs. yang dilengkapi dengan laboratorium berstandar BSL3. PT Caprifarmindo memproduksi hampir seluruh vaksin untuk ternak mulai dari unggas, sapi, babi, kerbau, hewan kesayangan, hingga vaksin untuk udang dan ikan,” pungkas Sugeng.

HPP TELUR AYAM RAS, SEKARANG BERAPA?

Ekbis Infovet Edisi 169 Agustus 2008

HPP TELUR AYAM RAS, SEKARANG BERAPA?
Drh Djarot Winarno

Kenaikan harga bahan bakar minyak, tentu sangat berpengaruh terhadap kenaikan harga bahan baku pakan ayam. Terutama bahan baku yang berasal dari luar negeri atau impor. Lebih-lebih dengan naiknya permintaan pasar internasional dan pemakaian sebagian bahan baku pakan untuk memproduksi energi, maka harganya pun menjadi semakin mahal. Pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap biaya transport juga sangat terasa sekali, semakin mahal. Selanjutnya, akan sangat berpengaruh terhadap harga pokok produksi telur.
Harga pokok produksi (HPP) merupakan puncak dari berbagai variabel kegiatan manajemen peternakan ayam petelur. Komponen-komponen pembentuk harga pokok produksi telur : (1) pakan, (2) biaya operasional (upah, bahan bakar minyak, listrik, telepon, material-material, perawatan), (3) penyusutan pullet (ayam dara sampai dengan umur 19 minggu), (4) penyusutan investasi infrastruktur (kandang, gudang pakan dan telur, mess, kantor, listrik, jalan dll), (5) biaya penjualan (6) obat, vaksin, vitamin dan kimia, dan (7) biaya lain-lain.

Komponen Pembentuk Harga Pokok Produksi Telur
1. Pakan
Harga pakan jadi/komplit buatan pabrik di Jawa Timur yang berlaku saat tulisan ini dibuat, per 1 Juli 2008, rata-rata Rp 3.700,-/kg. Ditambah biaya kirim ke kandang dengan jarak 100 km dan upah menurunkan, lebih kurang Rp 75,-/kg. Jadi, harga pakan, sampai dimakan ayam, menjadi Rp 3.775,-/kg. Dikalikan FCR (feed conversion ratio) total populasi ayam petelur yang berproduksi, umur 20 s/d 80 minggu, rata-rata 2.35, maka biaya pakan, Rp 8.871,-/kg.
2. Biaya Operasional
Yang termasuk biaya operasional adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan peternakan ayam petelur untuk berproduksi. Meliputi listrik, telepon, air, upah/gaji tenaga kerja, perawatan, material-material, sosial, kesehatan, pengamanan dan lain-lain. Antara satu peternakan dengan peternakan yang lain tentu saja berbeda. Tergantung dari sistem kandang yang digunakan, alat dan cara pemberian pakan dan minum, apakah manual, semi-otomatis atau otomatis. Menurut pengalaman peternak di Jawa Timur, dengan cara pemberian pakan dan minum secara manual, biaya operasionalnya lebih kurang Rp 700,-/kg. Bila semi-otomatis atau otomatis, biayanya bisa lebih murah Rp 100 – 200,-/kg.
3. Penyusutan Pullet
Yang dianggap pullet di sini adalah ayam dara sampai dengan umur 133 hari (umur 19 minggu, hari ke-7). Sedangkan yang dimaksud layer adalah ayam petelur umur 134 hari (umur 20 minggu, hari ke-1) s/d 80 minggu. Dengan harga anak ayam, pakan, biaya operasional, vaksin, vitamin, kimia dan lain-lain yang berlaku saat ini, per 1 Juli 2008, harga pullet sampai dengan umur 133 hari, lebih kurang Rp 50.000,-/ekor.
Saat layer tua diafkir pada umur 80 minggu, harga di Jawa Timur rata-rata hanya Rp 10.000,-/kg. Bobot badan rata-rata 1,9 kg/ekor = Rp 19.000,-/ekor. Sedangkan sisa hidup saat diafkir pada umur 80 minggu, rata-rata 17,5%. Jadi, pendapatan dari ayam afkir Rp 19.000,- x 82,5%=Rp16.625,-/ekor. Nilai penyusutan pullet adalah harga awal masa produksi, dikurangi pendapatan afkir, sisa Rp 33.375,-/ekor, dibagi pendapatan telur dalam 1 (satu) periode s/d umur 80 minggu, rata-rata 19 kg telur/ekor = Rp 1.756,-/kg.
4. Biaya Penyusutan Investasi Kandang dan Infrastruktur
Beban biaya penyusutan investasi kandang dan infra-struktur penunjang, tidak termasuk nilai lahan. Karena lahan nilainya tidak menyusut, malah akan naik terus dari waktu ke waktu.
Kandang dan infra-struktur penunjang yang sudah ada saat ini, pada umumnya dibuat 3 – 10 tahun yang lalu dimana nilainya saat itu rata-rata Rp 40.000,-/ekor. Hampir tidak ada investasi kandang baru dalam 3 (tiga) tahun terakhir. Dengan perhitungan masa pakai bisa 10 tahun (= 7 periode), maka nilai penyusutan investasi awal sama dengan Rp 40.000 : 7 periode : 19 kg telur per periode, Rp 300,-/kg.
Bagi Anda yang sering memundurkan jadwal afkir, 6 – 10 minggu tiap periode, maka pemakaian kandang tidak bisa 7 (tujuh) periode dalam 10 (sepuluh) tahun, hanya 6 (enam) periode saja. Nilai penyusutan investasinya menjadi Rp 40.000 : 6 periode : 21 kg (karena umur afkirnya dimundurkan, tapi produktifitasnya sudah jelek) = Rp 317,-/kg. Malah jadi lebih mahal.
Belum lagi tingginya rasio upah tenaga kerja akibat rendahnya produktifitas layer yang sudah tua, yang sebenarnya sudah tidak layak “pakai”. Kualitas telur jadi menurun, resikonya banyak keluhan dari pelanggan telur. Persentase telur retak dan pecah meningkat. FCR ayam tua juga sangat jelek, lebih dari 2,5. Akibatnya, pemanfaat investasi kandang dan infrastruktur menjadi kurang ekonomis. Ini sebagai bahan renungan bagi Anda, para peternak petelur.
5. Biaya Penjualan
Setelah telur diproduksi, masih ada biaya yang harus dikeluarkan untuk menjualnya walaupun dijual di tempat (loco) di kandang atau gudang telur. Biaya-biaya itu meliputi telepon, listrik, susut bobot, retak, pecah, upah tenaga kerja, kemasan (peti kayu, egg trey, tali, label dan lain-lain). Rata-rata biaya penjualan Rp 200,-/kg.
6. Obat-obatan, Vaksin dan Kimia (O.V.K.)
Perusahaan peternakan ayam petelur, karena mengelola makhluk hidup, maka memerlukan obat-obatan (antibiotik, anti cacing), vaksin (vaksin mati dan vaksin hidup) dan kimia (desinfektan, insektisida, vitamin) supaya ayam tetap sehat dan berproduksi secara optimal. Vaksinasi terhadap beberapa penyakit harus diulang berkala, obat cacing perlu diulang berkala, pemberantasan hama lalat dan kutu, biosekuriti dan vitamin juga harus diberikan secara berkala. Total biaya OVK bila dirata-rata tidak kurang dari Rp 250,-/kg.
7. Biaya Lain-lain
Dalam perjalanan suatu perusahaan, tidak terlepas dari hal-hal yang terjadi di luar perkiraan atau tak terduga. Biasanya menyangkut biaya sosial, kesehatan karyawan, keamanan, kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja. Maka, perlu dicadangkan biaya tak terduga, diperkirakan rata-ratanya perlu anggaran sebesar Rp 50,-/kg.

Catatan : dalam pembahasan ini diasumsikan semua biaya investasi dari “kantong” sendiri. Dianggap tidak pakai uang bank. Maka, tidak ada biaya bunga dan angsuran hutang ke bank. Istilahnya, pakai “uang dingin”, bukan “uang panas”.

Rangkuman biaya-biaya :
1. Pakan ………… Rp 8.871,- (74.15%)
2. B.O. ………….. Rp 700,- ( 5.77%)
3. Pullet ………… Rp 1.756,- (14.48%)
4. Investasi ….. Rp 300,- ( 2.47%)
5. Penjualan ... Rp 200,- ( 1.65%)
6. O.V.K ………… Rp 250,- ( 2.06%)
7. Lain-lain …… Rp 50,- ( 0.41%)
Total Rp 12.127,-(100 %)

Berikutnya, supaya gampang menghitung secara cepat, rasio harga pokok produksi (= R.H.P.P.), yaitu harga pokok produksi telur Rp 12.127 : harga pakan Rp 3.775,-/kg = 3,2.

RUMUS
HPP TELUR = HARGA PAKAN X 3.2

Kalau toh ada selisih hitungan secara akunting, bisa dipastikan tidak akan banyak, Rp 100 – 200,-/kg. Persoalannya, bagaimana caranya peternak petelur bisa menekan HPP supaya kompetitif (punya daya saing tinggi, tidak tergantung dari tingginya harga jual) dan bisa bertahan dikancah peternakan ayam petelur serta masih bisa mendapat untung.

Evaluasi Manajemen Peternakan
Sebelumnya, mari kita mawas diri dulu, apakah manajemen peternakan ayam petelur yang Anda kelola sudah berada di jalur yang baik dan benar, baik efisiensi mau pun performance-nya :
1. Ke-1 : High Cost – High Performance
2. Ke-2 : Low Cost – Low Performance
3. Ke-3 : High Cost – Low Performance
4. Ke-4 : Low Cost – High Performance
Sekarang coba Anda tinjau dan atau evaluasi, apakah biaya-biaya untuk menghasilkan telur di perusahaan Anda sudah efisien. Terutama biaya pakan, biaya operasional dan biaya penyusutan pullet. Karena ketiga biaya tersebut menempati porsi yang paling banyak dan menentukan, yaitu 94.5%. Dan, Anda evaluasi apakah performance-nya sudah baik dan benar.
Bila Anda berada di jalur ke-1, mungkin masih bisa untung. Karena, dengan HC-HP, ada kemungkinan bisa tercapai FCR 2.1 – 2.2 dan gambaran grafik produksinya tidak turun secara curam tetapi bisa landai.
Bila Anda berada di jalur ke-2, LC-LP, umumnya masih bisa bertahan. Asal efisiensi biaya operasional dan pakan harus cukup nyata. Biaya operasional harus bisa lebih rendah Rp 200,-/kg telur dibanding peternak layer yang lain dan harga pakan harus bisa lebih murah Rp 200 – 300,-/kg dibanding peternak layer lain. Walaupun produktifitasnya lebih rendah, tetap ada selisih lebih antara harga jual telur dengan harga pokok produksi. Saran saya, cari upaya supaya ada sedikit peningkatan produktifitas.
Bila Anda berada di jalur ke-3, HC-LP, hampir bisa dipastikan rugi. Bila Anda masih ingin mempertahankan peternakan yang sudah di jalur ini, Anda harus melakukan “reformasi” manajemen, terutama di level pimpinan.
Pada umumnya, perusahaan yang berjalan di jalur ke-3 ini, struktur organisasinya “gembung” seperti buah apel. Jadi, salah satu programnya harus dilakukan perampingan struktur organisasinya menjadi “segitiga sama kaki”, kokoh.
Kenyataan di lapangan, semakin banyak karyawan, bisa dipastikan semakin banyak masalah. Belum tentu karyawan yang direkrut mampu menyelesaikan masalah.
Cari karyawan yang memang mampu, profesional (jujur, disiplin, punya integritas pribadi yang utuh) dan berdedikasi tinggi. Ingat prinsip dasar dalam menyusun struktur organisasi, the rigth man on the right place (orang yang tepat didudukkan di posisi yang tepat). Bila sudah tidak mampu dan atau tidak mau mempertahankan lagi, saran saya, dijual saja atau di-“likuidasi”. Untuk apa “capek-capek” bekerja tetapi malah rugi.
Jalur ke-4, LC-HP, merupakan idaman semua peternak layer. Perusahaan yang berjalan di jalur ini, biasanya, struktur organisasinya ramping, masa kerja karyawannya relatif lama (rata-rata bisa >5 tahun), terbentuk teamwork yang harmonis dimana masing-masing orang jelas job description-nya dan hampir-hampir tidak ada konflik internal.

Capai Efisiensi
Supaya bisa efisien, perlu dibenahi rasio-rasionya, sebagai berikut :
1. Rasio Populasi
Yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah total populasi layer atau ayam petelur yang berproduksi, yaitu mulai umur 20 – 80 minggu, dibagi semua karyawan yang terlibat mengelola suatu peternakan. Mulai Manajer, Kepala Bagian, Mandor, Staf, Satpam, karyawan kandang, karyawan gudang pakan, gudang telur, perawatan, umum dan lain-lain. Untuk peternakan dengan sistem kandang terbuka dan pemberian pakan dan minumnya manual, seyogyanya, rasionya tidak kurang dari 2.000 ekor per orang. Bila rasionya kurang dari 2.000 ekor per orang, biaya upah tenaga kerjanya menjadi relatif mahal. Upah tenaga kerja memakai patokan Upah Minimum Kabupaten (UMP) setempat.
Bila pemberian air minumnya pakai neaple, rasionya bisa 2.500 ekor per orang. Bila pemberian air minum dan pakan pakai sistem semi otomatis tanpa energi listrik (hopper dorong), rasionya bisa lebih dari 3.000 ekor per orang.
Bila sistem kandang, tata letak dan tata kelolanya dirancang sejak awal, rasionya bisa >3.000 ekor per orang. Biaya upah tenaga kerja tentu saja menjadi relatif lebih murah walau pun Anda memberi upah 125 - 150 % di atas Upah Minimum Kabupaten setempat. Keuntungannya, karyawan lebih mudah diatur karena orangnya sedikit tapi dengan take home pay tinggi, produktifitasnya menjadi lebih tinggi dan “betah” bekerja di tempat Anda. Tidak terjadi “gonta-ganti” karyawan terlalu sering.
2. Rasio Biaya Operasional
Biaya operasional ada yang bersifat tetap (fixed cost), ada yang bersifat tidak tetap (vaiable cost). Logikanya, sebaiknya Anda harus bisa menekan biaya tetap. Misalnya, menggunakan karyawan tetap sedikit saja, yaitu sebatas tenaga inti atau tenaga terampil. Selebihnya, yang tidak memerlukan keterampilan tinggi, cukup menggunakan karyawan harian dan atau borongan. Di peternakan ayam pedaging, semua karyawan kandang sistem upahnya borongan.
3. Rasio Konversi Pakan (Feed Conversion Ratio = FCR)
Porsi terbesar komponen pembentuk harga pokok produksi telur adalah pakan yaitu lebih kurang 75%. Maka dari itu segala daya upaya harus diusahakan bisa menghasilkan penghematan pemakaian pakan tetapi tanpa mengorbankan sisi produktifitas. Semua strain layer yang beredar di Indonesia mengaku bahwa, FCR strainnya bisa 2.1–2.2. Kenapa tidak bisa? Pengalaman banyak peternak layer di Jatim, FCR tersebut bisa dicapai dan dipertahankan selama bertahun-tahun, sejak 1995 sampai sekarang. Pemberian pakannya secara manual, tetapi pemberian air minum pada umumnya sudah pakai nipple.
Coba Anda hitung berapa rupiah yang menguap (potential loss) bila FCR 2.35 dibanding FCR 2.20. Berarti ada penghematan pemakaian pakan sebesar 0.150 kg pakan/kg telur x harga pakan Rp 3.775 = Rp 566,-/kg telur.
Anda yang punya layer 100.000 ekor, nilai penghematannya : produksi rata-rata 5.000 kg x Rp 566,- = Rp 2.830.000,-/hari x 30 hari = Rp 84.900.000,-/bulan x 12 bulan = Rp1.018.800.000,-/tahun. Sungguh fantastis.
Padahal ini hitungan dari jumlah layer 100.000 ekor saja. Bagi Anda yang punya layer banyak, >200.000 ekor, tidak akan rugi bila mengkaryakan tenaga ahli dengan gaji di atas Rp 10.000.000,-/bulan, dengan catatan performance dan efisiensi, yaitu egg mass >50 kg/1.000 ekor dan FCR maksimum 2.20.
Pemberian air minum ayam pakai nipple, jauh lebih hemat biaya listrik dan air serta hampir-hampir tidak ada limbah. Pemakaian pakannya juga bisa hemat 2 – 3 gram/ekor/hari dibanding pemberian air minum pakai talang.
Pemberian pakan ayam pakai corong (hopper) yang didorong tenaga manusia sangat menghemat pakan, bisa mencapai 2 – 3 gram/ekor/hari dibanding pemberian pakan secara manual pakai tenaga manusia. Karena pakan yang tercecer hampir tidak ada. Bila Anda mau, konstruksi kandang yang sudah ada bisa dimodifikasi supaya bisa pakai nipple dan hopper.
Kombinasi keduanya, pemberian air minum pakai nipple dan pemberian pakan pakai hopper, bisa menghemat pemakaian pakan lebih kurang 5 (lima) gram/ekor/hari. Tanpa perlu membatasi jatah pakan ayam. Pemberian pakan bisa tetap ad libitum. Artinya, biarkan ayam yang mengatur seberapa jumlah nutrisi yang dibutuh sesuai umurnya. Karena layer sangat jujur, dikasih makan sedikit, produksi telurnya sedikit dan kecil. Dikasih makan banyak, produksi telurnya banyak dan besar. Ingat, harga pakan sangatlah mahal. Tiap gram yang bisa dihemat, akan sangat bermanfaat.
4. Rasio Produktifitas Layer
Peternak layer wajib punya catatan (recording) produksi bukan yang harian (Hen Day) saja, tetapi harus lengkap sampai recording per periode (Hen House). Produktifitas layer, umur 20 – 80 minggu, usahakan bisa mencapai rata-rata minimum 50 kg telur/1.000 ekor. Sedangkan sebagai bahan evaluasi per periode hen house, produksi telur seharusnya bisa mencapai 20 kg telur/ ekor pada umur 76–80 minggu. Standard tersebut bisa dicapai bila produktifitas telur harian tinggi, >50 kg telur/1.000 ekor dan diimbangi dengan susut jumlah ayam rendah, seperiode tidak lebih dari 10% (=0.6% per bulan).
Demikian sekilas ringkas hitungan harga pokok produksi telur saat ini, dengan dasar harga pakan dan anak ayam yang berlaku per 01 Juli 2008. Bila, pada kemudian hari harga pakan, anak ayam, upah tenaga kerja, bahan bakar minyak naik lagi, berapa pun naiknya, maka cara menghitungnya mudah sekali. Demikian juga bila terjadi sebaliknya, harga-harga turun. HPP telur = harga pakan x 3,2.
Semoga bermanfaat.

South East Asia Seminar Alltech Soroti Teknologi Pakan Terbaru

Info Iptek Edisi 169 Agustus 2008

South East Asia Seminar Alltech Soroti Teknologi Pakan Terbaru

Para ahli di bidang perunggasan menggarisbawahi perlunya membuka pandangan terhadap berbagai peluang yang ada. Khususnya dalam teknologi pakan ternak dengan menggunakan teknologi-teknologi terbaru dan teknik-teknik inovatif untuk membantu memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi produsen ternak unggas. Salah satu upaya yang bisa dilakukan melalui pengembangan potensi genetik, menggunakan by-product alternatif dan terus meningkatkan profit.
Hal inilah yang melatarbelakangi diselenggarakannya Alltech’s Poultry Seminar berjudul “How to achieve optimum performance naturally”. Seminar ini diselenggarakan di seluruh wilayah Asia Tenggara pada tanggal 23-27 Juli 2008.
Mr. Aziz Sacranie, Technical Poultry Director Alltech memberikan review mengenai aplikasi selenium di dalam industri perunggasan serta Mr. Cemlyn Martin, General Manager Alltech untuk Asia Tenggara, yang membuka seminar tersebut dengan memberikan gambaran mengenai industri perunggasan di wilayah Asia Tenggara.
Sacranie mengatakan, “Kondisi usaha perunggasan saat ini penuh dengan tantangan. Dimana biaya pakan dan produksi kian meningkat, di lain pihak tuntutan untuk terus memaksimalkan performa sekaligus memperoleh profit semakin menambah tekanan. Sehingga diperlukan masukan solusi terbaru untuk menyiasatinya.”
Dr Alison Leary, Key Account Technical Services Manager, Alltech bertanya kepada hadirin, “Apakah mungkin memiliki pakan yang tersedia secara ekonomis sekaligus meningkatkan performa unggas secara optimal?” Solusi yang ia tawarkan adalah menggunakan teknologi enzim kompleks Solid State Fermentation (SSF) untuk meningkatkan kecernaan dan pemanfaatan seluruh bahan baku pakan serta bahan baku mentah dari yang tersedia secara lokal misalnya singkong, dedak, PKM (palm kernel meal) dan DDGs untuk pakan ternak unggas..
Prof Peter Surai dari Scottish Agricultural College, Inggris; menjelaskan tentang bagaimana selenium organik (Sel-Plex®) memainkan peran yang penting dari banyak proses fisiologis pada unggas dan bagaimana selenium dapat membantu meningkatkan performa dan daya imun serta mengurangi stress. Beliau juga menunjukkan ilmu pengetahuan yang baru yaitu Nutrigenomics – memperlihatkan pengaruh yang kuat dari nutrisi terhadap ekspresi gen.
“Mulailah dari awal yang baik”, adalah topik presentasi dari Prof. Peter Spring. Prof. Spring yang berasal dari Swiss College of Agriculture mengilustrasikan pentingnya nutrisi awal yang diberikan kepada anak ayam dan memastikan pakan untuk pre-starter yang optimal. Termasuk didalamnya penggunaan protein yang kaya akan nukleotida (NuPro®) di dalam pakan unggas yang masih muda yang dapat meningkatkan kemampuan GIT, memungkinkan nutrisi dapat diserap lebih baik selama masa pertumbuhan unggas tersebut yang dapat membantu mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan FCR.
Drh Isra Noor, pimpinan PT Alltech Biotechnology Indonesia menjelaskan bahwa tujuan dari seminar ini adalah untuk meningkatkan kesadaran akan adanya teknologi baru dalam ilmu nutrisi ternak yang tersedia yang dapat membantu mewujudkan potensi genetik hewan unggas dan sekaligus meningkatkan keuntungan. (Inf/adv)

Indonesia Targetkan Tekan Impor Daging

Indonesia Targetkan Tekan Impor Daging

Indonesia hanya mampu memenuhi 72% kebutuhan daging sapi. Ketergantungan kepada pasokan impor masih cukup tinggi, yaitu sekitar 28%. Jika kondisi itu dibiarkan, diperkirakan tingkat ketergantungan akan meningkat hingga 37% pada tahun 2010.
Dirjen Peternakan dari Departemen Pertanian, Dr. Ir. Tjeppy D. Soedjana mengatakan itu dalam pembukaan “Sosialisasi Program Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS) di Aula Bapeda Jabar, Jln. Ir. H. Djuanda, Kota Bandung. “Kondisi yang diinginkan pada tahun 2010, penyediaan daging dari impor maksimal 10%. Semuanya diupayakan dipenuhi oleh dalam negeri,” ucapnya.
Untuk melaksanakan program tersebut di Jabar, pemerintah pusat mengalokasikan dana senilai Rp 7,7 miliar dari APBN tahun 2008. Dana tersebut akan digunakan di antaranya untuk kegiatan pembuatan biogas, kios daging, integrasi pertanian-ternak, konservasi lahan kawasan peternakan, konservasi daerah aliran sungai (DAS), sekolah lapang, dan irigasi tanah permukaan.
Program P2SDS akan diterapkan di 16 kabupaten dan 2 kota di Jabar. Namun, hingga saat ini Jabar masih menghadapi banyak kendala. Dari sisi sumber daya manusia, Disnak kekurangan 106 tenaga inseminator berikut 138 kendaraan roda dua untuk petugas insemintor. Selain itu, masih terdapat kabupaten yang belum memiliki pos Inseminasi Buatan (IB), yaitu Kab. Karawang, Kab. Bandung, Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar. (inf/pr)

INDOLIVESTOCK TETAP BERJAYA

Lipsus Infovet Edisi 169 Agustus 2008

INDOLIVESTOCK TETAP BERJAYA

(( Simbol sekaligus harapan agar peternakan Indonesia selalu berjaya. ))

Penyelenggaraan Pameran Internasional Peternakan dan Pakan Ternak terbesar di Indonesia yang keempat, “Indo Livestock 2008 Expo & Forum” akan kembali digelar di Jakarta Convention Center, 1 Juli s/d 3 Juli 2008 mencatat prestasi tersendiri.
Sebagai Negara yang berpotensi tinggi dalam industri peternakan, maka pameran yang diagendakan setiap 2 tahun sekali ini disambut baik oleh Dirjen Peternakan Departemen Pertanian Dr Tjeppy D Soedjana yang membuka pameran pada hari pertama.
Sementara sebelumnya Herman Wiriadipoera Dirut PT Napindo Media Ashatama sebagai penyelenggara menyampaikan Penyelenggaraan Pameran Peternakan berskala Internasional yang menjadi ajang temu bisnis para pengusaha industri peternakan, kalangan ahli kesehatan hewan, peternak, pengelolaan pakan ternak, pemrosesan makanan, pemasok dan para distributor.
Memang begitu halnya, tampak dari stan-stan peserta pameran yang begitu megah dari berbagai perusahaan bidang peternakan sejumlah 300 perusahaan dari 23 negara yang memastikan diri ikut dalam ajang pameran Indolivestock 2008. Para peserta pameran ini terdiri dari perusahaan pemain lama maupun perusahaan pemain baru yang mencerminkan pergerakan dari bisnis bidang peternakan di tanah air Indonesia tercinta.
Sementara pengunjung yang senantiasa mengalir dari hari pertama sampai hari terakhir rata-rata 3000 – 4000 pengunjung setiap harinya. Pengunjung tidak hanya datang dari pulau Jawa, tetapi mereka datang dari seluruh Indonesia, mulai dari Lombok, NTT, Bali Kalimantan, Sulawesi dan daerah lain. Selama 3 hari penyelenggaraan hotel-hotel disekitar Jakarta Convention Center Jakarta selalu penuh.
Adapun seminar dan forum-forum diskusi dari berbagai institusi menyemarakkan penyelenggaraan pameran bidang industri peternakan dan pakan ternak. “Kami merasakan manfaat dari seminar-seminar itu yang menambah wawasan bidang peternakan baik dibidang kesehatan hewan maupun bidang lainnya yang terkait dengan kemajuan teknologi peternakan,” kata Fuji Kumala Dewi SPt alumni Fapet IPB yang usai pameran langsung bergabung dengan Infovet sebagai Staf Pemasaran. Infovet memang juga merasakan betapa manfaat dari pameran tersebut
Adapun menyikapi maraknya pemberitaan gizi buruk di tanah air dan masukan dari beberapa Asosiasi maupun Organisasi dibidang industri peternakan, maka dalam penyelenggaraan Indo Livestock keempat tahun ini pun diangkat kembali Kampanye Gizi melalui protein hewani, guna menyehatkan dan mencerdaskan Bangsa yang dilkaksanakan pada pembukaan serta penutupan Indolivestock 2008. Tema yang diangkat untuk kampanye ini adalah S(usu-segelas), D(aging-sepotong) dan T(elur-sebutir) disingkat menjadi SDT.
Didukung oleh Asosiasi dan Organisasi di bidang industri peternakan, Media Massa dan Pemerintah maka ditetapkan bahwa dalam penyelenggaraan Indo Livestock Expo & Forum Keempat tahun 2008, ditetapkan Program Pencanangan Program SDT Tahap Pertama yaitu Juli 2008 sampai dengan Juni 2010 menjadi “Gerakan Nasional Peningkatan Konsumsi Protein Hewani”.
Ada pula program penganugerahan “INDOLIVESTOCK AWARD” yang bertujuan memberikan apresiasi kepada perusahaan/perorangan yang berprestasi dan dapat dijadikan teladan bagi komunitas peternakan. Indolivestock Award 2008 yang dibagi 5 kategori masing-masing kepada perusahaan besar dan berskala kecil-menengah, dan 1 kategori khusus perorangan, menghasilkan peraih penghargaan:
a. Cipta Usaha Mandiri - Kabupaten Blitar, Jawa Timur
Cipta Piranti Satwa Nugraha
b. Pusat Koperasi Industri Susu Sekar Tanjung - Purwosari, Pasuruan
Adiguna Satwa Nugraha
c. Pusat Koperasi Unit Desa - Nusa Tenggara Timur
Praja Mukti Satwa Nugraha
d. Kampoeng Ternak - Ciputat
Widya Karta Satwa Nugraha
e. Letnan Jendral (Purn) Bustanil Arifin, SH
Adikarsa Nugraha
f. Ir. Erwin Soetirto
Adikarsa Nugraha
g. Oetari Soehardjono
Adikarsa Nugraha
h. Perdana Putra Chicken - Bogor
Nastiti Budidaya Satwa Nugraha
i. Gema Putra - Bandung
Nastiti Budidaya Satwa Nugraha

Semua kesuksesan tersebut diraih penyelenggara PT Napindo Media Ashatama bekerja sama dengan Allied Media Worldwide, sebuah perusahaan penyelenggara pameran yang berkedudukan di Singapura dan mempunyai jaringan bisnis di Malaysia, China, Jepang, Korea, Taiwan, Hongkong, India dan Eropa.
Kesuksesan juga diraih PT Napindo Media Ashatama yang pada pameran itu bekerja sama dengan berbagai asosiasi dan organisasi profesi seperti Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU), Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), Gabungan Perusahaan Makanan Ternak Indonesia (GPMT), Pusat Informasi Pasar Unggas Nasional (PINSAR UN), Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI), Gabungan Perusahaan Perunggasan Indonesia (GAPPI), Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN), Asosiasi Pengusaha Perunggasan Asean (FAPP), Masyarakat Ilmu Perunggasan Indonesia (MIPI), Stakeholders, Masyarakat, LSM memberikan dukungan yang positif kepada pameran ini.
Dukungan juga diperoleh dari media publikasi terkemuka seperti Asian Poultry, Infovet, Trobos, Poultry Indonesia, eFeedlink, International Hatchery Practice, Agrina, dan lain lain.
Selamat berjaya Indolivestock. Selamat berjaya peternakan Indonesia! (Wan/ YR)

FOKUS 2007

[Edisi 150 Januari]
KEPASTIAN KEMENANGAN PERUNGGASAN 2007 VS PENYAKITNYA
Kilas Balik Perunggasan 2006 dan Prakiraan Situasi 2007
Krisis Pakan Diramalkan Hanya Sesaat
Perunggasan 2007 di Mata Peternak “Meski Suram tetap Ada Harapan”
Pesimis Perunggasan 2007 Tetapi Harus Tetap Optimis

[Edisi 151 Pebruari]
HUJAN, MIKOTOKSIN DAN FLU BURUNG
WASPADAI PENYAKIT PENCERNAAN DAN PERNAFASAN
ADAKAH PERAN KUCING DAN BABI PADA PENYEBARAN AI?
DOKTER HEWAN FLU BURUNG TIDAK DIPERHATIKAN KESELAMATAN HIDUPNYA
LEBIH KENAL H5N1 DAN PENULARANNYA
Hujan, Jamur, Amoniak dan Pakan Ternak
Jamur dan Flu Burung
Jamur Muncul Kapan Saja
KEMBALI KETATKAN 9 STRATEGI PENGENDALIAN AI
Penyakit Jamur Terkait Pakan Ternak
Penyimpanan Pakan
Saatnya Untuk Restrukturisasi dan Kompartementalisasi
SEJARAH DAN SIKAP MENGHADAPI PEMBIAKAN KASUS AI DI INDONESIA
Robohnya Peternakan Kami
GAGAH HADAPI AI JUGA DENGAN VAKSINASI

[Edisi 152 Maret]
YANG IMPOR PUN HARUS DIKONTROL
Antibiotik Growth Promotor VS Alternatif Growth Promotor
MEMACU PERTUMBUHAN TERNAK SECARA ANGGUN DAN BERMARTABAT
PEMANFAATAN ALTERNATIF GROWTH PROMOTOR
KLAIM PEMAKAIAN PROBIOTIK
MEMBEDAH PARA PEMACU PERTUMBUHAN
PRINSIP KEHATI-HATIAN PRA PRODUKSI PRODUK TERNAK YANG AMAN PERAN OBAT HEWAN DALAM KEAMANAN PRODUK TERNAK
Alternatif Pengganti Antibiotik Growth Promotant
MINYAK ATSIRI SEBAGAI SUPLEMEN DAN ALTERNATIF ANTIBIOTIK
SEMUA TENTANG HORMON

[Edisi 153 April]
PETERNAK, PENYAKIT BAKTERI DAN ANTIBIOTIK
OBAT HEWAN: SUDAH TEPATKAH PENGGUNAANNYA
MENYOAL ANTIBIOTIKA UNTUK TERNAK
DOSIS PENCEGAHAN TIDAK ADA?
PROGRAM YANG AMAN, BERMUTU DAN MANJUR
TENTUKAN SPEKTRUM ANTIBIOTIK SECARA TEPAT
PILIH SIDAL ATAU STATIK PAHAMI CARA KERJA ANTIBIOTIK
JANGAN SAMPAI TERJADI SUPER INFEKSI
Siaga Satu Serangan Coryza, Kolera dan Kolibasilosis
ZAT AKTIF, GENERIK, PATEN, OBAT HEWAN DAN MANUSIA

[Edisi 154 Mei]
AI TERBARU TERUS MEMBURU DAN DIBURU
KOLI SERANG MANUSIA DAN TERNAK
KEMBALI KE... BIOSECURITY!
BIOSECURITY, INVESTASI, ASURANSI DAN DESINFEKSI
BIOSECURITY HARUS MENYELURUH
KETIKA BIOSECURITY SELAMATKAN PETERNAKAN UNGGAS

[Edisi 155 Juni]
DARI LUMPUR LAPINDO SAMPAI PENYAKIT PENCERNAAN TERNAK
MEMILAH PENYAKIT PENCERNAAN PADA AYAM
DUKA LARA KOLERA AYAM
KOLI TAK KENAL MUSIM
JANGAN REMEHKAN KOKSI
DIARE PADA SAPI AKIBAT INFEKSI VIRUS DAN PROTOZOA
PAKAN DAN PENYAKIT PENCERNAAN
MANAJEMEN YANG BAIK: SEPERTI APA?
Waspada Kolera Merajalela

[Edisi 156 Juli]
Penyakit Pernafasan Ternak Ada Apa?
PENCEGAHAN DAN IDENTIFIKASI PENYAKIT PERNAFASAN PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR
CRD, Kasus Penyakit Pernafasan Yang Tidak Pernah Tuntas
FAKTA LAPANGAN: AYAM POTONG PUN KINI RENTAN DENGAN AI
RESIKO MANAJEMEN PEMELIHARAAN JELEK
KEBIJAKAN vs KONDISI LAPANGAN
STATUS PALING MUTAKHIR PENYAKIT PERNAFASAN AVIAN INFLUENZA

[Edisi 157 Agustus]
BEBERAPA KAJIAN DAN AKSI (Yang Tetap) MENDESAK
MENGINGAT VIRUS INFLUENZA
FAKTA LAPANGAN: AYAM POTONG PUN KINI RENTAN DENGAN AI
SELEKSI BENIH VIRUS AI UNTUK VAKSINASI
Penyakit Viral Menapaki Jejak Ivanovsky
AI di DKI JAKARTA

[Edisi 158 September]
Lahirnya Ilmu Gangguan Kekebalan
Berputar-putar Soal Ketahanan Tubuh Ayam:Penyakit Avian Influenza Syarat Beban Kepentingan
SECUIL IHWAL GEN UNTUK KETAHANAN TERNAK BEBAS AI
GUMBORO, VAKSIN DAN KEKEBALAN
VAKSINASI, REAKSINYA DAN NUKLIR Untuk Ketahanan Tubuh Ternak
Sekali Lagi: DIAGNOSA YANG TEPAT
Ketika Ditemukan Kasus Flu Burung pada Manusia Pertama di Bali

[Edisi 159 Oktober]
Penyakit Parasit Itu Berbahaya Mengatasinya Sangatlah Mulia
SEBUAH TEROBOSAN KASUS MYASIS
PARASIT LALAT
Jurus Akademik Menguasai Ilmu Serangga dan Penyakitnya
Penyakit Protozoa Bukan Dusta
Ketika Ternak (Jangan) Diserang Cacing
Kasus Cacingan Pada Ayam
Kasus Cacingan Pada Ruminansia Sapi, Kambing, Domba dan Rusa
Bentuk Ketiga Cacing Pita Taenia Pada Babi
Berbagai Metode Pengobatan Penyakit Parasitik

[Edisi 160 November]
KIAT PETERNAK MENGGENJOT PRODUKTIVITAS YANG PAS
MEMBUAT OBAT HEWAN YANG BAIK
MENGUJI MUTU OBAT HEWAN
OBAT, VAKSIN DAN PUSLIT FLU BURUNG UNAIR
HARGA NOMOR SATU, KUALITAS NOMOR SEKIAN?
Broiler, Layer, Bisnis Obat dan OTT
OBAT HEWAN DAN KARANTINA
OBAT HEWAN DAN OTONOMI DAERAH
Pintar-Pintar Pilih Antibiotik
Flu Burung, Hewan Besar dan Obat Hewan
Obat Hewan, Otoda dan RPH Unggas
Lawan Flu Burung, Telur dan Obat Ilegal
Tingkatkan Produktivitas dengan Obat Hewan yang Tepat
Antibiotik Bukan Obat Ajaib?
Pasar Membaik, Flu Burung, Obat dan Retribusi

[Edisi 161 Desember]
Perunggasan Belum Memikat di Pasar Modal?
Deptan: Prospek dan Arah Pengembangan Perunggasan
Avian Influenza dan Naiknya Harga Pakan Warnai Perunggasan 2008
5 GENOTIPE FLU BURUNG DAN EKOSISTEM KESEHATAN
Rekomendasi Seminar Perunggasan ke-3: Perunggasan 2008, Saatnya Stakeholder Bersatu
Industri Obat Unggas 2008 Tumbuh 7,1%
Pakan Ternak Tumbuh 7% Pertahun Capai 8,13 Juta Ton
Broiler Naik 8,7 Persen dan Layer Meningkat 7,7 Persen

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer