Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Ternak Domba | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

KERATOKONJUNGTIVITIS PADA KAMBING DAN DOMBA

Keratokonjungtivitis pada ternak kambing dan domba. (Foto: Istimewa)

Keratokonjungtivitis merupakan penyakit mata yang menular cepat pada ternak kambing dan domba yang disebabkan oleh infeksi bakterial yaitu Moraxella bovis, Mycoplasma conjuctivae dan Chlamydia sp. Pada sapi, penyakit ini umum dikenal dengan nama Pink Eye.

Pada kambing dan domba, selain bakteri tersebut sebagai penyebab utama, Moraxella ovis, infeksi virus Herpes I, bisa menjadi penyebab. Infeksi menyebabkan hiperlakrimasi, keluarnya leleran dari sudut mata yang kental putih-kekuningan dan pada tahap akhir menimbulkan kekeruhan pada kornea mata dan kebutaan.

Mata yang terserang bisa unilateral atau bilateral. Infeksi menular cepat pada ruminansia kecil karena kontak dengan ternak tertular, kontak dengan peralatan atau pakan terkontaminasi bakteri dan ditularkan oleh vektor lalat (Musca autumnalis).

Selain itu, stres pada kambing dan domba karena perubahan cuaca, perpindahan tempat dengan manajemen baru, pengangkutan, perlakuan yang kurang memperhatikan kesejahteraan hewan dapat menurunkan daya tahan dan menyebabkan kambing dan domba mudah terinfeksi berbagai penyakit termasuk infeksi bakteri penyebab keratokonjungtivitis.

Angeles J.A. (2020), menyampaikan adanya beberapa faktor risiko pemicu timbulnya keratokonjungtivitis, yaitu iradiasi sinar ultraviolet, debu, iritasi pakan pada mata, kekurangan mineral seperti Cu dan Se, transportasi, penyelenggaraan kontes ternak dan perdagangan.

Gejala Klinis
Gejala klinis yang dapat diamati adalah munculnya air mata berlebih, hiperlakrimasi, makan yang tidak tenang, sering memiringkan kepala, keluar lendir atau leleran kental dari sudut mata dan mata tampak memerah. Pada tahap berikutnya, mata kambing/domba terlihat memutih, timbul kebutaan pada sebelah mata atau keduanya. Gejala mata memutih terjadi begitu cepat, 48-72 jam setelah gejala klinis pertama muncul. Akibat kekeruhan, kerusakan kornea yang menyebabkan kebutaan, biasanya kambing/domba berjalan tertinggal dan berbeda arah dari kawanannya.

Epidemiologis
Umur ternak mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi. Aguilar XF et al. (2017), dalam studi cross sectional dan kasus kontrol menemukan, infeksi keratokonjungtivitis pada ternak domba daripada kambing dan infeksi lebih banyak ditemukan pada umur muda (0-1 tahun).

Yadav SK (2018), menemukan bahwa infeksi keratokonjungtivitis pada kambing lebih sering ditemukan… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2021.

Ditulis oleh: 
Sulaxono Hadi (Medik Veteriner Ahli Madya) &
Ratna Loventa Sulaxono (Medik Veteriner Pertama)

BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DI SEKTOR PETERNAKAN KAMBING & DOMBA

Webinar Bisnis PT VISI, penuh konten bermanfaat dan motivasi


Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung setahun lebih nyatanya banyak mematikan sektor kerja. Banyak masyarakat kehilangan pekerjaan akibat pandemi yang berlarut - larut. Sebuah webinar bertajuk "Menyusun Rencana Bisnis Menjadi Peternak Kambing & Domba Profesional" digelar oleh PT Veteriner Indonesia Sejahtera dan PDHI pada Sabtu (22/5) yang lalu melalui daring Zoom Meeting.

Dalam sambutannya Ketua Umum PB PDHI Drh Muhammad Munawaroh mengatakan bahwa dokter hewan selaku profesi yang mandiri dan independen harus bisa membuka lapangan kerja dan mengambil kesempatan di setiap kondisi. Terlebih lagi beternak kambing merupakan salah satu pengejawantahan dari bakti dokter hewan dalam menyediakan protein hewani bagi masyarakat.

Senada dengan Munawaroh, Direktur Utama PT Veteriner Indonesia Sejahtera Drh Baskoro Tri Caroko juga berharap dengan diadakannya webinar ini semakin menambah minat dan atensi para dokter hewan untuk membuka usaha di sektor peternakan khususnya domba dan kambing.

Hadir sebagai narasumber yakni Drh Imam Abror founder Kampung Ternak Yogyakarta dan Drh Waryoto Peternak Kambing Perah Gonamania Sukses Makmur Yogyakarta. Keduanya merupakan alumnus Fakultas Kedokterah Hewan Universitas Gajahmada.

Dalam paparannya Drh Imam Abror menyinggung bahwa beternak kambing merupakan salah satu sunnah Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa literatur yang ia sampaikan bahkan beberapa Nabi dalam agama islam pernah menjadi penggembala kambing. 

"Selain berusaha (berdagang produk) kambing merupakan hewan yang disukai para Rasul, banyak hadits terkait kebaikan dari susu dan daging kambing. Jadi, selain berusaha kita niatkan juga menggapai ridho Illahi," tutur Imam. 

Imam juga menjelaskan banyak aspek terkait beternak kambing dan domba mulai dari A sampai Z. Menurut Imam, kendala terbesar dari beternak kambing dan domba di wilyah pedesaan adalah sulitnya akses modal dan pemasaran produk.

Senada dengan Imam Drh Waryoto yang juga telah "kenyang" makan asam garam di dunia peternakan kambing perah pun mengutarakan hal yang sama. Meskipun begitu ada harapan dimana bertambahnya populasi penduduk juga akan terus dibarengi dengan kenaikan konsumsi protein hewani, sehingga bisnis ini masih cerah ke depannya.

Drh Waryoto pun menjelaskan skema peternakan kambing perah dalam skala kecil, mulai dari cara memilih calon indukan, akses permodalan, dan perhitungan bisnisnya. Seminar yang berlangsung dari pukul 09.00 WIB tersebut berkahir pada pukul 12.00 WIB. (CR)

FAKTOR RISIKO KEMATIAN ANAK KAMBING DAN DOMBA

Banyak faktor yang menyebabkan angka kematian cempe tinggi. (Foto: Dok. pribadi)

Kuliner dengan bahan utama produk olahan kambing atau domba cukup digemari di Indonesia, seperti sate, gulai, tengkleng dan lain sebagainya. Di Jawa Tengah dan Yogyakarta, beberapa tahun terakhir, dikenal menu sate kambing muda berumur kurang dari lima bulan. Konsumsi produk asal kambing dan domba yang semakin digemari masyarakat memberi peluang masyarakat untuk beternak, budidaya dan mengembangkan breeding kambing dan domba, selain kebutuhan nasional yang bersifat rutin seperti Idul Adha. Informasi terkini bahwa terbuka peluang ekspor domba ke Arab Saudi untuk momen Idul Adha dalam jumlah besar.

Keberhasilan pengembangan breeding kambing dan domba dipengaruhi banyak hal, yaitu ketersediaan pakan, bakalan, lingkungan, penyakit, harga, manajemen dan lain sebagainya. Sementara perkembangan populasi sangat dipengaruhi faktor-faktor terkait perfoma reproduksi, yakni angka kebuntingan, jarak kelahiran, jumlah anak tiap kelahiran (litter size), rasio jenis kelamin anak (cempe) dan persentase cempe yang berhasil dilakukan penyapihan.

Banyaknya cempe yang berhasil disapih juga dipengaruhi beberapa faktor. Pada kesempatan ini penulis akan mengupas tentang faktor risiko yang berkaitan dengan kematian anak kambing dan domba. Ini menjadi penelitian menarik yang dilakukan oleh L. Sharif, J. Obeidat dan F. Al-Ani di peternakan kambing dan domba di Yordania pada 2005 silam.

Berdasarkan informasi dalam hasil karya tulisnya, kematian anak domba yang baru lahir (perinatal) di Afrika Selatan (1993) berkisar antara 10-12%, di Australia (1974) sebesar 5-23% yang terjadi pada 80% cempe umur beberapa hari pertama setelah lahir. Penyebab kematian diduga karena faktor iklim, pakan, manajemen, agen penyakit, genetik dan beberapa faktor lain.

Data pada 2001 dari 100 kandang kambing dan domba yang diteliti berjumlah 18.853 ekor dengan rata-rata populasi kandang 45-1.200 ekor, dengan populasi betina dewasa 14.427 ekor, kejadian kematian cempe terjadi pada 50 kandang dengan angka kematian sebesar 1%. Seluruh kandang dibagi menjadi dua kategori, yaitu kandang kasus dengan kepadatan rata-rata 235 ekor dan kandang non-kasus dengan kepadatan 142 ekor. Kejadian kematian umur kurang dari dua hari di kandang kasus mencapai 4% dan kematian hingga umur 28 hari (6%). Pada kandang non-kasus masing-masing angka kematian 0,03% dan 0,4%.

Ini menunjukan bahwa kepadatan kandang... (selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2019)

Drh Joko Susilo MSc APVet
Medik Veteriner, Balai Veteriner Lampung
Koresponden Infovet daerah Lampung

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer